Jantung Kara berdebar kencang seperti genderang perang. Kakinya melangkah dengan tergesa-gesa, berusaha menjauh dari sosok yang mengejarnya di parkiran studio screening film. Dia tidak berani menoleh ke belakang, takut melihat wajah yang membuatnya trauma.
Napas Kara tersengal-sengal saat dia berusaha menghindari Sony yang terus mengejarnya. Parkiran studio screening film itu terasa begitu luas, setiap langkahnya seperti tak berujung. Kara bisa mendengar langkah kaki Sony semakin mendekat, menambah ketakutannya.
Sony, nama yang dibencinya, terus berteriak memanggil namanya. Kara semakin mempercepat langkah, berusaha mencari tempat aman untuk bersembunyi. Rasa paniknya memuncak, dia tidak ingin terjebak lagi dalam situasi yang sama seperti beberapa bulan lalu.
Dari kejauhan, Jehan baru saja selesai memarkir mobilnya. Netranya langsung menangkap sosok Kara yang sedang berlari dengan panik. Jehan mengernyit, bingung melihat Kara yang tidak seperti biasa. Perempuan itu jelas tampak ketakutan. Tanpa berpikir panjang, Jehan ikut berlari mengejar Kara.
"Kara, tunggu!" teriak Jehan, mencoba mengejar Kara.
Namun, Kara semakin menjauh, tidak menggubris teriakan Jehan. Mungkinkah Kara tidak mendengar panggilannya? Jehan bingung, dia tidak mengerti apa yang terjadi. Kenapa Kara begitu ketakutan?
Akhirnya, kedua kaki Kara terhenti di depan toilet perempuan. Perempuan berambut panjang itu mengunci pintu dari dalam dan terduduk di lantai, gemetar ketakutan. Air matanya mengalir deras, membasahi pipi cantiknya.
Kara mencoba menenangkan diri, tetapi suara langkah kaki seseorang membuatnya ketakutan. Kini, ponsel Kara bergetar, sebuah panggilan masuk dari Jehan. Dengan gemetar, Kara menjawab panggilan itu.
"Kara, kamu di mana? Kita harus segera masuk ke studio screening. Film kita akan segera ditayangkan." Suara Jehan terdengar cemas di ujung sana. Cupid's bow lipsnya mengerucut.
"Aku di toilet perempuan, Kak," jawab Kara dengan suara terisak.
"Ayo keluar sekarang! Saya di depan. Kamu jangan takut," ucap Jehan mencoba menenangkan.
"Aku nggak mau!"
"Kenapa? Apa yang terjadi, Kara? Tadi bukannya kita masih baik-baik aja? Apa saya buat salah ke kamu?"
Kara tertegun mendengarnya lalu menggeleng meski tahu Jehan tidak akan bisa melihatnya.
"Kara, dengerin saya. Saya ada di sini. Tenanglah," Jehan berusaha menenangkan Kara karena tidak menjawab pertanyaannya.
"Aku melihat dia, Sony. Dia mengejarku," jawab Kara dengan suara gemetar.
Jehan tersentak lantas mengerutkan kening. "Sony? Nggak mungkin. Hanya yang memiliki undangan screening yang bisa hadir di sini. Sony tidak mungkin ada di sini."
Kara terdiam sejenak, mencoba menenangkan diri. Penjelasan Jehan barusan membuatnya sedikit ragu. Perempuan itu seketika menjadi tidak yakin apakah Sony benar-benar ada di sini atau hanya imajinasinya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Bad Popular Actor (18+)
Romance🔞WARNING🔞 "Lo siap nggak main film dewasa sama dia?" "Apa lo bilang? Film dewasa?!" *** Kara Tamara sangat ambisius ingin menjadi top aktris tapi alih-alih terwujud, rasa trauma lantas tercipta. Kara ditawari manajernya beradu peran di film roman...