Singa

1.9K 15 5
                                    

Jika seseorang masih berusia muda, maka dirinya masih harus siap mengeksplor banyak hal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika seseorang masih berusia muda, maka dirinya masih harus siap mengeksplor banyak hal. Jika seseorang masih berusia muda, maka alangkah baiknya dia harus siap menjalani hidup dengan minimnya pengalaman sehingga menerima trial and error masalah hidup terus-menerus yang akan menekannya tanpa henti. Namun, setelah seseorang yang muda ditempa, mereka akan menjadi jauh lebih bijaksana.

Mungkin itu juga yang terjadi pada Kara Tamara, perempuan cantik berusia 24 tahun dengan visual yang mendekati sempurna. Namun, nasib hidupnya tidak sesempurna wajah dan fisiknya.

Entah kenapa setelah mendengar semua penjelasan Jehan mengenai kronologi Kara yang terlelap usai party di kelab semalam hingga berujung terbangun di pagi hari pada sebuah kamar apartemen bersama seorang pria asing itu sangat lengkap dan runut, membuat Kara malah menjadi malu sendiri.

Ingin rasanya Kara mengubur dirinya sendiri hidup-hidup daripada harus melihat wajah Jehan lagi.

Duh, pikiran gue bodoh banget. Masa gue ngira Kak Jehan mau jual gue! batin Kara sibuk merutuk dirinya sendiri.

"Kar?" panggil Jehan pada wanita yang kini terdiam di kursi penumpang sampingnya. Setelah Jehan menjelaskan semuanya, Kara menjadi lebih diam. Tentu saja, Jehan menyadari itu dan penasaran.

Kara masih sibuk merutuki diri sendiri serta Sony yang dianggapnya kurang ajar sebab telah memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Sampai akhirnya Jehan menepuk tangan Kara pelan, tetapi perempuan itu malah tersentak. Mungkin rasa takutnya disentuh pria masih belum menghilang, trauma itu masih tersisa.

"Ke ... kenapa, Kak?" tanya Kara sambil meneguk saliva susah payah, Jehan mencoba memandanginya dalam-dalam. Kebetulan saat itu, mobil Jehan sedang berada di area lampu merah. Namun, Kara malah menghindari tatapan Jehan seolah tidak ingin kedua mata mereka bertemu.

"Kamu nggak mau natep saya?" tanya Jehan, sedikit tersinggung. "Apa kamu masih marah sama saya, Kar?" lanjutnya.

Kara menggigit labium bawahnya, kehilangan kata-kata dan tidak tahu harus menjawab apa. Daripada marah dan tidak memaafkan Jehan, Kara justru jauh lebih marah pada diri sendiri. Rasanya amat sangat malu mengira Jehan sudah menjualnya pada pria asing, padahal Jehan sudah menolongnya yang kelelahan kemarin.

"Oke, saya minta maaf. Emang saya salah banget, harusnya saya bawa kamu ke hotel saja supaya bisa lebih leluasa istirahat. Tapi ... saya emang nggak sempet kemaren," pungkas Jehan dengan napas yang terdengar sangat berat. "Saya nggak tahu kalo pilihan saya bawa kamu ke aparetemen saya ternyata hal yang salah. Kamu malah dapet musibah yang nggak mengenakkan seperti itu."

Kara menggeleng pelan, tetapi masih enggan menatap wajah Jehan.

"Kamu bener-bener semarah dan sebenci itu sama saya, Kara?" tanya Jehan lagi, kali ini nada bicaranya terdengar mendesak, seolah mengintimidasi Kara untuk menjawab pertanyaan itu.

He is Bad Popular Actor (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang