Hotel Be The Sun yang berada di pusat kota Jakarta menjadi saksi di mana Kara dan Jehan telah saling bercumbu panas. Kejadian itu tidak pernah lenyap barang sedetik pun dalam pikiran Kara. Setiap kali dia menatap cermin di kamar, selalu terngiang lagi dan lagi.
Kara tertegun dan memegangi bibir tipisnya. Sentuhan Jehan begitu sensual dan tidak terlupakan. Pria itu pandai membuat kejadian itu menjadi momen yang seakan abadi dan tidak bisa dilupakan sama sekali. Namun, jantung Kara kembali berdenyut kencang mengingat hal berlebihan dan tidak sepantasnya dilakukan Jehan padanya.
Setelah ini, jika mereka bertemu kembali, wajah macam apa yang akan ditunjukkan Kara? Perempuan itu sudah tidak memiliki nyali sedikit pun untuk menatap Jehan lagi.
Tidak bisa bohong sama sekali. Rasa nyaman dan rasa malu bercampur aduk bagi seorang Kara Tamara. Entah takdir suram macam apa yang seolah mempermainkan Kara di saat dirinya sedang memperjuangkan masa depan dan hidupnya untuk menjadi seorang top aktris tahun ini.
Semua seakan gagal dan menggelap.
Apa tidak ada masa depan yang cerah sedikit pun bagi seorang Kara?
Sebuah ketukan pintu seakan menyedotnya kembali ke realita. Mau berlari ke mana pun, rasanya tidak ada jalan keluar bagi Kara. Perempuan itu membuka pintu dan melihat wajah mama tampak begitu cemas.
"Kenapa, Ma?" tanya Kara sambil berusaha memasang wajah baik-baik saja. Sungguh, perempuan itu merasa hancur jika membuat mama yang begitu berarti buatnya itu menjadi khawatir.
Air muka mama tampak sendu, berkali-kali memikirkan kondisi putrinya. Hal ini berhasil menggores perasaan Kara yang begitu lembut.
Sampai akhirnya, dengan penuh rasa skeptis dan berat hati, mama berhasil juga mengucapkannya, "Di ... di depan ada tamu."
Ekspresi Kara sama sekali tidak berubah, seolah-olah sudah menduga bahwa seseorang akan datang mengunjunginya. Tinggal menebak-nebak saja siapakah sosok yang hadir tersebut? Apakah akan menjadi pertanda baik atau membawa keburukan, itulah yang tidak bisa diduga Kara.
"Siapa, Ma? Dika?" tanya Kara meminta kejelasan. Mengingat bahwa semalam manajer yang sekaligus merupakan sahabat (oh, entahlah. Apakah Dika masih bisa disebut sebagai sahabat setelah membentaknya tanpa ragu dan tidak mau mendengarkan penjelasannya semalam?) Kara meneleponnya dan meminta Kara untuk lebih berhati-hati dalam bersikap untuk tidak merusak dan mencoreng nama baiknya maupun Dika.
Ya, Kara terancam akan dipecat. Jika seorang artis sudah dipecat dari sebuah manajemen, dengan sebuah alasan tidak profesional, maka hal itu akan menghambat karirnya ke depan. Sebab antarmanajemen saling memiliki koneksi satu sama lain. Bisa dibilang, nama Kara akan masuk dalam daftar hitam di dunia hiburan dan tercoreng selama-lamanya.
Siap tidak siap, mau tidak mau, Kara harus menghadapi Dika. Dia tidak bisa lari lagi.
Namun, di luar dugaan, mama menggeleng pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Bad Popular Actor (18+)
Romansa🔞WARNING🔞 "Lo siap nggak main film dewasa sama dia?" "Apa lo bilang? Film dewasa?!" *** Kara Tamara sangat ambisius ingin menjadi top aktris tapi alih-alih terwujud, rasa trauma lantas tercipta. Kara ditawari manajernya beradu peran di film roman...