4. Pagi Yang Datang

225 27 0
                                    

"Bude, Pak Gunawan itu jarang pulang ya?"

"Pak Gunawan itu sibuk mengurus banyak penjabat korupsi. Tentu saja dia nggak bisa sering-sering pulang. Kenapa?" Tanya Bi Ijah memandangi Aqila dengan wajah sinis.

"Tanya aja kok bude." Aqila tersenyum dan melanjutkan membuat sarapan pagi.

Kemala memintanya membuat sarapan pagi ini juga dia menyuruh Aqila untuk membuat bekal untuk Bhumi. Kemala sering khawatir tentang kesehatan Bhumi. Bukan itu saja, beberapa kali ancaman pembunuhan diterima mereka dan membuat Kemala sangat ketakutan kepada dua anaknya terutama Bhumi yang tidak memiliki pengawas atau penjaga.

Aqila paham rasa kekhawatiran majikan barunya itu. Siapa yang tidak khawatir tentang keselamatan keluarganya?

"Bababa..."

"Galih itu siapa itu? Ada Mbak Suyem." Tunjuk Kemala pada Aqila.

"Bababa..." Galih memukul-mukul meja kecilnya dan tertawa.

"Hallo, Galih!" Sapa Aqila.

Tuan mudanya memang sangat tampan walau masih kecil. Aqila tersenyum dan membuat Galih tertawa lagi dan lagi.

"Suyem, tolong panggilin Bhumi. Ini udah siang kok belum turun juga. Bisa-bisa dia telat!" Pinta Kemala.

"Baik nyonya."

Kenapa Bhumi belum turun juga? Ini sudah sangat siang untuk pergi ke sekolah. Bisa-bisa dia akan terlambat dan dihukum. Aqila berdiri di depan pintu Bhumi dan tanpa pikir panjang dia langsung membukanya.

"Den Bhu..." Aqila membeku tak kala melihat sesuatu yang harusnya dia tidak lihat.

Tubuh Aqila berbalik cepat saat tidak sengaja melihat Bhumi yang baru saja memakai seragamnya. Wajah Aqila menjadi begitu panas saat melihat bagian atas tubuh Bhumi tadi. Memangnya anak zaman sekarang bisa memiliki tubuh seperti tentara?

"Kalau mau masuk ketuk dulu. Lo itu lupa atau emang mau lihat gue? Hah?" Tanya Bhumi.

"Maaf den. Saya kira Den Bhumi masih tidur. Nyonya suruh saya bangunin Den Bhumi. Ini udah siang nanti Den Bhumi bisa telat."

"Gue udah biasa! Sini, tolongin gue!"

Aqila berbalik takut-takut, untungnya Bhumi sudah memakai seragam lengkapnya. Dia melihat Bhumi yang memberikannya sebuah dasi. Apakah Bhumi memintanya untuk membantu memakainya?

"Pasang!"

"Tapi saya nggak tahu caranya!" Aqila benar-benar tidak tahu caranya.

"Lo nggak tahu? Bego!"

"Saya cuma lulusan SMP den. Den Bhumi bisa ajari saya dulu? Nanti kalau saya udah tahu, besok-besok saya bisa bantu Den Bhumi."

Bhumi menghembuskan napasnya dan mencontohkan cara memakai dasi yang baik dan benar. Dia lupa jika Aqila memang hanya tamatan SMP. Apa yang dia harapkan?

"Paham?" Tanya Bhumi.

"Iya! Makasih ya den. Lain kali saya pasti bisa bantu Den Bhumi. Den Bhumi butuh apa lagi?"

"Nggak ada!" Bhumi mengambil tasnya dan pergi lebih dulu.

Aqila berjalan mengekori Bhumi dari belakang. Ini akan menjadi rutinitasnya ke depan. Mungkin dia akan membangunkan Bhumi, membantunya, dan menyiapkan bekal. Aqila harus memastikan kesehatan Bhumi!

"Ma, aku berangkat!" Bhumi mencium tangan Kemala.

"Nggak sarapan?"

"Nggak deh."

"Den Bhumi! Ini saya buatin bekal." Aqila mengambil kotak bekal untuk Bhumi.

Bhumi memicing melihat kotak bekal berwarna coklat itu. Sejak kapan dia diberi bekal? Bhumi melihat mamanya buruh penjelasan.

Agent House ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang