39. Hati Ke Hati

146 19 0
                                    

"Selamat datang!" Dareen merentangkan tangannya menyambut kedatangan Aqila.

"Pfttt... Apa ini? Kok bisa masuk? Bubu? Kamu udah makan?"

"Meongg..." Bubu mengangguk dan meringkuk di bawah kaki Dareen.

Dia baru datang dan disambut seperti ini. Aqila tersenyum dan memeluk Dareen. Hari ini mereka seperti air dan minyak tidak bisa bersatu. Bahkan Aqila juga duduk didekat Radi bukan Dareen lagi. Mereka seperti orang asing di sekolah. Aqila mendongak dan mendapatkan ciuman diwajahnya.

"Kerja bagus sayang! Lo nggak di apa-apain kan?" Tanya Dareen memeriksa tubuh gadisnya.

"Saya ke tempat Bisma. Disana banyak anak-anak pemakai tapi saya segera pergi dari sana. Tadi saya juga ketemu sama Bhumi!"

"Bhumi?"

"Kami bicara serius tadi dan kami punya kesepakatan bersama. Hah... Saya lelah! Apa anda memasak?"

"Gue beli makanan enak! Gue tahu lo pasti kesulitan hadapi Bisma dan Bhumi tadi! Ayo makan!" Dareen menarik tangan Aqila menuju meja kecil.

Aqila menatap berbagai makanan di atas meja dan tersenyum pada Dareen yang telah menyiapkannya. Tidak buruk juga untuk makan malam hari ini. Ada mie, martabak, minuman soda, dan masih banyak lagi lainnya. Mungkin Aqila butuh seseorang yang bisa menyiapkan segalanya seperti ini lagi di hari-hari selanjutnya. Dia sangat merasa jauh lebih baik setelah selesai bekerja.

"Datanya sudah saya kirimkan pada Rendra. Besok mungkin tempat itu akan diselidiki agent lain. Kita hanya perlu masuk ke dalam tempat itu lagi. Ada ruangan yang saya curigai!"

"Ruangan apa?"

"Bisma merahasiakannya!"

"Hmmm... Gue punya ide gila! Lo mau tahu cara cepat untuk bongkar ke busukan mereka tanpa kotori tangan kita?" Tanya Dareen memeluk Aqila dari belakang.

"Apa caranya?"

"Besok aja! Lo pasti lelah hari ini! Gue juga, soalnya lo tampar gue beneran. Sakit!"

"Masa? Saya cuma pelan tadi!"

"Pelan? Semua orang sampai denger suara tamparan lo! Lo harus tanggung jawab!" Dareen memeluk Aqila begitu erat.

"Arghttt... Dareen!"

"Gue belum selesai! Malam ini lo harus di hukum!"

🔎🔎🔎

Aqila membuka matanya dan merasakan rasa sakit dilehernya. Dia menatap seorang laki-laki yang sedang bermain bersama kucing abu-abu dengan sangat senang.

"Meongg..."

"Tinggal sama papa yuk! Nanti papa kasih makanan enak juga kardus! Mau?"

"Meongg..."

"Dia bilang nggak mau!" Aqila bangun dan mengusap lehernya berkali-kali. Sepertinya dia salah bantal semalam karena Dareen tidak membiarkannya pergi.

Matanya melihat ke jam dinding yang menunjukkan waktu jam 6 pagi. Dia harus cepat berangkat ke sekolah tapi sepertinya laki-laki di belakangnya membuatnya harus bertahan lebih lama lagi.

"Apa semalam gue keterlaluan?" Tanya Dareen memperhatikan Aqila.

"Memangnya apa yang anda lakukan?"

"Peluk lo semalaman! Lo pasti nggak nyaman. Tapi maaf ya, gue nyaman banget semalam!" Dareen menunjukkan deretan giginya dan mendekati Aqila.

"Hah... Mandi saja terus siap-siap. Saya buat sarapan dulu!" Aqila mendorong tubuh Dareen menjauhinya.

Hari ini Aqila harus dekat dengan Bisma dan masuk ke sarang itu lagi. Kali ini Aqila harus mencari informasi baru. Aqila tersenyum lebar memikirkan rencananya. Dareen melihat Aqila dan mencium pipi gadis itu cepat. Dia berlari dan mengambil seragamnya untuk masuk ke dalam kamar mandi. Dia juga harus bersiap untuk hari besar ini.

