Terbawa Suasana

2.2K 13 0
                                    

Semua mimpi yang tampak jauh itu perlahan mulai mendekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua mimpi yang tampak jauh itu perlahan mulai mendekat. Sungguh, Kara tidak menyangka bahwa perjalanan hidup telah membawanya ke tempat berbeda. Dari mulai menjadi seorang aktris yang hanya dikenal satu dua orang sebab mendapatkan peran pendukung kini menjadi seseorang yang selalu dimintai tanda tangan atau sekadar foto tiap kali bertemu masyarakat.

Apakah ini pertanda bahwa mimpinya menjadi top aktris tahun ini akan segera terwujud? Entahlah, untuk bagian yang satu itu, sampai saat ini Kara pun tidak berani menjawab.

Perempuan berambut panjang itu tengah duduk di ruang tunggu bandara, menatap layar ponselnya dengan pandangan lelah. Selama dua bulan terakhir, hidupnya terasa seperti berputar dalam siklus tak berujung. Kakinya melangkah dari satu meet & greet ke meet & greet lainnya. Setiap kota yang dikunjunginya dipenuhi ribuan penggemar yang tak kenal lelah mengabadikan momen dengannya.

Meski mimpi Kara semakin mendekat, ternyata ada ketegangan yang membebani batinnya. Perasaan mengganjal terkait masa depan hubungannya mulai terasa. Hubungannya dengan sang pacar, Awan, semakin merenggang bak telur di ujung tanduk.

Setiap kali mereka bertemu, Kara merasa terjebak dalam kecanggungan dan kekosongan yang tidak bisa dijelaskan. Rasa cintanya semakin tawar. Namun, Kara tidak tahu apakah Awan menyadari semua ini atau malah menganggap bahwa Kara hanya lelah dengan rutinitasnya.

Di sisi lain, Kara menemukan kenyamanan dalam percakapan dengan Jehan. Mau bagaimana pun, mereka kembali bertemu dalam acara meet & greet. Mereka lantas berbincang tentang film mereka atau pun mengenai projek yang sekiranya akan Jehan ikuti kembali.

"Terus film apa yang kira-kira belom pernah kakak coba?" tanya Kara mencairkan suasana.

"Hm, maybe... horror. Saya belum pernah kebagian peran di dalam film horror, sih," jawab Jehan santai.

"Yaiyalah! Kakak nggak ada aura suram-suramnya."

"Eh, masa?" tanya balik Jehan.

"Kalau misal jadi hantu, nggak ada seremnya. Kalau jadi tokoh utama pun nggak ada aura suram ala orang stress gitu. Emang udah paling pantes Kak Jehan di film romance doang, sih," imbuh Kara lagi membuat Jehan mulai tertawa.

"Kamu mau jadi lawan mainnya lagi?" tanya Jehan.

"Hah? Nggak mungkinlah!"

"Lho, kenapa nggak mungkin. Kan saya abis ini udah mau masuk projek baru. Kemaren sutradara Sevy udah hubungin saya."

Dari sana juga Kara sadar, bahwa Jehan memang sangat sibuk dan mungkin tidak mengenal waktu istirahat. Jehan juga sedikit berbeda usai film mereka selesai, tetap nyaman dan ramah tetapi sepertinya tidak ada kedekatan berarti selain sebagai rekan kerja yang profesional.

"Tapi pemain perempuannya udah ada juga, kan?"

"Hm. Belum tahu kalo itu, cuma kalo kamu mau kan saya bisa rekomendasiin kamu. Mumpung film kita masih hot dan laris di pasaran, kayaknya nggak ada salahnya," ungkap Jehan.

He is Bad Popular Actor (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang