24. Hukuman

156 21 2
                                    

"Lo emang nyusahin!" Aqila membersihkan kolam renang dan menatap Bhumi sengit.

Jika bukan karena Bhumi yang melemparkan bola ke ruangan rapat dia tidak mungkin disini membersihkan kolam renang seluas ini. Aqila menghentak-hentakkan kakinya kesal. Harusnya dia sudah pulang dan beristirahat untuk nanti malam. Tapi apa-apaan ini? Dia harus berjibaku dengan semua air-air ini?

"Lo salahin gue? Lo yang lempar bolanya tadi. Gue cuma nerima apa yang lo kasih!"

"Oh iya? Tapi kan lo yang buat kaca itu pecah sampai bolanya kena kepala sekolah! Sialan!" Umpat Aqila.

"Cepat bersihin! Gue juga mau pulang!" Bhumi membersihkan kolam renang dari sampah sekitar.

Kenapa kolam renang mereka selalu kotor seperti ini? Bhumi heran apa saja yang dilakukan oleh tukang bersih-bersih sekolah?

"Ambil itu!" Perintah Aqila menunjuk sampah di tengah air.

"Ambil aja sendiri."

"Gue nggak sampai! Ambil sana!"

"Nggak! Gue sibuk!" Tolak Bhumi.

Aqila mengusap dadanya sabar, orangtua harus lebih sabar untuk anak seperti Bhumi ini. Semoga saja Galih tidak meniru kelakuan dari Bhumi. Aqila menunduk dan mencoba meriah sampah di tengah. Tangannya terjulur sampai alat pembersih sampah mengenai sampah disana.

"Dapat! Ehhhh... Bhumi!"

Byurrrr...

Aqila gelagapan saat tubuhnya tercebur di dalam air. Dia mencoba untuk naik lagi tapi rasanya dia tidak pernah sampai ke permukaan.

"To... Bhu..." Aqila menutup matanya rapat-rapat. Dia sudah tidak tahan.

Byurrrr...

Bhumi menceburkan dirinya dalam air. Dia mencari keberadaan Aqila dah membawa gadis itu ke atas kembali.

"Hah..." Aqila meraup udara begitu banyak.

Dia tidak bisa berenang sampai saat ini. Walau Rendra sudah mengajarinya tapi Aqila sangat sulit untuk berenang. Bhumi membawa Aqila ke tepian dan mendorong gadis itu ke atas.

"Kalau nggak bisa berenang! Nggak usah jatuh! Lo mau mati terus salahin gue!" Teriak Bhumi marah.

Bhumi mengepalkan tangannya, dia juga takut sebenarnya. Dia takut melihat air lagi setelah Suyem ditemukan meninggal tenggelam. Bhumi menatap Aqila yang begitu terkejut setelah jatuh ke sana.

"Uhukk... Uhukkk..."

"Lo nggak apa-apa?" Tanya Bhumi merapikan rambut Aqila.

"Uhukkk..." Aqila masih terbatuk-batuk.

"Gue..." Bhumi berhenti berbicara sesaat dia melihat sesuatu yang harusnya dia tidak lihat.

Bhumi melirik Aqila yang masih terbatuk dan tersenyum lebar. Apa-apaan semua ini?

"Lo apain pacar gue?" Dareen datang dan mendorong tubuh Bhumi menjauhi Aqila.

"Uhukkk... Bukan salah Bhumi! Dareen! Bukan salah Bhumi! Aku... Jatuh sendiri! Bhumi yang nolongin aku!" Aqila menghentikan Dareen yang akan memukul Bhumi.

"Apa?"

"Bhumi makasih ya!" Aqila melihat Bhumi yang masih diam ditempat.

Dareen melihat Aqila dan menggendong gadis itu pergi. Dia tidak peduli bajunya basah tapi Aqila butuh pertolongan. Bhumi menyeringai melihat kepergian mereka dari kolam renang. Dia menahan tawa dan tersenyum penuh arti.

"Gue bakalan dapatin lo!"

🔎🔎🔎

"Kenapa bisa jatuh?" Tanya Dareen membawa Aqila pada mobilnya.

"Nggak sengaja jatuh pas ambil sampah! Tas saya?" Tanya Aqila.

"Di belakang! Ke apartemen gue aja! Kita pulang sekarang, pakai ini kalau masih dingin!" Dareen memberi Aqila jaketnya.

Aqila mengangguk dan bersembunyi di balik jaket Dareen yang hangat. Dia juga tidak tahu kenapa dia bisa jatuh tadi. Harusnya dia lebih berhati-hati. Dia jadi berhutang budi pada Bhumi. Ini salahnya!

🔎🔎🔎

"Den Bhumi? Kok basah? Emangnya hujan?" Tanya Bi Ijah melihat Bhumi yang datang dengan basah kuyup.

"Nggak!" Bhumi naik ke atas dengan senyuman di wajahnya.

Dia tidak keberatan untuk basah kuyup seperti ini. Dia tidak keberatan sama sekali harus pulang dengan keadaan seperti ini. Asalkan dia tahu siapa Lily sebenarnya. Bhumi membuka pintu kamarnya dan menuju foto seseorang.

"Siapa lo sebenarnya? Apa lo jangan-jangan mata-mata? Nggak mungkin lo cuma orang biasa. Lo bisa hidup dan jadi orang lain! Pfttt... Gue harus cari tahu!" Bhumi mengusap wajah orang itu dan menciumnya.

🔎🔎🔎

"Arghttt..."

"Mau lari kemana?"

"Jangan!"

Dareen tersenyum dan memukuli orang itu sampai babak belur. Dia harus membunuh orang ini tapi sebuah tangan menghentikannya. Aqila menggelengkan kepalanya dan menatap wajah Pak Vian yang telah babak belur di hajar Dareen.

"Kita bawa ke kantor!"

"Oke!" Dareen mengangguk dan menyeret tubuh Pak Vian ke dalam mobil.

"Hallo! Target pertama sudah tertangkap! Siapkan tempat untuk pemeriksaan!" Aqila menghubungi seseorang.

"Kerja bagus! Kalian adalah pasangan yang terbaik! Apa Agent X menyusahkanmu?"

"Tidak! Dia banyak membantu saya! Anda tidak perlu khawatir pada kami!" Aqila masuk ke dalam mobil dan melihat Dareen yang sedang tersenyum.

Dareen memang tidak buruk menjadi partner. Dia bahkan bisa menangkap Pak Vian yang pingsan di belakang dengan sangat mudah. Aqila jadi paham kenapa Dareen sangat sulit untuk diketahui keberadaannya. Kakinya seperti melayang di udara. Dia tidak merasakan apapun atas kehadiran Dareen. Begitu juga yang dirasakan Pak Vian. Tiba-tiba saja Dareen datang kerumahnya dan mengejarnya seperti anjing gila.

"Kami akan sampai 20 menit lagi! Tolong siapkan! Juga pakaian untuk Dareen. Dia mirip tukang jagal sapi sekarang!"

"Pfttt... Sepertinya kalian bersenang-senang disana!"

"Terserah anda saja!"

Tutttt...

Aqila mematikan panggilan sepihak, Rendra pasti akan banyak bertanya padanya dan juga Dareen. Dia benci saat harus menjelaskannya.

"Apa kalian dekat?" Tanya Dareen pada Aqila.

"Dekat? Memangnya atasan dan bawahan bisa dekat?" Tanya Aqila.

"Bisa! Contohnya kita berdua. Dalam misi ini gue adalah atasan sedangkan lo bawahan!"

"Wow... Jadi anda menganggap saya bawahan selama ini?" Aqila mengangguk paham.

"Bukan! Tapi pacar!" Dareen tersenyum dan menjalankan mobilnya pergi.

Aqila menahan senyum dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Selama setahun dia selalu bekerja sendirian, tapi sekarang dia bersama seseorang yang membantunya. Aqila memang sangat terbantu akan kehadiran Dareen. Dia bisa beristirahat sekarang dan menikmati waktunya yang selalu sibuk.

"Lo ngantuk?" Tanya Dareen.

"Hmm!"

"Tidur aja! Nanti gue bangunin!"

"Oke!" Aqila menutup matanya.

Dareen menatap wajah Aqila dan melihat ke depan kembali. Bisakah dia percepat hari pernikahan mereka?

🔎🔎🔎

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Agent House ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang