🔞WARNING🔞
"Lo siap nggak main film dewasa sama dia?"
"Apa lo bilang? Film dewasa?!"
***
Kara Tamara sangat ambisius ingin menjadi top aktris tapi alih-alih terwujud, rasa trauma lantas tercipta.
Kara ditawari manajernya beradu peran di film roman...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kenapa kakak tega bawa aku nemuin pria bejat? Kakak ngejual aku?"
Pertanyaan itu sedikit menghilangkan kepanikan Jehan, bagaimana pun dirinya tidak ingin sampai Kara mengetahui kejadian semalam. Biarlah semua kenangan indah itu cukup tertinggal dalam ingatan Jehan. Rasa manis labium tipis Kara membuat Jehan terngiang kembali, tanpa sadar pria itu menjilat lidah bawahnya.
"Kak Jehan!" panggil Kara lagi, merasa terabaikan. "Kok diem aja?! Kakak kok tega lakuin itu ke aku?"
Jehan langsung membuang muka dan kembali menyetir, tidak berkata sepatah kata pun membuat Kara menjadi frustrasi. Pria itu bahkan menyetir dengan kecepatan sedang, membuat Kara menjadi resah hingga mengelusi surai panjangnya.
"Kak, please, jawab ...."
Hening, seolah Jehan memang berusaha untuk menghindari pertanyaan Kara ... atau bahkan Kara itu sendiri.
Hingga mereka berhenti di sebuah taman yang tidak asing bagi Kara, Jehan memarkirkan mobilnya. Taman Semicolon, taman favorit Kara karena begitu rindang dan menyejukkan. Tengkuk Jehan kembali menghadap Kara dan memberikan tatapan mengintimidasi, membuat Kara merasa bak akan diterkam oleh sebuah singa Jantan yang sangat tampan.
"Kamu salah paham, saya nggak pernah jual kamu," tukas Jehan yang membuat Kara kebingungan. Di sisi lain, apa Jehan bisa dipercaya? Tapi kalau berbohong pun, apa untungnya?
"Terus kenapa aku .... " Kara memutuskan kalimatnya, apa Jehan tahu dan mengenal pria asing yang ditemuinya di apartemen Keraton at the Plaza? Lagipula, bagaimana Kara bisa sampai ke sana kalau tidak ada campur tangan dari Jehan mengingat Jehanlah orang yang memaksa untuk mengantar Kara pulang usai party bersama para kru di kelab malam.
Jehan mengedikkan dagunya, seolah meminta kelengkapan pertanyaan tersebut yang terpotong.
"Kenapa aku ... bisa sama seorang pria yang nggak kukenal?" cicit Kara dengan suara sepelan mungkin, entahlah apa Jehan mendengarnya dengan jelas atau tidak. Jujur saja, wajah Kara kini sudah semerah kepiting rebus. Bagaimana pun, Kara tidak siap menerima penilaian Jehan padanya. "Dan kami ... kami di apartemen pula. Cuma berdua."
Jehan mengangguk setelah mendengar semuanya. Bow's shaped lips-nya menyunggingkan senyum miring. Senang juga karena Kara tidak mengetahui keseluruhan ceritanya, jadi Jehan akan mudah untuk memanipulasi kenyataan yang ada.
Nama tengah dari Jeremy Handoko adalah licik.
Jeremy (Licik) Handoko.
"Kemaren kamu tuh kayaknya kecapean banget," alibi Jehan dengan suara yang dibuat parau, seolah menunjukkan rasa khawatir. Ugh, benar-benar menunjukkan dirinya seorang top aktor 10, karena aktingnya terlampau asli dan tidak terlihat kalau sedang berpura-pura. "Belum ada semenit kamu masuk mobil saya, kamu langsung ketiduran lelap. Saya juga udah berusaha untuk ngebangunin kamu, tapi kamu nggak bangun-bangun. Mungkin kamu beneran cape."