Dareen melihat keadaan sekitar dan memperhatikan seseorang yang turun dari atas. Aqila tersenyum dan mendekati Dareen yang sudah menunggunya.
"Cantik! Apa kita nonton di rumah aja?" Tanya Dareen bersiul melihat penampilan Aqila yang terlewat manis.
"Hah... Nggak usah aneh-aneh!"
"Hemmm... Gue beneran mau liburan sama lo ke Maldives. Atau negara lain yang lo tuju? Gue ikut aja!"
"Ckk... Dareen!"
"Excel!"
"Excel! Saya butuh liburan sendiri! Ayo pergi! Kita mau nonton apa hari ini?" Tanya Aqila masuk ke dalam mobil.
"Lo nggak kesepian? Gue bisa jadi teman liburan lo! Hmm?" Dareen masuk ke dalam mobil dan masih ingin melakukan liburan menyenangkan bersama Aqila.
Menikmati Maldives atau negara lain yang indah. Dareen harus membuat Aqila setuju dengan rencana besar ini. Bagaimanapun juga dia harus membuat Aqila menjadi miliknya seutuhnya. Mungkin rencana menikah bulan depan harus mereka segera lakukan.
"Kalau anda ikut saya, saya yakin anda pasti ingin sesuatu! Bukan begitu Tuan Excel?"
"Tepat sekali!"
"Hahaha... Nggak akan saya lakukan itu!"
"Atau kita liburan setelah kita menikah? Bagaimana?"
"Hah... Saya tidak ingin menikah dulu. Umur saya masih muda."
"Tapi gue 25 tahun! Harus berapa tahun lagi? 3 tahun?"
"Sampai Mbak Lika keluar! 5 tahun!"
"Hah? Lama juga. Okey, lima tahun! Umur gue juga udah 30 tahun! Nggak buruk! Apakah kita harus cicil anak lebih dulu?"
"Excel!"
"Maaf! Jangan marah! Jadi mau nonton apa hari ini? Lo suka horor?" Tanya Dareen.
Dia akan menunggu lima tahun lagi sampai Aqila mau menikah dengannya. Asalkan dia bersama Aqila dia akan menunggu selama apapun itu! Aqila tersenyum dan menatap Dareen dengan wajah berbinar.
"Saya mau!"
🔎🔎🔎
"Bhumi?" Aqila melihat Bhumi dari atas ke bawah.
Kenapa ada Bhumi di tempat ini? Juga dia membawa Galih. Bhumi menatap penampilan Aqila yang begitu manis seperti anak remaja. Kalau sekarang Aqila mirip dengan Suyemnya dulu. Wajah tanpa make up tebal, rambut lurus, pakaian sopan, dan aura yang begitu menenangkan. Bhumi memalingkan wajahnya yang memerah. Dia bisa jatuh cinta lagi padanya. Padahal semalam dia menyakinkan diri untuk mengubur dalam-dalam rasa cintanya. Dia ingin move on. Tapi sepertinya takdir ingin bermain-main dengannya.
"Bang! Itu... Itu... Sapa?" Tanya Galih menunjuk Aqila.
"Itu Kak Lily!" Bisik Bhumi.
"Lily! Main yuk!" Ajak Galih.
"Galih! Udah gede ya? Kakak sebenarnya mau main, tapi kakak ada acara sama Kak Dareen. Maaf ya!" Aqila menunduk dan menyentuh pipi Galih.
Ternyata sudah sebesar ini!
"Yahhh... Kaka... Nggak suka ya?"
"Nanti kapan-kapan kita main lagi! Oke! Tapi bukan sekarang, kakak harus pergi sama Kak Dareen! Lucu, gimana kabar orangtua kamu?" Tanya Aqila melihat Bhumi.
"Ba-ik!"
"Saya harap mereka baik-baik saja. Bude sama Pak Helmi masih kerja?"
"Ma-sih!" Bhumi mengepalkan tangannya.