20. Bekerja

167 20 0
                                    

"Siapa lo?" Tanya Dareen pada Aqila.

Aqila bergerak memeriksa bagian atas sekolah dari ujung ke ujung untuk memastikan tidak akan ada yang menguping pembicaraan mereka. Dia lelah untuk bermain petak umpet, dia ingin segera menyelesaikan tugasnya dan berlibur di luar negeri. Itu yang Aqila inginkan. Dia tidak mau bermain kucing dan tikus seperti yang diharapkan Rendra.

"Saya Agent Q! Saya ditugaskan Pak Rendra untuk membantu anda. Apa anda tahu akan hal itu? Karena sepertinya laki-laki itu belum memberitahu anda apapun!"

"Apa? Hahahaha... Memangnya kenapa kamu bisa yakin kalau saya Agent X?" Tanya Dareen.

"Saya sudah curiga pada anda dulu dan sepertinya insting saya tidak salah Den Dareen!" Aqila tersenyum pada Dareen.

Dareen mengangkat alisnya dan mendekati Aqila. Dia kian maju dan membuat Aqila berada di pembatas tembok. Dareen menatap wajah Aqila lamat-lamat. Siapa perempuan ini?

"Pfttt... Den Dareen lupa saya ya? Saya Suyem, atau anda bisa panggil nama saya sekarang Lily! Saya Agent Q, mata-mata yang bekerja di Keluarga Gunawan. Apa anda ingat? Saya ditugaskan disini untuk menangkap sindikat narkoba. Anda pasti membutuhkan bantuan saya, jadi apa yang anda tahu?"

"Suyem?" Dareen mengerjapkan matanya.

"Kenapa? Den Dareen masih bingung? Bukannya anda Agent X? Hmm?" Aqila memiringkan wajahnya.

Dareen menatap Aqila dan tersenyum padanya. Benarkah apa yang dia katakan tadi? Dareen mencengkram kuat pembatas di kanan kiri Aqila. Apa-apaan agent mata-mata di depannya ini? Kenapa dia bisa selancar ini mengatakan semuanya padanya? Kenapa?

"Saya ingin cepat-cepat selesai. Setahun ini saya bekerja siang dan malam jadi saya butuh istirahat. Ayo selesaikan dan saya akan berlibur!" Aqila tersenyum menatap Dareen.

Dia hanya butuh liburan!

"Pffttt... Hahahaha..." Dareen tertawa terbahak-bahak.

"Kenapa? Anda meremehkan saya?" Tanya Aqila.

"Lo benar-benar Suyem?" Tanya Dareen menghentikan suara tawanya.

"Iya! Masih belum percaya? Padahal saya harap Den Dareen bakalan senang kalau saya masih hidup."

"Ck... Lo nggak tahu seberapa gilanya gue selama ini? Gue gila sampai cari-cari lo dimana-mana dan berharap lo masih hidup. Dan ternyata lo juga agent? Apa lo nggak sadar apa yang lo lakukan ini?" Tanya Dareen marah.

"Saya tahu! Apa anda kira saya juga mau pura-pura mati? Tidak! Tapi itu tuntunan dari pekerjaan saya. Bukankah anda paham akan hal itu? Kenapa anda tidak terima?"

"Karena..."

"Dareen! Ngapain lo sama anak baru?" Teriak Bhumi.

Dareen menggigit bibirnya, kenapa Bhumi harus datang saat dia ingin bertanya lebih banyak dengan seseorang didepannya ini? Dareen meriah tengkuk Aqila dan mencoba mencium bibir Aqila begitu cepat. Biarkan saja. Dareen ingin tahu apa yang dilakukan Aqila untuk situasi saat ini.

"Sialan! Gue tunggu di kantin sama Radi!" Teriak Bhumi menatap jijik mereka berdua.

Aqila melihat kepergian Bhumi dan mendorong tubuh Dareen menjauhinya. Apakah Dareen sengaja untuk mengujinya? Kalau begitu Aqila  tidak akan membiarkannya. Dia melepaskan tangannya dari mulut Dareen yang hampir menciumnya. Bagaimanapun tidak ada kontak fisik yang berlebih-lebihan. Untuk apa Dareen ingin menciumnya?

"Jaga batasan anda!" Aqila menatap sengit Dareen.

"Hahahaha... Kenapa? Lo takut? Bukan lo duluan tadi yang mancing gue?"

"Saya tidak memiliki niatan untuk memancing anda! Tolong jangan membuat saya melakukan hal jahat kepada anda. Jadi apa yang anda tahu?" Tanya Aqila begitu serius.

"Sialan! Gue nggak akan lepasin lo!" Dareen memeluk pinggang Aqila.

"Dareen!"

"Sttt... Gue akan kasih tahu lo nanti! Tapi bukan di tempat ini! Mereka ada dimana-mana!" Bisik Dareen.

"Berapa banyak?"

"Lebih dari apa yang dilaporkan. Bukan hanya siswa tapi guru juga terlibat. Gue bakal kasih tahu datanya ke lo. Tapi sekarang lo harus ikut gue, Lily!" Dareen menarik tangan Aqila mengikutinya.

"Hah... Terserah anda. Jadi apa sekarang? Pacar pura-pura atau saudara?" Tanya Aqila menuruni tangga. Bhumi sudah melihat hal-hal yang harusnya dia tidak lihat sebelumnya. Akan sangat aneh jika dirinya hanya orang asing yang tiba-tiba berciuman dengan temannya walau hal itu tidak terjadi. Lagipula akan lebih muda berkomunikasi dengan Dareen nantinya jika hubungan mereka lebih dari teman.

"Pacar? Aku suka itu!" Dareen melingkarkan tangannya di pinggang Aqila.

Aqila tidak keberatan sama sekali karena mereka memang menjalani peran. Lagipula dia sudah banyak melakukan banyak peran untuk kesuksesan misi. Jadi tidak masalah sama sekali. Selama satu tahun ini dia sudah belajar banyak hal. Sebanyak mungkin untuk menjalani perannya sebaik mungkin.

"Kamu harus berhati-hati dengan beberapa guru. Mereka lebih berbahaya!"

"Oke!"

"Juga orang itu!" Dareen melihat sekumpulan anak yang berkumpul di kantin.

"Yang mana?" Tanya Aqila tidak tahu yang mana.

"Rambut di cat merah itu. Dia orangnya!" Bisik Dareen begitu dekat dengan Aqila.

Aqila menganggukkan kepalanya, jadi itu namanya Bisma. Ciri-cirinya juga sama persis dengan apa yang Rendra berikan padanya. Kumpulan orang-orang itu yang harus dia masuki. Dareen membawa Aqila pergi menuju meja Bhumi dan Radi.

"Gila! Lo langsung embat anak baru?" Tanya Radi melihat Dareen begitu posesif pada Aqila.

"Nggak! Dia memang pacar gue!" Dareen mencium pipi Aqila cepat.

Aqila menatap Dareen dan mengepalkan tangannya. Kenapa Dareen mencari-cari kesempatan seperti ini? Untuk apa? Aqila hanya bisa tersenyum dan merangkul lengan Dareen. Ini hanya peran saja! Jika hanya untuk membuat mereka percaya kepada perkataan Dareen, maka Aqila tidak mempermasalahkannya. Walau dia sangat terkejut dan hampir menampar laki-laki didekatnya ini.

"Sejak kapan?" Tanya Bhumi melirik Aqila.

"Sejak gue naik kelas tiga. Iyakan sayang?" Tanya Dareen mengusap rambut Aqila.

"Benar! Gue pindah kesini juga karena Dareen. Gue nggak sangka kalau Dareen jadi kayak tadi. Maaf ya, siapa nama lo? Gue nggak sengaja lakuinnya di sekolah. Kamu, harusnya nggak lakuin itu tadi! Aku malu!" Aqila tersenyum malu-malu.

"Gue Bhumi! Kalau kalian mau berbuat aneh-aneh mending di tempat lain aja!" Bhumi memalingkan wajahnya ke arah lain.

Kenapa dia menjadi kesal mengingat kejadian tadi? Tatapan anak baru itu saat melihatnya, Bhumi masih bisa membayangkannya. Tatapan itu sangat tidak asing. Radi menatap Dareen dan Aqila bergantian.

"Kalian ngapain?" Tanya Radi ingin tahu.

"Anak kecil nggak usah tahu! Ini urusan orang dewasa!" Aqila tersenyum dan mendongak melihat Dareen.

"Pfttt..." Dareen menutup mulutnya sendiri.

Dia harus berterima kasih kepada Rendra yang telah memberinya partner seperti Aqila. Dia tidak akan menyangka akan mendapatkan hal lebih besar lagi. Tentu saja karena itu Aqila. Suyemnya. Dareen tidak akan melepaskan wanita ini sampai kapanpun, dia memang sangat gila sampai tidak bisa bekerja dengan baik. Dia terus terbayang-bayang tentang kematian Suyem. Dia juga tidak akan membiarkan kedua temannya tahu tentang Aqila. Karena Dareen tahu mereka juga menyukai wanita ini.

Malam ini, dia tidak akan membiarkan Aqila pergi darinya!

🔎🔎🔎

Salam ThunderCalp!🤗

Hayoloooooooo...

Ternyata Dareen juga agent!

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Agent House ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang