"Lepaskan saya!" Teriak Adinata.
"Anda harus masuk penjara!" Polisi mendorong tubuh Adinata.
"Ini semua gara-gara mu!" Adinata melihat Gunawan dengan wajah penuh amarah.
Gunawan tersenyum dan menghampiri Adinata yang masih bisa berteriak kepada semua orang tanpa rasa malu. Dia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Berkat Adinata, dia juga kehilangan seseorang yang sangat berharga di keluarganya. Adinata telah membunuh seseorang yang bukan berarti untuknya saja tapi keluarganya. Dia akan membuat hidup Adinata menjadi sengsara.
"Anda akan mendapatkan neraka yang lebih kejam dari ini Pak Adinata. Saya pastikan itu!"
"Arghttt... Lepaskan saya!" Teriak Adinata ingin memukul wajah Gunawan.
Gunawan menyingkir dan bersiap untuk menghadapi sidang lain. Farraz juga akan mendapatkan ganjarannya begitu juga dengan Lika yang bersekongkol.
Lika menunduk dalam melihat tangannya di borgol. Ini salahnya menuruti kemauan ayah angkatnya. Dia tidak menyangka akan kehilangan seseorang yang berarti untuknya.
"Maafin mbak! Maafin mbak, Aqila! Hiskkk..." Lika menangis mendengar berita kematian Aqila alias Suyem.
Rendra hanya bisa memberitahu berita itu pada Lika. Lika akan menjalani sidangnya hari ini. Dia akan dipenjara akan segala kesalahannya dan rasa bersalahnya. Rendra berjalan pergi meninggalkan Lika yang terus menangis tanpa henti.
🔎🔎🔎
"Lo jahat ya sama gue!"
Bhumi memberikan bunga pada makam seseorang. Dia mengusap lembut makam Suyem. Dia tidak sendirian, ada Dareen juga Radi bersamanya. Mereka tidak menyangka Suyem akan meninggalkan mereka secepat ini. Bukan hanya itu, mereka juga syok saat tahu Farraz adalah mata-mata Adinata. Itu membuat Bhumi semakin kalut. Teman yang selama ini bersamanya ternyata adalah mata-mata. Itu menyesakkan baginya.
"Gue belum bilang suka sama lo! Tapi lo udah pergi aja!" Radi tersenyum tipis.
"Lo suka sama Mbak Suyem? Gue juga sih! Kalau aja waktu bisa diputar gue bakalan nembak Mbak Suyem terus lamar dia." Dareen menatap ke langit atas disana.
Tapi waktu tidak mungkin akan kembali lagi. Semuanya telah berakhir sampai disini. Bhumi mencium batu nisan bertuliskan nama Suyem dan tersenyum padanya.
"Gue nggak akan lupain lo sampai kapanpun!" Bhumi akan terus mencintai Suyem. Itu pasti.
Pak Helmi hanya bisa menatap mereka bertiga dengan wajah kasian. Mereka tidak tahu saja jika Suyem alias Aqila adalah mata-mata. Tidak ada yang tahu karena semua itu masih tersimpan rapat sampai sekarang. Hanya dirinya yang tahu juga Gunawan. Pak Helmi pergi menuju mobilnya tapi matanya menemukan sosok seseorang yang berdiri jauh disana.
Orang itu tersenyum pada Pak Helmi dan melambaikan tangannya.
"Aqila?" Panggil Pak Helmi lirih.
Orang itu mengangguk dan berjalan pergi meninggalkan pemakaman. Dia membuka kacamatanya dan masuk ke dalam mobil yang telah menunggunya.
"Jadi, apa keputusanmu?" Tanya Rendra pada Aqila.
"Saya akan bekerja sampai Mbak Lika keluar dari penjara. Hitung-hitung balas budi sama bapak yang nolong saya. Bapak pasti butuh bantuan saya!" Aqila tersenyum menatap Rendra.
"Memang! Apa kamu siap, Agent Q?" Tanya Rendra.
"Iya!" Aqila menatap keluar jendela dan memperhatikan tiga anak yang masih berada di makam palsunya.
Dia tidak mati tapi pura-pura mati. Ini demi identitasnya. Juga demi rahasia yang masih dia simpan dan Suyem memang harus mati agar Adinata mendapatkan hukuman lebih berat lagi. Aqila tidak masalah karena Keluarga Adinata juga telah menyeret Lika dalam masalah mereka.
Dia akan menunggu Lika keluar dari tempat itu dan menyambutnya penuh suka citanya nantinya. Jadi dia akan bertahan di KIN sampai waktu itu berakhir.
🔎🔎🔎
"Aqila! Gue nggak akan tinggal diam! Lo udah merenggut masa depan gue! Jadi jangan harap lo bisa kabur dari gue, sayang!" Farraz menatap langit-langit penjara dengan senyuman di wajahnya.
Dia tidak akan tinggal diam setelah apa yang dilakukan Aqila kepadanya. Dia tidak akan diam saja!
🔎🔎🔎
"Bababa..."
"Den Galih kangen sama Suyem juga ya?" Tanya Bi Ijah bermain dengan Galih.
Bi Ijah menatap kamar Galih dan Galih bergantian. Dia juga merindukan anak perempuan itu yang sering membantunya macam-macam tanpa mengeluh. Bi Ijah seperti bisa merasakan bekerja tanpa lelah berkat anak itu. Tapi sekarang dia harus bekerja lagi. Bi Ijah menjadi merasa kesepian tanpa sosok Suyem lagi yang terus tersenyum dan menuruti permintaannya. Kenapa orang baik harus cepat di panggil? Bi Ijah belum meminta maaf kepada Suyem.
"Hiskkk... Harusnya saya nggak suruh-suruh kamu!" Bi Ijah menangis lagi untuk kesekian kalinya.
"Bababa..." Galih memeluk Bi Ijah.
"Den Galih juga sedih ya?" Tanya Bi Ijah.
"Bababa..."
"Hiskkk..." Bi Ijah menangis dan memeluk Galih.
Di luar Kemala memegangi dadanya yang nyeri. Dia juga kehilangan sosok anak perempuan itu yang selalu mengingatkan dirinya untuk menjaga kesehatan. Kemala tersenyum sedih menatap rumahnya yang menjadi sepi kembali saat Suyem juga pergi dari keluarganya.
Dia sudah salah mengatakan pada Bhumi bahwa Suyem akan pulang. Tapi hanya Pak Helmi yang kembali tapi tidak dengan Suyem.
"Saya harap kamu tenang disana. Apa saya masih berharap kamu masih hidup Suyem?" Tanya Kemala pada udara di atas sana.
Jika dia masih hidup, Kemala akan sangat berterima kasih pada Suyem. Berkatnya keluarganya selamat juga bisa menangkap pelaku sebenarnya yang telah meneror keluarganya. Kemala menutup wajahnya dan pergi dengan air mata di matanya.
🔎🔎🔎
"Sialan! Lepaskan saya! Saya tidak salah! Pembantu itu yang salah! Arghttt... Dimana kamu sialan!" Teriak Adinata keras.
Dia mencengkram kuat besi penjara yang telah mengurungnya bertahun-tahun ke depan. Dia akan membalas dendam! Setelah dia keluar, dia akan mencari Aqila atau orang-orang dari KIN itu. Dia tidak akan tinggal diam!
Dia akan membunuh mereka semua!
"Hahahaha... Tunggu pembalasanku!"
🔎🔎🔎
Salam ThunderCalp!🤗
Jangan lupa like, komen, dan share!
See you...