"Jadi, Den Farraz yang selama ini jadi mata-mata untuk dia?" Aqila melirik Adinata.
"Memang! Lo aja nggak tahu! Kenapa lo harus ikut campur Suyem? Kenapa?" Farraz mencengkram pipi Aqila.
"Saya heran. Kenapa Den Farraz bisa-bisanya bohongin semua orang? Bukan hanya saya tapi Den Bhumi, Den Radi, sama Den Dareen."
Aqila merasa sangat bersalah telah menuduh Dareen tanpa alasan yang jelas. Ternyata Farraz yang selama ini menaruh banyak kamera di rumah Gunawan. Siapa yang akan menyangka anak yang pendiam ini yang menjadi seseorang yang memegangi senjata api? Aqila melihat Pak Helmi yang tertunduk ketakutan. Sejujurnya dia juga takut tapi dia harus berani sampai polisi datang.
"Hahahaha... Memangnya mereka temen gue? Mereka hanya anak-anak di bawah gue, lo pikir usia gue berapa? Hmm?" Farraz mengusap lembut pipi Aqila.
"Berapa 30?" Tebak Aqila asal.
"Wow... Ternyata lo lebih pinter dari gue duga. Lo pasti bukan hanya OG dulu. Apa lo mata-mata tersembunyi di KIN? Kenapa Lika tidak tahu? Bukankah kalian sepupu?" Tanya Farraz.
"Lika?"
"Pftttt... Lo pasti juga nggak tahu apa-apa soal sepupumu itu, Aqila!"
Tubuh Aqila menegang saat mendengar namanya disebut. Apakah Farraz sudah tahu identitasnya tapi kenapa mereka juga tahu tentang Lika? Aqila menatap Farraz butuh jawaban. Apa hubungan Lika dengan mereka?
"Gue tambah suka saat lo kayak gini. Sayangnya Bhumi berani buat sentuh lo. Setelah ini gue bakal habisin dia. Tunggu aja ya cantik!" Bisik Farraz.
"Jangan lakukan! Kamu mau apa? Kenapa kamu tahu tentang Mbak Lika?" Tanya Aqila.
"Gimana nih? Dia mau tanya?" Farraz melihat ke arah Adinata yang tersenyum.
"Ternyata kamu juga di bodohi oleh keluarga kamu. Hahahaha... Lika adalah anak angkat saya. Sedangkan orang didepanmu ini adalah anak angkat pertama saya, Eron. Sayang sekali kamu tidak tahu akan hal itu. Selama ini Lika bekerja sama dengan saya untuk membocorkan informasi dari KIN termasuk kamu yang masuk menjadi mata-mata di Keluarga Gunawan. Hahahah..." Adinata tertawa terbahak-bahak.
Aqila menunduk dalam, tidak mungkin Lika melakukannya. Tidak mungkin Adinata adalah keluarga angkat dari sepupunya. Tidak mungkin. Aqila menahan tangis, lalu bagaimana dengan dirinya saat ini? Apa yang harus dia lakukan?
"Bunuh mereka atau kamu bisa bersenang-senang lebih dulu dengan perempuan itu. Kita akan bunuh Keluarga Gunawan setelah mereka." Perintah Adinata.
"Pertama-tama mari bunuh sopir tidak berguna itu!" Farraz mengarahkan senjatanya pada Pak Helmi.
Pak Helmi hanya bisa menunduk dalam saat senjata api diarahkan padanya. Apakah dia akan mati? Pak Helmi menatap Aqila yang masih terkejut. Jadi selama ini Aqila adalah mata-mata juga? Dia baru tahu nama asli perempuan itu. Tapi sejauh ini, Aqila sudah banyak membantunya kabur dari segala marabahaya yang mengancam. Apa boleh kali ini dia meminta bantuan lagi? Dia malu bersandar pada anak yang lebih muda darinya. Namun, dia juga takut menghadapi kematian. Ada anak dan istrinya yang menunggu di rumah. Mungkin ini sudah takdirnya untuk mati.
Dorrr...
Pak Helmi menutup matanya mendengar suara tembakan. Tapi kenapa dia tidak merasa sakit sama sekali?
"Pak Helmi! Tolong pergi pak!" Pinta Aqila mencengkram erat senjata api milik Farraz.
"Apa yang lo lakuin? Lo mau mati?" Tanya Farraz.
"Yahhh... Nggak tahu juga! Tapi saya refleks buat pegang senjata ini!" Aqila tersenyum dan menendang kuat sela-sela di kaki Farraz.
Dughhh...
"Arghttt..." Farraz memegangi alat vitalnya kesakitan.
