9. Sekolah Bhumi

202 24 0
                                    

"Pak! Saya Suyem, saya pembantu rumah tangga di tempatnya Pak Gunawan. Saya kesini mau antar bukunya Den Bhumi. Apa bisa saya kasih ke bapak?"

"Den Bhumi? Oohh... Masuk aja, mbak udah di tunggu di parkiran. Katanya disuruh kasih langsung." Pak Satpam membuka gerbang untuk Aqila.

"Ini nggak apa-apa saya masuk?"

"Nggak apa-apa! Masuk aja!"

Aqila tersenyum dan masuk ke dalam. Masalahnya adalah ini pertama kalinya dia masuk ke sekolah SMA. Aqila melihat anak-anak yang berlalu-lalang kesana-kemari. Mereka terlihat begitu bahagia bisa berbicara dengan teman-teman mereka. Aqila memperhatikan pakaiannya yang hanya daster yang ditutupi jaket saja. Bahkan dia hanya memakai sandal jepit saja. Sangat berbeda.

"Mbak Suyem!!!" Teriak Dareen melambaikan tangannya pada Aqila.

"Den Dareen?" Aqila tersenyum melihat empat orang yang menunggunya di parkiran.

Akhirnya dia tidak perlu repot-repot masuk terlalu jauh untuk menemukan keberadaan mereka. Tapi kenapa Radi dan Farraz memegangi tangan Bhumi. Dareen menghampiri Aqila dan mengambil buku dari tangannya.

"Makasih ya mbak!"

"Itu Den Bhumi kenapa?" Tanya Aqila pada Dareen.

"Ayo ikut saya mbak!" Dareen menarik tangan Aqila untuk mendekati Bhumi.

Radi mencengkram pundak Bhumi dan mendorongnya sampai berlutut di depan Aqila. Aqila tampak kebingungan dengan ini semua. Apa yang mereka lakukan sebenarnya? Dia kemari hanya ingin memberi buku Bhumi dan pulang. Kenapa harus mendapatkan adegan aneh seperti ini?

"Cepat lo omong!" Bentak Farraz.

Aqila menatap Farraz yang begitu marah, tidak biasanya laki-laki itu akan marah seperti ini.

"Suyem!" Bhumi menunduk dalam.

"Iya den? Ini ada apa ya?"

"Gue mau minta maaf sama lo. Maafin gue soal kejadian kemarin. Gue benar-benar minta maaf. Gue omong bego, Suyem nggak sengaja lakuinnya. Lo boleh kok marah atau nggak maafin gue. Tapi gue mohon lo jangan cuekin gue. Kalau lo mau pukul gue, gue juga terima kalau buat lo lega sama nggak cuekin gue lagi. Pukul gue aja! Atau tampar gue lagi! Gue nggak masalah! Tolong maafin gue!" Bhumi tidak berani sama sekali menatap wajah Aqila.

"Hah... Jadi den semua udah tahu?" Tanya Aqila ketiga teman Bhumi.

Mereka mengangguk bersama membuat wajah Aqila begitu merah menahan malu. Sekarang bukan hanya teman futsal Bhumi saja tapi tiga orang ini tahu apa yang terjadi kemarin. Aqila menutup wajahnya dan berlari dari sana. Harusnya Bhumi tidak menceritakannya, ini sama saja membuka aibnya. Aqila bergerak cepat masuk ke dalam mobil untuk pulang. Dia ingin pulang saja.

"Mbak Suyem kayaknya lebih marah lagi!" Radi melepaskan tubuh Bhumi yang masih menunduk.

Apakah ini akhirnya? Bhumi masih tidak dimaafkan?

🔎🔎🔎

"Pihak mereka sudah tahu apa yang anda lakukan. Apakah anda masih ingin mempertahankan posisi Aqila?" Tanya Lika pada Rendra.

Rendra menatap ke arah kaca dan mengamati langit yang dipenuhi awan putih. Dia tersenyum dan melihat ke arah Lika.

"Tentu saja! Hanya Aqila yang bisa melakukannya. Kamu tidak perlu takut, Lika. Sepupumu akan baik-baik saja."

"Tapi mereka mulai mengincar sepupu saya pak! Mereka mengirimkan surat ke kantor KIN! Apa anda bisa menjamin nyawa sepupu saya?" Tanya Lika begitu marah.

Agent House ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang