"Apa kamu puas?" Tanya Aqila kepada Bhumi yang membersihkan kolam renang.
Aqila menutup matanya dan duduk menjauhi Bhumi. Dia tidak habis pikir kenapa Bhumi ikut campur dalam masalahnya. Bukannya mereka dapat mengambil dokumen itu untuk memojokkan Sundari tapi malah mereka berakhir membersihkan kolam renang. Sangat bagus!
"Kalau lo nggak tahu apa-apa lebih baik Lo diam! Atau lo nggak suka gue deket dengan pacar gue sendiri?" Tanya Dareen.
"Lo bukan pacarnya!" Bhumi menatap tajam Dareen.
"Tahu dari mana? Hmm?" Dareen tersenyum dan melihat ke arah Aqila.
"Bhumi, mulai saat ini jangan campuri urusan kami lagi. Ini demi keselamatan kamu juga. Dari kami berdua, kami tidak memiliki keluarga yang perlu kami khawatirkan tapi kamu memiliki keluarga utuh. Jangan sampai dengan kamu ikut campur membuat keluarga kamu jadi korbannya. Urusan kami bukan urusan yang bisa ditangani anak SMA seperti kamu!"
"Sialan! Emangnya lo mau terus-terusan disentuh sama dia? Hah? Jawab gue, apa lo nggak masalah lakuin itu sama Dareen? Gue yakin lo terpaksa kan?" Bhumi mendekati Aqila dan mencengkram pundak gadis itu.
Jika iya, Bhumi akan menyelamatkan Suyemnya dari bahaya. Bhumi ingin menyelamatkan gadis ini dari apapun itu.
"Saya nggak terpaksa sama sekali. Ini tugas saya dan saya akan kerjakan dengan melakukan segala cara bahkan jika harus menjadi istri seseorang. Saya juga bisa! Kamu tahu kenapa?" Tanya Aqila pada Dareen.
"Kenapa? Kenapa lo lakuin pekerjaan ini?"
"Karena saya sejak dulu seperti ini Den Dareen. Sama seperti di rumah kamu dulu! Saya juga bekerja apapun itu untuk menjalani peran saya. Apakah saya mengeluh? Mungkin iya, dulu. Tapi tidak sekarang. Saya tidak butuh bantuan kamu. Maaf, Bhumi. Tolong jauhi kami!" Aqila melepaskan tangan Bhumi dari pundaknya.
Bhumi terdiam dan menunduk dalam. Jadi Aqila tidak masalah di perlakukan seperti itu?
"Apa lo suka sama Dareen?" Tanya Bhumi menggigit bibirnya.
"Iya! Saya suka sama Dareen."
"Ohh... Pantas aja!" Bhumi menepuk dahinya dan pergi meninggalkan mereka berdua dengan hati begitu patah.
Aqila mengusap lengannya, kenapa dia begitu merasa bersalah setelah melakukannya? Dia bisa melihat wajah kekecewaan Bhumi padanya tapi pekerjaannya memang seperti ini. Terlebih dia tidak sebaik yang dipikirkan Bhumi. Dia bukan lagi Aqila yang dulu. Bukan.
"Bhumi suka sama lo!" Bisik Dareen.
"Hah? Kok bisa?" Aqila melihat Dareen didekatnya.
"Siapapun bakalan suka sama lo! Lo mau tahu hal lainnya?" Dareen memeluk bahu Aqila.
"Apa?"
"Gue, Bhumi, Radi, dan Farraz, kita berempat suka sama lo. Awalnya kita mau saingan tapi lo keburu mati jadi Suyem. Jadi kita nggak jadi saingan. Farraz masuk penjara, lo juga nggak suka sama Bhumi dan Radi, kayaknya gue yang menang! Gimana nih? Lo suka sama gue nggak?"
Aqila berbalik dan menatap Dareen. Apakah dia suka laki-laki pemaksa dan mesum ini? Juga gila? Aqila tersenyum dan menepuk dada Dareen.
"Coba lagi! Siapa tahu anda bisa masuk ke hati saya Tuan Excel!"
🔎🔎🔎
"Hah... Lo kenapa?" Tanya Radi pada Bhumi yang tertunduk di halte.
Radi mendengar semuanya tadi, entah kenapa dia juga merasa di tolak tanpa bisa mengungkapkan perasaannya. Aqila memang bisa memporak-porandakan hati seseorang. Tapi ini juga bukan salahnya. Ini salah seseorang yang mencintainya tapi tidak bisa memilikinya. Aqila memiliki dunia yang tidak disentuh selain seseorang seperti Dareen. Bhumi sama sekali tidak memiliki hal yang bisa menyentuh hati Aqila.