34

167 21 1
                                    

Aksa semakin sering melihat El bersama Vino. Bahkan Vino sekarang sering mengantar jemput El.

"Sa, itu El sama Vino kan?" Ucap Key.

"Vino bilang mau lamar El, tapi kayaknya belum yah? El belum ngomong apa-apa ke Aku" Key.

"Mungkin belum" jawab Aksa masih menatap kepergian Vino dan El dari pusat perbelanjaan.

"Sa!"

"Ya?"

"Ayo, malah bengong" Key.






"Tadi Aksa sama Key kan?" Tanya Vino pada El.

"Iya" jawab El.

"El, udah sejauh ini. Kamu masih belum ngomong ke Aksa soal kehamilan mu lalu Key juga belum tau pernikahan kalian?" Vino.

"Ayah belum mengizinkan Vino, Key belum pulih" El.

"Yang bener aja dong El, keburu lahir anak kamu kalau nunggu Key sembuh total. Minimal Aksa tau dulu kamu hamil" Vino sudah benar-benar gemas dengan semua ini.

"Key mulai curiga sebenarnya, Key bilang Aku dan Kak Aksa terlihat sangat dekat padahal kita gak sedekat itu" El.

"Key bilang seperti itu?" Tanya Vino dan El mengangguk.

"Apa sejak kamu memintaku untuk mengantar jemputmu dan mengajak pergi karena kecurigaan Key?" Tanya Vino.

"Maaf" ucap El.

Vino benar-benar tidak percaya. Bagaimana bisa El mengorbankan dirinya seperti ini.

"Meskipun begitu, hubungi Aku jika kamu membutuhkan apapun, karena cuman Aku yang tau kehamilanmu. Jangan menyembunyikan apapun dariku atau Aku bongkar pada keluargamu Aksa dan Key tentang pernikahanmu dan kehamilanmu" ucap Vino yang sudah kesal sebenarnya, orang yang sangat Ia sayangi harus hidup seperti ini.

"Iya, terimakasih untuk hari ini karena menemaniku membeli baju" ucap El mengusap perutnya. Ia butuh baju baru karena kehamilanya mulai membesar.

"El, apa Aku boleh mengusap perut mu?" Tanya Vino.

"Kamu ingin?" Tanya El dan Vino mengangguk.

"Boleh" ucap El membuat Vino mengulurkan tangannya untuk mengusap perut El yang mulai membesar.

"Sehat-sehat keponakan uncle" ucap Vino membuat El kembali merasa bersalah pada Vino.

"Jangan nakal sama Mama, kasian Mama kamu harus nanggung semuanya sendiri soalnya Papa kamu nyebelin" ucap Vino membuat El terkekeh.

"Vino!" El.

"Biarin aja" Vino.

"Semoga kamu lepas dari aku, bisa lebih bahagia ya Vin" ucap El membuat Vino melepaskan tangannya dari perut El.

"Sebaiknya kita pulang" ucap Vino.

Mereka sudah di dalam mobil sejak tadi.



"Kenapa Aksa gak mau bahas pernikahan lagi ya El?" Tanya Key.

Keduanya sedang duduk di kamar Key.

"Apa Aksa gak mau nikah sama Aku karena Aku masih cacat?" Key.

"Ngomong apa sih kamu Key" El.

"Aku ngerasa Aksa gak kaya Aksa yang Aku kenal, Kalau Aksa ninggalin Aku Aku harus gimana ya El?" Tanya Key.

"Apa Aku bisa hidup tanpa Aksa" Key.

El sejak tadi hanya diam mendengarkan keluh kesal Key soal Aksa. Apa yang harus Ia jawab, Ia juga tidak tau. El mulai lelah dengan semuanya sepertinya ini efek kehamilan El.



"Kakak mau pulang?" Tanya El.

"Iya, kenapa? Ada yang mau di ambil di rumah nanti kakak ambilin" ucap Aksa.

"Iya El mau-"

"Apa maksud kalian?" Key tiba-tiba muncul di belakang mereka membuat Aksa maupun El terkejut.

"El?" Key meminta penjelasan pada El.

"Rumah? Rumah siapa? Rumah siapa yang kalian maksud? Rumah kalian?!" Key.

"Key" El.

"Jelasin El" key pada El.

"Sa! Kamu gak mau jelasin juga?" Key pada Aksa.

"Aku berfikir selama ini cuman perasaanku saja, tapi sepertinya kalian memang punya hubungan lebih" ucap Key sambil terkekeh tidak percaya.

"Aku sedikit terkejut saat melihat Kamu berada di kamar El? Dan wahhh Apa kalian semua membermainkanku?!" Key.

"Key Aku bisa jelasin" Aksa.

"Apa? jelasin!" Key menuntut pada Aksa.

"Kamu tenang dulu" Aksa.

"Bagaimana bisa Aku tenang setelah kalian membohongiku?!"

"Key" El sudah menangis.

"Jangan menangis seolah kamu korbannya El, Di sini Aku korbannya!!"

"Ada apa ini?" Tanya Ayah karena mendengar keributan.

"Apa ayah tau?" Tanya Key pada Ayah.

"Tau apa?" ayah.

"Mereka menikah, El menikah dengan Aksa Yah! Ayah tau?"

"Keyy" Ayah.

"Ayah tau" final Key melihat reaksi Ayahnya.

"Semua orang tau" ucap key lagi masih tidak percaya.

Ayah ingin menyentuh Key dan memenangkan tapi Key menghindar.

Key yang masih menggunakan satu tongkat berusaha kembali ke kamarnya karena mereka berada di lantai bawah. Tapi Key terjatuh karena terburu-buru.

"Key" ucap Mereka mencoba menghampiri key dan membantunya berdiri tapi Key menolaknya.

"Astaga Key" bunda yang melihat putranya terjatuh dan tidak ingin di tolong oleh siapapun.

"Bunda, Key mau ke kamar" ucap Key.

"Ayo bunda bantu sayang" Bunda membantu Key akhirnya meninggalkan Ayah El dan Aksa.


"Apa yang kamu lakukan El?" Ayah saat Key sudah masuk ke kamarnya.

"Ayah, El.."

"Yah ini bukan salah El, mungkin sudah waktunya Key tau" ucap Aksa yang juga sepertinya sudah lelah harus menyembunyikan semua ini dari Key.

"Tapi setidaknya tunggu key sudah sembuh dan kita bisa memberitahunya perlahan, bukan malah seperti ini" Ayah.

"Maafin El Yah" ucap El.

"Jangan meminta maaf El, Semua ini terjadi bukan karena kamu, Ayah harus ingat semua ini terjadi karena siapa" Aksa.

"Aksa!!" Ayah.

"Bisa kalian berhenti" bunda sudah kembali.

"Apa yang terjadi? Kenapa Key?" Tanya bunda.

"Key gimana?" Tanya Ayah.

"Key mau sendiri, gak mau di ganggu dulu. Ada apa sih?" Bunda.

"Bunda, Key tau kalau El menikah dengan kak Aksa" ucap El memeluk bundanya.

"Mungkin memang sudah waktunya, nanti kita bicara dan jelaskan ke Key" bunda.

"Bund!" Ayah.

"Mau nutupin ini sampai kapan Yah?" Bunda.

"Terserah, Ayah gak akan maafin kalian kalau terjadi apa-apa sama Key" ucap Ayah berjalan pergi meninggalkan mereka.

Regret In Mistakes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang