25. Hukuman 2

242 23 0
                                        

Byurrrr...

"Bangun!"

"Hah..." Pak Vian membuka matanya sesaat air dingin menyentuh wajahnya.

Aqila menutup wajahnya melihat bagaimana Dareen bekerja membangunkan seseorang. Apa dia tidak ada cara lain selain menggunakan penuh ember berisi air dingin? Dareen tersenyum dan mengambil sesuatu lebih berbahaya lagi.

"Dareen!" Panggil Aqila.

Tapi Dareen masih tetap bersiap dan ingin menjambak orang yang diikat itu.

"Excel!"

Dareen berhenti dan melihat Aqila yang memanggil nama aslinya.

"Iya?" Tanya Dareen.

"Berhenti! Pak Rendra akan datang!"

Dareen menatap sengit Pak Vian dan mendekati Aqila seperti seekor anjing yang patuh. Aqila tidak ingin Dareen menambahkan masalahnya dengan melukai orang lain. Apalagi jika Rendra tahu apa yang Dareen lakukan. Aqila tidak ingin Dareen memiliki nama buruk di depan atasan mereka.

"Cukup! Tugas kita hanya untuk tangkap dia! Biarkan Pak Rendra yang teruskan!"

"Tapi gue mau cambuk dia! Dia pasti sudah sentuh lo! Gue nggak suka!" Dareen memeluk Aqila erat.

"Hah... Jika anda teruskan saya akan marah! Jadi diam saja!" Pinta Aqila.

Dareen mengangguk dan melingkarkan pelukannya di perut Aqila. Dia tidak mencambuk Pak Vian sekarang tapi entah nanti atau besok. Dia akan tetap mencoba mencambuk orang itu!

"Ternyata kalian lebih cepat sampai! Tapi apa-apaan ini Agent X?" Tanya Rendra melihat Dareen yang memeluk Aqila.

"Jangan urusi saya!" Dareen bersembunyi di balik tubuh Aqila.

"Jangan pedulikan dia! Kami sudah mendapatkan handphonenya, kami menemukan banyak video anak-anak juga pengancaman terhadap mereka. Anda bisa menyelidikinya sendiri. Juga dia berhubungan dengan seseorang dengan nama Dadelion. Kami belum tahu siapa dia, tapi dia mungkin seseorang yang memberikannya obat-obatan itu." Terang Aqila menyerahkan barang bukti.

"Kami akan mengurusnya, terima kasih Agent Q dan Agent X. Kalian memang bisa diandalkan!" Rendra menerima handphone dari Aqila.

Barang bukti ini akan menjadi awal untuk masuk ke dalam sindikat narkoba itu.

"Jadi apa langkah kalian?" Tanya Rendra melihat ke arah Pak Vian yang kesakitan.

"Itu urusan kami! Karena sudah selesai, kami pergi! Besok, kami harus sekolah! Ayo, sayang!" Dareen merangkul bahu Aqila dan membawanya pergi.

"Hah... Tolong urus lainnya Tuan Rendra. Sepertinya partner dari anda sangat menyebalkan!" Aqila tersenyum dengan tubuhnya ditarik pergi.

"Hahaha... Urus dia! Dia anak yang baik!" Rendra tertawa melihat Aqila yang begitu tersiksa bersama Dareen.

Rendra berbalik dan mengambil cambuk yang dijatuhkan oleh Dareen.  Sekarang dia harus membuka mulut orang ini.

Ctakkk...

"Arghttt..."

"Dasar bajingan! Saya tidak akan memaafkan kamu yang telah membuat anak-anak menderita. Saya akan buat hidup orang sepertimu menjadi sebuah neraka tidak berujung!" Rendra menyeringai dan mengangkat tinggi cambuknya lagi.

Ctakkk...

🔎🔎🔎

"Sepertinya Rendra bersenang-senang di dalam!" Dareen masuk ke dalam mobil.

Agent House ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang