Hilang Rasa

1.7K 19 0
                                    

Pandangan Kara tampak sayu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pandangan Kara tampak sayu. Sungguh, dirinya amat sangat lelah menghadapi semua masalah yang bertubi-tubi menghantam dan seolah tidak ada habisnya ini. Lelah, capek, bingung, dan tidak tahu harus melampiaskan ke mana membuat Kara hanya menghela napas panjang.

Dirinya hampir saja akan dilecehkan oleh Sony, sosok yang bahkan baru ditemuinya satu kali seumur hidup dan begitu asing ... sekarang apa? Dituduh oleh Awan melakukan hal aneh-aneh bersama Jehan hanya karena kebetulan Kara tertidur di sana?

Sungguh, Kara sendiri ingin menonjok wajah seseorang atas jalinan takdir absurd ini, tapi entah siapa.

Awan merengut sebal karena merasa protesnya hanya dianggap angin lalu. "Hei, aku ini lagi ngomong sama kamu!"

"Iya, aku juga tau," jawab Kara asal.

"Terus kenapa kayak gitu sikap kamu sama aku? Kamu lupa kalo aku ini pacar kamu, Kar!" sentak Awan semakin kesal, karena melihat Kara tidak bereaksi apa pun, membuat emosi Awan semakin meningkat. Tangan Awan lalu menarik pergelangan tangan Kara sedikit kasar untuk menarik perhatiannya.

Kara mengempas tangan pria itu.

"Apa, sih!" Kara mulai tidak tahan lagi.

"Kamu nggak biasanya bersikap kayak gini sama aku, kamu seneng nyakitin aku?" tanya Awan dengan rahang mengeras. Ternyata riuh-riuh keributan mereka berhasil memancing mama Kara dan Jehan untuk terpengaruh oleh rasa penasaran dan mulai berjalan beriringan ke depan rumah.

Jehan meneguk saliva saat melihat pria tadi, yang kini dipahaminya sebagai pacar Kara.

Oh ini si pacarnya Kara yang posesif banget itu, ya, pikir Jehan sambil menarik ujung bibirnya saat menyadari bahwa lawannya hanya seorang pria bau kencur yang masih mahasiswa.

Bagi Jehan, Awan bukanlah seorang lawan yang dapat dikatakan sepadan dengannya. Dilihat darimana? Tingkat kepopuleran, ketampanan, hingga harta. Pastilah semua kalah telak.

Dari sini saja sudah terbukti Awan tidak pantas mendapatkan pacar sesempurna Kara. Kara ... hanya pantas dengan pria yang sepadan atau lebih hebat darinya, tentu saja Jehan itu sendiri.

Kara yang melihat Jehan dan mamanya sudah di dekat sana, memilih mencoba meredamkan emosinya.

"Ini semua nggak kayak yang kamu pikir, Boo. Aku ... cuma lagi capek karena beberapa hari belakangan hectic mikirin perkembangan shooting film. Belum lagi kalo misal nanti ada retake atau gimana-gimana," jawab Kara dengan nada semanis mungkin. Entah kenapa, sikap Kara otomatis berubah sendiri ketika dihadapkan oleh Jehan.

"Terus ... ponsel kamu?"

Kara memutar otak dan memberi tatapan penuh arti ke Jehan, seolah meminta Jehan untuk bungkam dan tidak mengatakan hal yang sebenarnya.

"Ah itu ... ponselku mati."

"Oh."

"Hm ... kayaknya situasinya lagi kurang enak, ya." Jehan akhirnya mulai mengeluarkan suaranya. "Kalo gitu ... saya izin pamit ya, Tante, Kara, dan ... hm ... Mas?"

He is Bad Popular Actor (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang