13. Tembakan Salah

168 23 0
                                    

"Apa kabur? Kok bisa?" Tanya Bhumi sangat marah.

Jadi orang-orang yang menembaki mereka di dalam toko buku tadi pergi begitu saja? Bhumi menatap marah semua polisi yang datang terlambat. Jika saja Aqila tidak menariknya tadi, mungkin dia sudah kehilangan banyak nyawa. Juga orang-orang yang mengawal mereka juga tidak bisa menangkap pelakunya. Bukankah mereka tidak berguna?

"Bhumi! Suyem! Hah..." Radi datang dengan napas tersengal-sengal.

"Den Radi?" Aqila menatap Radi.

"Gue dengar ada penembakan disini! Mana pelakunya? Kalian juga kenapa disini? Mau nonton juga?" Tanya Radi melihat sekeliling.

"Kita juga korban den! Ini juga bukan tontonan! Ini berbahaya buat di tonton!" Apakah Radi tidak takut datang ke tempat terjadinya bahaya?

Bahkan jalanan menuju tempat ini di tutup sementara. Banyak orang yang lari pergi tapi Radi dan beberapa orang lainnya malah datang untuk menonton. Beruntung tidak ada korban jiwa sama sekali. Tapi banyak yang terluka karena terjatuh di saat menyelamatkan diri. Itu patut di syukuri.

"Kalian juga? Lo nggak apa-apa?" Radi menangkup wajah Aqila dan membolak-balikkannya kesana-kemari.

"Saya nggak apa-apa den!"

"Ini kenapa wajah lo? Beraninya mereka sialan!" Tanya Radi begitu khawatir.

"Hmm... Saya baik den! Ini... Ini luka waktu saya di supermarket! Den Radi tenang aja ya!"

"Lain kali hati-hati ya! Gue nggak mau lo terluka!"

Aqila menautkan kedua alisnya melihat Radi yang khawatir padanya saja. Dia melirik Bhumi yang terlihat kesal sampai urat lehernya terlihat. Harusnya Radi juga bertanya pada Bhumi. Aqila tersenyum dan menyentuh tangan Radi dari wajahnya.

"Saya nggak terluka kok den."

"Tetap aja kan! Lo itu pasti kaget tadi. Kalau ada apa-apa bilang ke gue! Mana nomer handphone lo?" Pinta Radi.

"Nomer?"

"Dia nggak butuh nomer lo! Lo kesini cuma mau nonton?" Tanya Bhumi menarik tubuh Aqila dari temannya.

Bhumi heran kenapa teman-temannya ada dimana-mana. Juga mereka selalu berada di sekeliling Aqila. Itu sangat mencurigakan saat mereka juga hanya menatap ke arah Aqila saja. Apakah Radi juga menyimpan rasa untuk gadisnya? Bhumi menggeram marah, harus dia apakan teman-temannya ini?

"Niatnya gue mau ke cafe dekat sini tapi malah ketemu kalian sama denger suara tembakan. Jadi gue kesini aja. Mbak Suyem, kalau lo butuh apa-apa bilang ke gue! Gue beneran minta nomer lo!" Radi meminta handphone Aqila.

"Nggak perlu! Ayo pulang!" Bhumi menarik tangan Aqila.

"Tapi itu Den Radi..." Tunjuk Aqila pada Radi yang tengah tersenyum.

"Dia nggak perlu nomer lo! Ayo pulang!" Ajak Bhumi.

Aqila menghembuskan napasnya dan ikut Bhumi tanpa banyak komplain lagi. Mungkin Bhumi ingin cepat-cepat beristirahat. Sebenarnya dirinya juga. Hari ini dia sudah menghadapi dua penyerangan yang hampir membuat nyawanya melayang. Aqila harus meminta bayaran lebih dari Rendra!

🔎🔎🔎

"Suyem, saya benar-benar minta maaf soal ini sama kamu! Kamu malah ikut keseret dalam kasus keluarga kami!" Gunawan menunduk dalam.

Karena pekerjaannya di KAK lah membuat seluruh keluarga dan orang-orang di rumahnya menderitanya. Tapi apa bisa dia lakukan ketika dia berurusan dengan penjahat-penjahat itu? Mereka memiliki kedudukan tinggi di Indonesia dan sebagai seseorang yang memberantas korupsi untuk negara ini, dia justru mendapatkan keadaan seperti sekarang ini. Para tikus berdasi itu tidak akan lelah mengganggu keluarganya. Apakah dia harus menyerah?

"Tuan, saya baik-baik saja kok! Lagipula saya tidak terluka sama sekali. Walau saya takut tapi saya merasa keadaan saya jauh lebih baik setelah kembali ke rumah ini. Memang kerja banyak tuntunan pak, banyak juga orang nggak suka, atau banyak ada cobaan kalau jadi orang baik. Saya harap tuan dan nyonya di beri kesabaran dalam menghadapi situasi ini. Pasti suatu hari nanti, semuanya akan berakhir. Tuan hanya perlu terus bekerja saja, ada polisi yang akan mengurusnya." Aqila tidak ingin Gunawan merasa bersalah padanya.

Ini tugasnya sebagai seorang mata-mata walau tugas aslinya hanya mencari tahu orang-orang yang berada sekeliling keluarga ini tapi Aqila sudah berada didalam pusaran keluarga ini juga. Aqila ingin melindungi mereka dengan segenap jiwa dan raganya. Walau Lika memintanya tidak ikut campur terlalu dalam hanya saja dia juga menjadi target selanjutnya. Aqila tidak akan tinggal diam!

"Terima kasih banyak ya Suyem atas pengertian kamu! Saya tidak tahu lagi harus bagaimana. Kamu sudah menolong anak saya. Terima kasih!" Kemala menahan tangis memeluk Galih.

"Iya nyonya! Sama-sama."

"Dua hari lagi kita akan pindah dari rumah ini. Rumah ini sudah tidak aman lagi. Karena mungkin saja mereka tahu, kita akan pindah secara bertahap. Kemala dan Galih akan pergi lebih dulu ke tempat lain. Bhumi, kamu tidak apa-apa bukan disini lebih dulu? Papa tidak ingin kalian jadi target mereka." Gunawan menatap anak sulungnya penuh harap.

"Oke!" Bhumi mengacungkan jempolnya.

Itu artinya dia bisa bersama Aqila tanpa gangguan Galih! Adiknya selalu membuat Aqila bekerja keras sampai tidak bisa mengurus Bhumi dan Bhumi benci hal itu. Bukan karena dia membenci adiknya. Tidak. Mana mungkin dia bisa benci adik manisnya itu. Bhumi melirik Aqila dan tersenyum penuh arti. Apa yang harus dia lakukan? Bermain kartu? Game? Menonton film? Ternyata ada banyak hal yang bisa dia lakukan bersama Aqila.

"Bi Ijah juga akan ikut Kemala dan Galih. Suyem, kamu disini sebentar ya dengan Bhumi? Ada banyak orang yang berjaga di tempat ini. Jangan khawatir!" Tenang Gunawan.

"Iya tuan!"

Bhumi mengepalkan tangannya kuat-kuat, ini dia yang dia tunggu-tunggu. Jadi hanya mereka berdua yang akan tinggal? Bhumi menahan senyuman yang akan merekah di mulutnya. Kapan keluarganya akan pergi?

"Saya akan urus lainnya! Hah... Kita semua harus saling menguatkan. Maaf, sayang! Buat kamu jadi susah!" Gunawan memegangi tangan istrinya.

"Mas, aku baik-baik aja. Selagi ada kamu sama anak-anak, aku bakal berusaha untuk jaga mereka. Aku ingin kamu nggak kepikiran soal masalah ini! Kamu tenang aja!" Kemala menatap suaminya.

"Terima kasih!" Gunawan akan mengerahkan segala cara untuk melindungi keluarga kecilnya dan orang-orangnya.

Semoga saja hal ini celah berlalu dari mereka. Dia harus cepat menangkap pelaku dan menyelesaikan kasus yang ditanganinya. Itu pasti saling berkaitan karena orang itu pasti tidak akan tinggal diam jika hidupnya di usik!

🔎🔎🔎

"Hahahaha..."

"Kenapa tuan senang? Kami gagal! Saya juga tidak bsia menculiknya!" Orang di balik bayangan menatap pria berkumis dengan tatapan aneh. Padahal dia telah gagal total hari ini.

Tapi kenapa tuannya seperti sangat senang? Kenapa? Pria berkumis tersenyum dan menatap wajah orang itu.

"Tidak apa-apa. Saya suka ketika keluarga itu ketakutan. Gunawan pasti sangat takut sekarang saat kita sudah menyentuh satu persatu orang-orangnya. Justru dia akan mundur dari kasus ini! Hahaha..."

"Apakah anda yakin?"

"Tentu saja! Satu hal yang manusia takutkan, kehilangan orang berharga di hidupnya. Kamu tenang saja dan kembali culik perempuan itu. Jika tidak, dia akan mati ditanganku! Waktumu terbatas, Eron!"

"Saya berusaha tapi jika anda menyentuhnya lagi seperti tadi. Saya akan melawan anda, dia milik saya!" Eron tersenyum di balik kegelapan.

Pria berkumis diam dan menganggukkan kepalanya. Dia cukup takut pada Eron jika seperti ini. Baiklah, dia tidak akan menyentuh perempuan itu lagi. Tapi jika perempuan itu semakin ikut campur. Dia tidak punya pilihan lagi selain membunuhnya!

🔎🔎🔎

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Agent House ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang