18

155 17 0
                                    


Hubungan Aksa dan El semakin dekat sedangkan El mencoba menjaga jarak dengan Vino. Terlebih keluarga Vino yang juga mendukung Kesibukan Vino supaya tidak sering bertemu El atau bahkan untuk menjauhkan keduanya.

"El, Kakak udah bilang jangan suka makan ice cream pagi-pagi" Aksa memperingati lagi.

"Tapi El udah sarapan tadi Kok"

"Tetep aja El"

"Iya ini terakhir deh kak"

Namun Aksa mengambil kotak ice cream itu dan menaruhnya di kulkas.

"Kalau Kakak liat kamu makan Ice cream lagi pagi-pagi Kakak buang semua ice cream di kulkas" ucap Aksa.

"Kakakk~" El.

"Biarin aja, biar gak bisa makan ice cream lagi kamu"

"Kak Aksa nyebelin" ucap El lalu berjalan meninggalkan Aksa yang sedang sarapan.

.

.

Aksa tidak melihat El di lantai bawah, biasanya jam segini El sedang membuat sarapan tapi dapur saja masih bersih.

Aksa memeriksa El di kamarnya.

"El, kamu udah bangun belum?" Tanya Aksa setelah mengetuk pintu.

"El" panggil Aksa lagi dan menampakan El yang baru membuka pintu.

"Kak maaf ya, El gak bisa bikin sarapan pagi ini" ucap El.

"Kamu sakit?" Tanya Aksa melihat wajah El yang pucat.

"Gak tau, lemes aja rasanya semalam muntah juga. Mungkin masuk angin" ucap El.

"Mau periksa?" Tanya Aksa.

"Enggak deh Kak, El mau tidur aja" ucap El lalu masuk ke kamarnya lagi tapi ternyata Aksa ikut masuk ke kamar El.

"Coba Kakak cek" ucap Aksa memegang dahi El yang sedikit hangat cuman tidak sepanas itu.

"Yaudah kamu istirahat aja hari ini, nanti Kakak yang bikin sarapan" ucap Aksa membantu El berbaring dan menyelimutinya.

"Maaf ya Kak" ucap El dan Aksa mengangguk.

El memejamkan matanya kembali dan Aksa keluar dari kamar El untuk membuat sarapan.




Setelah selesai membuat sarapan Ia berjalan ke kamar El membawa bubur.

Aksa membangunkan El supaya El bisa mengisi perutnya.

"El, makan dulu ya" ucap Aksa.

"Emhhh nanti aja kak" ucap El.

"Sedikit aja ya, biar gak lemes banget" ucap Aksa akhirnya El bangun dan Aksa membantunya untuk duduk bersandar di ranjang.

"Bisa makan sendiri atau mau kakak suapin?" Tanya Aksa.

"El sendiri aja kakak" jawab El ingin mengambil mangkuk itu namun Aksa langsung mengambilnya lebih dulu.

"Kakak suapin aja" ucap Aksa dan El mengangguk entah mengapa dirinya tidak bertenaga sama sekali hari ini.

"Udah deh kak" ucap El setelah 3 kali suapan.

"Sekali lagi" ucap Aksa namun El menghindar.

"Sekali lagi ya" Aksa masih mencoba membujuk.

"Kak, El boleh makan yang lain gak?" Tanya El.

"Mau makan apa emangnya?"

"Ice cream"

"Enggak, kamu ini sakit karena terlalu banyak makan ice cream" Aksa.

"Sedikit aja ya Kak~"

"Enggak, kamu makan buburnya lalu istirahat. Kalau sembuh nanti baru boleh makan ice cream"

El hanya bisa cemberut, entah kenapa ia hanya ingin makan ice cream. Sejak kemarin Ia tidak makan Ice cream karena larangan dari Aksa.





"Kakak gak kerja?" Tanya El karena Aksa masuk ke kamarnya lagi.

"Enggak, mana bisa Kakak ninggalin kamu yang lagi sakit gini"

"Maaf kak, El ngrepotin Kakak" ucap El.

"Gak papa, waktu Kakak sakit juga kamu yang ngerawat Kakak" Aksa.

Aksa mengecek dahi El dan suhu badan El memang tidak sepanas itu. Mungkin El hanya kelelahan saja.

Aksa akan melepas tangannya dari dahi El namun ternyata El meraih tangan Aksa.

"Kakak bisa temenin El gak?" Ucap El masih menggenggam tangan Aksa.

Aksa tidak menjawab hanya saja Aksa mendudukan dirinya di samping ranjang El lalu satu tangannya terulur begitu saja untuk mengusap puncak kepala El, perlahan El memejamkan matanya.

Aksa hanya menatap El yang mungkin saja sudah tertidur. Ia masih merasa itu Key setiap melihat El hanya saja dirinya juga tidak bisa berbohong perasaanya pada El sekarang juga semakin berubah tidak seperti dulu yang hanya menganggap El sebagai Adek.

Ia ingin memberikan ruang lebih untuk El hanya saja ruang untuk Key terlampau luas di dalam dirinya dan kembalinya Vino membuat Aksa menjadi goyah untuk perasaanya pada El.

Genggaman tangan El pada tangan Aksa melemah menandakan El sudah terlelap. Aksa melepaskan tangan El dengan pelan supaya El tidak terbangun.

Sebelum Ia beranjak untuk pergi, Ia memberi kecupan pada dahi El lalu membenarkan selimut El dan setelahnya Aksa keluar dari kamar.







Regret In Mistakes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang