"Kamu Suyem? Masih muda! Seusai sama Bhumi?" Tanya Gunawan pada Aqila.
"Iya tuan! Saya 17 tahun!"
"Ohhh... Coba makanan dari Suyem! Rasanya enak tahu, mas! Bhumi sama teman-temannya sampai nambah disini!" Puji Kemala.
Aqila hanya bisa senyum malu-malu. Rendra dan orang-orang di kantor juga sering memujinya. Bahkan mereka sering meminta makanan setiap waktu pada Aqila seorang. Tentu saja dia akan mendapatkan uang lebih karena membuatkan makanan mereka juga. Gunawan mencoba makanan buatan Aqila dan menganggukkan kepalanya paham atas pujian besar istrinya pada pembantu baru mereka. Rasanya sangat enak dan penuh dengan bumbu. Gunawan jadi mengingat masakan buatan almarhum ibunya.
"Enak kan mas?" Tanya Kemala.
"Enak! Ini sama kayak masakan ibu dulu. Saya jadi rindu kampung halaman. Kamu dari mana asalnya?" Tanya Gunawan asik memakan makanannya.
"Semarang tuan!"
"Deket itu sama rumah saya dulu! Saya juga orang Jawa Tengah, kalau istri saya ini asli Jakarta." Gunawan tidak henti-hentinya untuk memakan masakan Aqila.
Apakah Aqila harus berbangga diri di puji habis-habisan seperti ini? Tentu saja. Akhirnya dia bisa membuat kakeknya bangga!
"Suyem nanti ke kamar gue!" Pinta Bhumi.
"Iya, den!"
"Kenapa kamu suruh Suyem ke kamar kamu?" Tanya Kemala.
"Suyem, Bhumi ajari Bahasa Inggris supaya bisa masakan western ma!" Bhumi tersenyum kepada Kemala.
"Ohhh... Kamu ini!" Kemala menahan tawa dengan tingkah Bhumi.
Tapi dia juga tidak mempermasalahkannya karena mungkin saja Aqila bisa membuat makanan khas western atau negara lain. Kemala sangat menantikannya! Walaupun sebenarnya ada maksud lain dari Bhumi. Aqila tahu hal itu, mereka akan membahas tentang kamera tersembunyi bersama Gunawan.
🔎🔎🔎
"Ada tiga lain! Satu di taman, satu di ruang tamu, satu lagi di kamarnya Den Bhumi!" Jelas Aqila.
"Kenapa saya nggak tahu selama ini?" Gunawan melihat empat kamera pengintai yang Aqila temukan sendiri.
Dia mencari keberbagai tempat tanpa sampai di kolong-kolong meja. Teman-teman Bhumi juga membantu sebenarnya tapi mereka hanya membuat barang-barang menjadi berantakan jadi Aqila mencarinya sendiri dan menyuruh mereka diam di tempat saja. Bhumi melirik Aqila sejenak. Dia sekarang yakin Aqila bukan mata-mata yang membahayakan nyawa keluarganya.
"Suyem terima kasih! Berkat kamu saya bisa tahu kalau rumah ini sudah tidak aman lagi untuk ditempati." Gunawan tersenyum simpul. Dia harus segera pergi dari rumah ini demi keselamatan keluarganya.
"Iya tuan! Sama-sama. Saya juga tidak sengaja temukan kamera di boneka dinonya Den Galih. Saya kira itu apa tapi kok mirip kamera di film-film jadi saya kasih tahu Den Bhumi." Juga kepada Rendra.
"Saya harap kamu jangan katakan pada siapapun soal masalah ini. Kita semua harus diam saja. Jangan sampai orang lain tahu! Papa akan siapkan rumah baru, papa juga akan kasih tahu mama kamu soal ini. Tapi masalahnya siapa yang taruh kamera itu?" Gunawan menjadi mencurigai banyak orang.
Tentu saja orang itu adalah orang yang tahu dan mengenal keluarganya secara dekat. Tapi siapa?
"Mulai sekarang kamu harus hati-hati Bhumi! Papa nggak mau kamu bawa orang ke rumah lagi. Ini demi kebaikan semua orang! Apa kamu paham?"
"Tapi pa?"
"Bhumi!" Gunawan menatap putra sulungnya tajam.
"Iya!"