Bukan Dia, Tapi Kamu

1.1K 15 0
                                    

Kejadian tadi pagi memang berlangsung sebentar, tapi efeknya terlampau lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kejadian tadi pagi memang berlangsung sebentar, tapi efeknya terlampau lama. Sungguh tidak berbalau sama sekali. Efeknya menyebar ke mana-mana, bahkan sampai orang yang tidak tahu-menahu ikut terkena getahnya. Siapa lagi kalau bukan sang sutradara dan kru perfilman?

"Cut!" teriak Bryan dengan nada kencang, urat-uratnya tercetak jelas. "Karaaa! Lo lagi mikirin apa, sih? Linglung banget, kayak nggak ada fokusnya."

Kara menunduk malu, sudah berusaha seprofesional mungkin tapi nyatanya Bryan bisa dengan mudah menyadari kekalutan yang coba Kara sembunyikan daritadi. Ekspresi Kara dipenuhi mimic kebingungan, Bryan menghela napas dan berusaha melunak. "Lo kenapa sih, Kar?"

"Eng ... enggak apa, Kak. Sorry," lirih Kara dengan jari-jemari memainkan ujung rambut pertanda gugup. Kini, Kara diam-diam mencoba memandang Jehan yang tampaknya sama sekali tidak terganggu. Apa ini berarti memang hanya Kara yang terusik atas kejadian tadi pagi?

"Gue kasih waktu lo lima menit untuk nenangin diri, apa pun masalah lo, gue harap lo bisa lepasin dan buang itu semua dulu, Kar. Karena penonton nggak bakalan puas lihat acting lo yang setengah-setengah kayak gini. Yang setengah-setengah itu gak enak."

Jehan kini menatap Bryan lalu menyeletuk santai, "Tapi indomi setengah mateng enak tuh, Bro."

"Gue tampol dada lo ye, Han, sampe bunyi 'Darumdarimda!" kesal Bryan sambil menggeleng-geleng kepala mendengar kerandoman Jehan barusan. Jehan sendiri hanya tersenyum miring, merasa senang entah atas apa. Entah karena dirinya berhasil menggoda Bryan atau hal lain?

"Aduh, takut banget kalo Pak Sut udah ngomel." Jehan memasang wajah masam lalu menarik tangan Kara. "Pergi aja yuk?"

"Hah?" Bryan dan Kara shock bersamaan.

"Kata lo tadi Kara boleh nenangin diri dulu."

"Ya, enggak perlu ke mana-mana juga kali. Di sini aja!" protes Bryan sambil menggeleng entah ke berapa kalinya.

Perasaan Jehan yang dikenalnya selalu bersikap selayaknya top aktor yang begitu mengangungkan profesionalitas dan tidak ada toleransi kepada siapa pun sang lawan main, tapi kenapa pas sama Kara malah jadi langsung berubah 180 derajat begini sih? Bulu kuduk Bryan sampai berhasil dibuat berdiri semua alias merinding total.

Jehan mengerucutkan bow lips-nya. "Nggak asyik, ah!"

"Lo tuh lagi kerja, bukan main, wahai Jeremy Handoko!" Bryan memelotot kesal. Kesabarannya sudah melenyap seutuhnya. "Harusnya lo tuh ngajarin Kara yang masih pemula biar makin profesional, bukan malah mau berduaan bae. Bucin banget sih! Lama-lama gue nikahin lo berdua."

Deg-deg. Begitulah sensasi jantung Kara yang berdebar kian kencang mendengar ucapan terakhir Bryan. Seakan belum cukup, respons Jehan yang berikutnya malah bisa-bisa bikin jantung Kara merosot sampai ke lantai.

"Aamiin, boleh juga ide lo, Bro." Jehan anteng saja menjawabnya tanpa memperhatikan wajah Kara yang sudah memerah bak kepiting rebus.

"Anjir! Lo bener-bener ya, Han!"

He is Bad Popular Actor (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang