"Ngapain lo di sini?"
Pertanyaan itu membuat seorang pria pemilik tinggi badan yang hanya berbeda satu sentimeter dengan Jehan sedikit tersentak, tanpa sadar mata sipit dengan kelopak mata ganjil itu kini bersitatap dengan tegang pada netra tajam milik Jehan yang menatapnya tidak bersahabat. Ditambah dengan imbuhan yang seolah menyadarkan bahwa pria itu telah salah melangkah sebab menginterupsi permainan singa tampan pirang yang tengah menyantap hidangan utamanya. "Lo ganggu gue tahu, nggak!"
"Maaf, gue nggak bermaksud ganggu lo," jawab pria pemilik rambut middle parted hair berwarna hitam tersebut dengan suara yang terdengar agak serak.
Jehan menarik ujung bibirnya dengan wajah masam. "Lo kira gue percaya sama lo? Ngapain sih lo urusin hidup gue terus? Gue udah dewasa!"
Lawan bicara Jehan mulai terpancing emosi sebab nada bicara Jehan sangat terdengar jemawa. "Gue mau ingetin, gue itu adek lo kalo lo lupa."
Kini, Jehan resmi bangkit dari ranjang sebab nafsunya menjajaki tubuh Kara resmi hilang seketika, berganti tawaan yang memenuhi seisi kamar apartemen mewah tersebut. Suara tawaan Jehan membuat pria berambut hitam itu merinding, bulu kuduknya resmi berdiri seketika.
"Gue juga mau ingetin, kalo gue itu anak tunggal. Gue nggak punya adek," pungkas Jehan dengan tatapan sinis. "Jadi ngapain lo masih berdiri di apartemen gue, hah?"
Lawan bicara Jehan resmi kehilangan kesabarannya. "Gue nggak berminat basa-basi, Kak. Ayah selalu nanyain lo, kenapa lo nggak pernah pulang?"
"Eh bocah bau kencur, lo tahu kan gue ini aktor top!" Jehan memelotot seraya menarik napas panjang. "Percuma deh, ngomong sama lo. Lo mah bego, mana tahu soal shooting!"
Sekarang berganti pria yang bersangkutan tidak terima dan memberikan balasan penuh sarkasme. "Lo sibuk shooting ... atau sibuk nidurin cewek? Nggak takut kena HIV lo, hah?"
Jehan sudah benar-benar naik pitam atas jawaban tersebut dan langsung menghampiri yang bersangkutan serta mengepalkan tangan siap untuk memukul pria tersebut tetapi tangan pria tersebut sigap menahan pergelangan tangan Jehan.
"Lo tahu apa soal hidup gue, hah? Gue bilang pergi, ya pergi! Ini apartemen gue, njing! Lo mau gue laporin security?"
Bibir tebal penuh pria lawan bicara Jehan lantas membentuk senyum tipis. "Dan lo siap bikin ancur reputasi diri lo sendiri dengan skandal nidurin aktris?"
"Setan!" cerca Jehan akhirnya, "sebenarnya mau lo apa, sih? Lo mau bongkar ke public kelakuan gue? Silakan aja, gue nggak takut!"
Pria berambut hitam itu menggeleng. "Gue nggak tertarik tampil di layar kaca kayak lo. Gue cuma mau lo balik ke rumah dan nengokin ayah! Itu aja!"
"Ngapain?" Jehan kembali tertawa sarkas, meski tidak menampik bahwa dalam hatinya ada rasa sakit yang entah kenapa tidak dapat dideskripsikan. Jehan membuang muka, enggan menunjukkan sisi melankolisnya pada seseorang yang mengaku sebagai 'adik'. "Bukannya si bangkotan tua itu udah punya anak kesayangan yaitu lo? Emang dia masih butuh gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Bad Popular Actor (18+)
Любовные романы🔞WARNING🔞 "Lo siap nggak main film dewasa sama dia?" "Apa lo bilang? Film dewasa?!" *** Kara Tamara sangat ambisius ingin menjadi top aktris tapi alih-alih terwujud, rasa trauma lantas tercipta. Kara ditawari manajernya beradu peran di film roman...