🔞WARNING🔞
"Lo siap nggak main film dewasa sama dia?"
"Apa lo bilang? Film dewasa?!"
***
Kara Tamara sangat ambisius ingin menjadi top aktris tapi alih-alih terwujud, rasa trauma lantas tercipta.
Kara ditawari manajernya beradu peran di film roman...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kesempatan kedua.
Setiap orang pasti memiliki kesempatan kedua untuk berubah menjadi lebih baik, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk dinamis yang tentu saja tidak ingin berdiam diri satu tempat.
Ketika mendapatkan kesempatan kedua, ada manusia yang memperbaiki diri menjadi lebih baik dan tidak menyia-nyiakan hal tersebut. Namun, beberapa manusia lain yang mendapatkan kesempatan kedua, justru menjadi lebih meremehkan seseorang yang memberikannya dan berakhir kembali mengecewakan. Atau, pada akhirnya menorehkan luka yang rasa sakitnya melebihi luka pertama.
Kira-kira, untuk seorang Jeremy Handoko, sang top aktor 10 itu, apakah memberikan kesempatan kedua untuknya adalah hal yang tepat? Namun, lebih dari kata tepat atau tidak ... sebenarnya Kara, sang pemberi kesempatan kedua, hanya tengah berpacu dengan keterpaksaan. Karier yang selalu dimimpikannya selama ini sudah bertengger di depan mata, apa Kara harus melepas semua itu?
Rasa ambisiusnya yang sudah tak tertahankan lagi, apa harus dipadamkan begitu saja karena sebuah kejadian tidak menyenangkan yang menimpanya sekali ini?
Tiap kali Kara ingin memberontak dan berlari, dia teringat lagi perkataan Dika.
"Gue minta maaf, bukannya nggak percaya sama lo tapi sekarang ini posisi kita sama-sama genting. Bryan nggak percaya sama lo dan imbasnya nanti ke kerjaan gue. Makanya sekarang, kalo misalnya nanti Jehan berani macem-macem lagi sama lo, lo harus punya bukti yang bisa lo tunjukkin ke Bryan. Oke?"
Kalimat itu begitu tersusun rapi dalam pikiran Kara dan termgiang-ngiang seolah menjadi motivasi terkuat Kara untuk bertahan di tengah terpaan rasa menyerah yang mendera. Untuk sekali saja, Kara ingin mempercayai Dika sebagai sahabatnya yang sudah mengenalnya luar dan dalam selama bertahun-tahun itu.
Jadi sebenarnya, kesempatan kedua yang diberikan Kara untuk Jehan, sedikit-banyak merupakan kesempatan kedua yang diberikan Kara juga untuk Dika. Kalau-kalau hal terburuk terjadi menimpa Kara, apa Dika masih akan tetap menyudutkannya atau berdiri di sisinya untuk membelanya?
Tidak ada yang tahu.
"Kara, apa kamu mau memaafkan saya?" tanya Jehan lagi, membuat Kara tersadar dari lamunannya. Perempuan itu telah tenggelam dalam pikirannya sendiri sejak lama.
Napas Kara memburu, ada rasa kelegaan yang entah datang darimana. Sekali lagi, Jehan kembali menunduk.
"Maaf, ya. Kekhilafan saya membuat semua masalah ini terjadi. Saya janji, saya tidak akan mengulanginya." Suara Jehan yang terdengar parau membuat Kara menggigit bibir bawahnya. Aneh, padahal di sini Kara adlaah korbannya tetapi kenapa ada rasa tidak enak mendadak muncul memenuhi relung hatinya? Ada apa gerangan pada diri Kara?
"Iya, Kak. Nggak apa, kok," imbuh Kara pada akhirnya, keringat dingin membasahi pelipisnya. Semoga pilihan untuk memaafkan Jehan bukanlah hal yang salah. "Aku udah maafin itu semua, tapi tolong jangan kecewain aku untuk kedua kalinya."