"Pak Helmi!" Teriak Aqila membantu Pak Helmi untuk lari dari tempat ini.
"Suyem? Saya masih mau hidup!" Pak Helmi berjalan dengan kaki yang begitu bergetar.
"Makanya pak! Pergi dari sini, jangan lihat apapun lagi! Bapak lari aja yang jauh! Saya bakalan di belakang bapak! Oke!"
"Kamu?"
"Saya baik-baik saja! Lagipula saya nggak punya keluarga lagi selain Mbak Lika. Bapak, pergi ya! Tapi jangan pernah beritahu Keluarga Gunawan tentang saya! Saya mohon pak! Ini rahasia kita berdua!" Pinta Aqila.
Pak Helmi mengangguk dan berjalan pergi meski dia sangat takut. Dia melihat Aqila sekali lagi dan berlari menuju jalanan yang ramai. Dia akan meminta bantuan pada orang-orang untuk menyelamatkan Aqila! Dia harus segera mencari bantuan!
"Agrhtt..."
"Sialan kamu! Beraninya kamu macam-macam dengan saya!" Adinata menarik kuat rambut Aqila dan mendorongnya ke tepi sungai.
"Arghttt... Lepas!" Teriak Aqila.
"Lepas? Nanti setelah kamu mati!" Adinata mengambil senjata api milik Farraz yang masih sesakitan di tempat.
"Jadi anda adalah ayah angkat dari Mbak Lika? Kenapa bisa dia malah mendapatkan keluarga menyedihkan seperti keluarga anda ini? Apakah anda menipu Mbak Lika?" Tanya Aqila menatap air di depannya.
Jujur dia tidak bisa berenang dan air di sana juga terlihat dalam dan deras. Aqila meneguk ludahnya susah payah. Apakah dia akan mati menyusul kakeknya? Orangtua yang membuangnya? Walau dia juga tidak tahu keluarga aslinya tapi Aqila tidak akan mencarinya. Toh keluarganya hanya kakeknya dan Lika. Walau mereka bukan keluarga kandungnya tapi bagi Lika mereka adalah segalanya.
"Saya sangat berterima kasih pada keluarga anda yang membiayai kebutuhan saya dan kakek dulu. Tapi jika tahu kalau hasil uang itu dari korupsi negara ini. Saya tidak akan pernah menerima dan menggunakannya. Itu sama saja dengan uang haram!" Teriak Aqila.
"Kamu masih bisa berkata seperti itu? Baiklah. Pergilah bersama kakek tuamu itu saja! Kalian sama-sama beban!" Adinata meletakkan moncong senjatanya tepat di punggung Aqila.
"Hahahaha... Hahahaha..." Aqila tertawa terbahak-bahak.
Dia akan mati? Maka syukurlah. Dia akan bertemu kakek yang telah merawatnya selama ini.
Niuuuu... Niuuu...
"Angkat tangan kalian!"
Senyuman terbit di bibir Aqila. Jika dia akan berakhir maka begitu juga dengan Adinata.
"Sialan!" Adinata menggeram marah pada polisi yang berdatangan dari berbagai arah. Bahkan di atas jembatan juga.
"Suyem!" Teriak Bhumi melihat Suyem di bawah jembatan.
Aqila mendongak dan tersenyum pada Keluarga Gunawan yang selamat. Ternyata mereka baik-baik saja. Dia bisa pergi dengan mudah jika seperti ini. Aqila melambaikan tangannya, sebentar lagi dia akan mati.
"Jika kalian mendekat! Saya akan membunuh perempuan ini!" Teriak Adinata keras.
Farraz telah tertangkap oleh beberapa polisi begitu juga orang-orang Adinata yang terlibat. Adinata melihat Aqila dengan marah. Hanya karena pembantu ini, dia harus jadi seperti ini! Ini semua karena dia!
"Sialan! Mati saja kamu!"
Dorrrr....
Tubuh Aqila terhuyung ke depan.
Byurrrr...
"Suyem!!!!"
"Den Bhumi?" Aqila mencoba meraih air di atas tapi tidak bisa.
Airnya terlalu deras sampai membawa tubuhnya pergi.
Gluppp... Gluppp....
Air kian masuk ke dalam mulutnya, dia juga merasakan darah di tubuhnya dan rasa sakit yang menjadi satu. Inilah akhirnya. Akhir menjadi sosok Suyem. Pembantu rumah tangga sekaligus mata-mata.
"Selamat tinggal, den!"
🔎🔎🔎
Salam ThunderCalp!🤗
Jangan lupa like, komen, dan share!
See you...