"Kara Tamara, saya rasa kamu bisa menjadi salah satu kandidat terbaik mengisi peran Bella!" tukas Bryan dengan senyum semringah. Tidak sia-sia hari ini dia melakukan casting dengan puluhan orang yang sudah ditolaknya mentah-mentah. Ternyata diam-diam, temannya, Dika, menyimpan permata terbaik!
Deklarasi yang diucapkan oleh Bryan sukses terngiang di telinga Kara, sebuah senyum merekah saat itu juga. Jelas itu pertanda bahwa usaha yang dilakukan perempuan cantik itu tidak sia-sia. Aktris muda itu akan memiliki kesempatan untuk beradu peran secara langsung dengan aktor top 10, Jehan.
"Eh? Serius, Kak Bryan?" Kara membulatkan netra. Tidak mau langsung percaya begitu saja sebab dia harus latihan ratusan ribu kali untuk menjiwai Bella, sang penggoda. Tentu saja itu bukan karakter alami seorang Kara.
"Yups!" Bryan mengangguk. "Untuk hari ini, sepertinya semua udah cukup. Nanti kalau ada kabar baik lagi, saya akan infokan melalui Dika saja. Terima kasih atas kerja samanya, Dika, Kara."
Bryan saling bersalaman dengan Dika dan Kara. Wajah Dika begitu cerah, tidak sabar menantikan kabar baik tersebut. Tidak lama, Jehan ikut bangkit.
Pria tampan dengan fitur wajah tegas dan garis rahang tajam berbentuk V itu kemudian melangkahkan kedua kaki jenjangnya mendekati Kara yang masih tersenyum kaku di tempat.
Kelopak mata ganda Jehan tampak serius memperhatikan Kara membuat perempuan itu menjadi salah tingkah sebab tidak tahu harus berbuat apa.
Rambut gondrong blonde menawan miliknya menutupi jarak pandang Jehan, sehingga mata tajam itu hanya mampu melihat seadanya. Itu membuat Jehan ratusan kali jauh lebih berkarisma dan melemahkan hati Kara.
"Hm ... jadi kemungkinan besarnya, kamu yang bakal jadi Bella, nih?"
Kara menahan napas sebab suara indah Jehan menyusup lembut menyapa indra pendengarannya.
"Saya jadi nggak sabar buat ... digodain kamu."
Betapa santainya Jehan mengatakan hal itu dengan labium membentuk senyum tipis penuh arti, sementara Kara saja tidak bisa menghalau perasaan gelisah yang sedari tadi terus-menerus mendobrak relung jiwanya! Bagaimana ini?
Di luar dugaan, Jehan malah mengulurkan tangan kanannya yang sedikit mengeluarkan semburat garis kebiruan pertanda urat-urat tercetak jelas. Kara sempat linglung sejenak dan memiringkan kepala, agak heran.
Jehan menarik ujung labiumnya dan tertawa kecil melihat tingkah Kara yang sungguh polos. "Kenalan dulu, yuk. Saya Jeremy Handoko, semua orang sebut saya Jehan. Kamu nggak mau kenalan sama saya?"
Netra Kara naik-turun cepat dengan penuh rasa tidak percaya. Dia memandang bergantian pada tangan dan wajah Jehan. Rasa gugup lantas mendominasi dirinya menyebabkan tidak tahu harus berbuat apalagi.
Jehan mengerjap pelan, tampak kecewa melihat tangannya dibiarkan menganggur begitu saja oleh Kara. Pria itu mendesah lemas.
"Kamu sungguh-sungguh nggak mau kenalan, nih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Bad Popular Actor (18+)
Romance🔞WARNING🔞 "Lo siap nggak main film dewasa sama dia?" "Apa lo bilang? Film dewasa?!" *** Kara Tamara sangat ambisius ingin menjadi top aktris tapi alih-alih terwujud, rasa trauma lantas tercipta. Kara ditawari manajernya beradu peran di film roman...