"Dareen!" Aqila mengusap pipinya. Dareen memang sangat kelewatan. Apakah semalam dia juga diam-diam seperti ini? Aqila menggelengkan kepalanya cepat-cepat. Soal tingkah Daree.

Hari ini mereka harus melakukan apa yang harus dilakukan.

🔎🔎🔎

"Gue minta maaf!" Bisma mengikuti langkah kaki Aqila.

"Maaf?"

"Gue salah! Gue minta maaf sama lo! Gue nggak tahu kalau lo nggak suka hal-hal kayak gitu. Gue minta maaf! Tapi jangan jauhi gue!" Bisma menarik tangan Aqila.

"Maaf ya Bisma! Gue nggak bisa! Lepas tangan gue! Gue nggak mau kenal sama lo! Arghttt..."

Bisma mengangkat tubuh Aqila dan dibawanya pergi seperti karung. Jika cara baik-baik tidak bisa, dia akan gunakan cara apapun untuk mendapatkan gadis yang telah membuatnya jatuh cinta ini. Jika gadis ini menolaknya dia akan memaksanya.

Brukkk...

Bisma menendang pintu dan melemparkan tubuh Aqila ke matras.

"Auhhh... Lo gila ya?" Teriak Aqila pada Bisma.

"Dengar baik-baik. Lo udah tahu tempat itu, jadi gue nggak mau tahu! Lo nggak bisa jauh dari gue, Lily! Lo nggak akan bisa lari!"

"Apa? Jadi kenapa kemarin lo bawa gue kesana? Hah? Gue nggak mau!"

"Gue sengaja, gue ingin buat lo tahu dan lo harus tutup mulut!" Bisma mencengkram erat pundak Aqila.

"Apa?"

"Pfttt... Karena kalau lo tahu, lo pegang rahasia gue dan mau nggak mau lo ikut bagian dari ini. Gue nggak akan biarin lo buka suara atau laporin tempat itu. Camkan itu!" Bisma mencengkram pipi Aqila.

Aqila bisa merasakan kuku-kuku Bisma menusuk pipinya. Aqila meringis menahan rasa sakit yang ada. Bisma lebih gila dari orang gila itu sendiri.

"Lepas!" Pinta Aqila memegangi tangan Bisma yang kian mencengkram erat pipinya.

"Lo harus jadi milik gue, Lily! Gue bakalan lepasin lo kalau lo mau main disini sama gue! Hmm?" Bisma tersenyum dan mendorong tubuh Aqila.

"Jangan! Jangan macam-macam!"

"Hahaha... Nggak ada orang yang bakalan tahu tempat ini! Lo mau tahu kenapa, karena tempat ini adalah tempat Pak Vian dulu main sama para mangsanya! Jadi gue pakai dulu karena dia lagi pergi. Hahahah... Lo cantik!" Bisma mengusap lembut pipi Aqila dan berakhir di bibir gadis itu.

Bisma akan mendapatkan gadis ini seutuhnya!

"Hey! Lo mau ngapain?" Tanya sebuah suara di depan pintu.

Aqila membeku mendengar suara dingin dan tajam itu. Dia tahu siapa dia!

"Siapa lo?" Tanya Bisma pada orang itu.

"Gue?" Radi mengepalkan tangannya. Bahkan mereka pernah bertemu sebelumnya tapi kenapa Bisma tidak tahu siapa dirinya.

Aqila memalingkan wajahnya menahan tawa. Itu lucu karena Radi terlihat marah saat Bisma tidak tahu siapa dia.

"Gue mau ambil bola disuruh sama anak-anak. Lo mau apain mantannya Dareen? Hah?" Radi mendekat dan melihat Aqila yang tertidur di matras.

Beruntung dia datang tepat waktu jika tidak ada Farraz kedua di sekolah ini.

"Kita lanjut nanti! Lo nggak akan bisa lari dari gue!" Bisma bangkit dan merapikan bajunya.

"Lo nggak apa-apa?" Tanya Radi pada Aqila.

"Terima kasih Radi, kalau kamu nggak datang mungkin saya udah renggut masa depan dia." Aqila membersihkan pakaiannya.

Radi meneguk ludahnya susah payah, beruntung dia datang tepat waktu. Benar-benar akan jadi Farraz kedua.

🔎🔎🔎

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Agent House ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang