"Ya, gimana pun kita couple di filmnya, kan? Gimana kalo pas screening kita juga pakai outfit couple supaya makin klop?"
Gara-gara serentetan kalimat Jehan tersebutlah pada akhirnya terucapkan satu janji di antara mereka bahwa mereka akan bertemu untuk membeli pakaian couple di salah satu mal termewah kawasan Jakarta Pusat, Grand Indonesia.
Dan kini, bertemulah kedua insan tersebut. Perut Kara terasa geli, seolah ada kupu-kupu berterbangan di sana. Rasanya sudah lama sekali tidak pernah menyaksikan sesosok pria indah bernama Jeremy Handoko tersebut.
"Apa kabar?" tanya Jehan membuka pembicaraan. Bahkan sekadar pertanyaan sesingkat itu saja, sudah bisa membuat hati Kara terenyuh. Di ujung sudut hatinya, Kara bahkan tidak dapat berbohong bahwa dirinya amat sangat merindukan sosok itu.
"Baik, Kak." Kara lantas buru-buru mengalihkan perhatian. "Kira-kira dress apa ya yang cocok buat aku?"
Jehan tampak menimbang-nimbang perkataan Kara sambil memegangi dagunya. Kara tahu bahwa dirinya tidak mungkin menanyakan rekomendasi pada orang yang salah sebab Jehan amat sangat menyukai fashion. "Hm ... menurut saya buat screening nanti cocoknya midi dress."
"Okay, aku ambil itu."
Kini giliran Jehan yang sedikit terkejut, tapi langsung mengubah ekspresinya dengan cepat. "Kamu yakin? Kan saya cuma kasih rekomendasi dikit aja, pun saya belum kasitahu alesannya. Tapi kamu udah sepercaya itu?"
Kara tersenyum simpul. "Aku percaya sama Kak Jehan, kok. Nggak mungkin aku raguin seorang top aktor 2 kayak kakak."
Mendengar jawaban polos Kara, Jehan tidak dapat menahan tawa ringannya. "Hei, aku ini aktor. Bukan penata rias."
"But everyone knew how good your taste is." Kara kembali melontarkan jawaban penuh keyakinannya, kali ini ditambahkan dengan sedikit lelucon. "Bahkan anak TK pun tahu seberapa fashionista-nya seorang Jeremy Handoko."
"Ckck, terima kasih banyak atas pujiannya." Jehan menatap Kara dalam-dalam, membuat perempuan itu seketika canggung dan salah tingkah. Kali ini Kara hanya menggunakan kaus crop top berwarna hitam dengan celana jins ringan, riasannya pun amat sangat sederhana dan tidak menggoda sama sekali. Satu-satunya bagian seksi yang ditunjukkan hanya perut putih nan langsing miliknya saja.
"Kenapa liatin akunya kayak gitu?" Kara memelintir ujung rambutnya sendiri. "Ada yang salah sama penampilanku hari ini, ya?"
"Nggak, kok." Jehan menjawab singkat, tampak ingin mengatakan sesuatu tapi tertahan. Pria seksi itu mengulum labiumnya lalu langsung berkata singkat, "Kamu cantik."
Deg!
Kara refleks menahan napas dan membatu di tempat, seolah tidak mempercayai apa yang baru saja didengar indra pendengarannya. Sedikit berharap hanya salah dengar saja tapi nyatanya tidak. Pipinya tiba-tiba saja memanas dan memerah padam, padahal seingatnya tidak menggunakan blush on secara berlebihan. Refleks tangannya mengipas-ngipasi wajahnya seolah merasa gerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Bad Popular Actor (18+)
Romansa🔞WARNING🔞 "Lo siap nggak main film dewasa sama dia?" "Apa lo bilang? Film dewasa?!" *** Kara Tamara sangat ambisius ingin menjadi top aktris tapi alih-alih terwujud, rasa trauma lantas tercipta. Kara ditawari manajernya beradu peran di film roman...