23. Cara Kerja

163 19 0
                                    

"Lo nggak diapa-apain!?" Bisik Dareen pada Aqila.

"Nggak! Dia udah video saya tapi saya juga nggak ngapa-ngapain di toilet tadi. Waktu saya mau cari bukti teman baik anda datang! Jadi nggak jadi deh! Tuh dia!" Tunjuk Aqila pada Radi yang bersama Bhumi menuju meja mereka.

Dareen mengangguk dan memeluk pinggang Aqila disampingnya. Ternyata lebih menyulitkan mencari bukti memberatkan Pak Vian selain mengambil handphonenya. Dareen tersenyum dan memikirkan cara lain agar gadisnya baik-baik saja.

"Hemm... Lo belum beli baju?" Tanya Bhumi melihat ke arah Aqila.

"Baju?"

"Seragam!"

"Oh belum!" Aqila memperhatikan dirinya sendiri.

Dia masih memakai baju kekecilannya. Ini salah Rendra yang tidak membelikannya baju. Harusnya bukan hanya seragam putih abu-abu tapi juga seragam lainnya. Tapi sayang Rendra memang pelit. Mungkin setelah ini dia harus membeli seragam untuk koleksi saja. Setelah misi ini selesai barang itu tidak akan terpakai lagi.

"Jaga mata lo!" Peringat Dareen pada dua orang di depan mereka.

"Gue punya mata harusnya bisa lihat!" Radi menatap tajam Aqila. Dia masih sangat marah dengan kejadian tadi.

"Mending lo ganti baju!" Bhumi memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Sayang! Temenin aku yuk!" Aqila memeluk lengan Dareen.

"Ayo!" Dareen tersenyum dan menarik Aqila pergi. Dia sudah tidak tahan akan tatapan laki-laki di kantin terutama Radi dan Bhumi.

Bagaimanapun juga mereka menyukai Suyem dulu. Pasti mereka akan tahu cepat atau lambat dan Dareen tidak ingin hal itu terjadi. Radi memperhatikan Aqila dan memalingkan wajahnya.

"Gue rada gue pernah lihat dia di suatu tempat!" Radi memandangi langit biru di atas.

"Dimana?" Tanya Bhumi sibuk memakan makanannya.

"Entah! Gue juga nggak tahu! Dia mirip sama seseorang."

Bhumi menghentikan sendok yang akan masuk ke mulutnya. Dia memang mirip dengan seseorang yang sudah mati. Bhumi sempat berpikir mereka mirip, tapi tidak mungkin Suyem yang polos dan taat aturan menjadi seperti itu. Bhumi menggelengkan kepalanya. Suyem tetap Suyem dan dia masih mencintainya.

🔎🔎🔎

"Muat?" Tanya Dareen berdiri di depan pintu ganti.

"Cari ukuran lain! Ini nggak muat!" Pinta Aqila dari dalam.

"Bu! Ukuran L ada? Pacar saya masih kekecilan!" Pinta Dareen pada ibu penjaga koperasi.

Sebenarnya berapa ukuran Aqila? Dareen tersenyum aneh dan menatap pintu dengan wajah penuh ingin tahu.

"Ya ampun! Pacar kamu itu tinggi deh, coba ini!" Ibu penjaga koperasi memberikan seragam baru pada Dareen.

"Makasih!" Dareen mendekati pintu dan mengetuk pelan.

"Mana?" Tangan Aqila muncul meminta seragam olahraganya.

"Coba lihat! Masa kekecilan!"

"Apa? Jangan aneh-aneh! Mana bajunya?" Pinta Aqila.

Dareen melihat ke kanan dan ke kiri dan memegangi tangan Aqila. Aqila menghempaskan tangan Dareen dan meminta bajunya. Dareen tersenyum dan memberikan seragam olahraga baru.

"Jangan ngintip!" Peringat Aqila menutup lagi pintu.

"Sedikit aja!" Lirih Dareen berdiri tepat di luar.

Agent House ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang