"Lho, kamu disini Suyem?" Tanya Kemala melihat Aqila masuk ke dalam mobil.
"Iya, nyonya. Tuan di mobil lain sama Den Bhumi dan Bude. Pak Helmi, ayo berangkat sekarang!" Pinta Aqila.
Aqila mengeratkan pegangannya pada sabuk pengaman. Dia melirik ke arah mobil putih lain. Disana ada tiga orang yang akan pergi bersama menuju tempat lain begitu juga dengan mobil yang ditempati Aqila. Hari ini pasti akan menjadi hari yang panjang untuk mereka.
"Bababa..."
"Galih senang ya mau jalan-jalan? Nanti kita pergi ke rumah baru!" Kemala memainkan tangan Galih.
"Bababa..."
Aqila tersenyum melihat ke belakang. Dia harus melindungi mereka yang berada di mobil ini. Harus!
🔎🔎🔎
"Bagaimana? Kamu gagal menculik perempuan itu? Sebenarnya apa saja yang kau lakukan selama ini Eron? Jangan salahkan aku jika hari ini dia ikut terbunuh!" Adinata tersenyum mengerikan di dalam mobilnya.
"Bukankah target kita hanyalah Keluarga Gunawan? Saya akan membunuh mereka tapi anda jangan pernah berniat membunuh perempuan itu! Saya tidak main-main tuan!" Eron mengusap senjata apinya.
"Baiklah-baiklah! Bunuh keluarga itu hari ini!" Pinta Adinata pada Eron di depan.
Eron menyibakkan rambutnya dan bersiap untuk membunuh sebuah keluarga kecil itu. Dia tidak segan-segan membunuh seorang bayi sekalipun. Tidak akan pernah!
Mereka tersenyum pada dua mobil putih yang keluar dari rumah Gunawan. Tinggal menunggu waktu saja membuat dua mobil itu hancur satu persatu.
"Ikuti mobil di depan! Disana ada Sopir Gunawan juga keluarga itu. Cepat!" Perintah Eron bersiap menembak.
Dua mobil di depan bergerak cepat dan masuk ke dalam jalanan yang ramai. Eron mengepalkan tangannya, kenapa mereka justru masuk ke jalanan itu?
"Ada apa Eron?"
"Mereka masuk ke jalanan penuh anak-anak lewat! Ini menyusahkan!"
"Apa saya peduli? Ikuti mereka!" Perintah Adinata tidak mau tahu.
Dia harus melihat langsung kehancuran Keluarga Gunawan. Juga perempuan yang membuatnya kesulitan beberapa hari ini saja. Mereka akan mati hari ini.
Mobil mereka pergi dan mengikuti dua mobil putih di depan. Eron menurunkan kaca mobil dan memulai membidik.
Tiba-tiba salah satu mobil berbelok dengan cepat ke arah lain.
"Sial!" Eron mengepalkan tangannya lagi. Kenapa mobil mereka tiba-tiba berbelok?
"Ikuti mobil di depan! Mereka yang harus mati lebih dulu!" Tunjuk Adinata pada mobil putih yang masih di depan sana.
"Baik tuan!"
Adinata menatap penuh dendam pada mobil putih itu. Gunawan sudah membuat surat yang di kirimkan kepadanya. Surat untuk datang ke KAK. Ternyata walau situasi menjadi seperti ini, Gunawan masih sangat berani untuk menyentuhnya. Dia tidak takut. Jika hari ini keluarganya mati. Maka dia akan baik-baik saja untuk terus berada di kekuasaannya.
"Cepat buat mereka menyingkir dari jalan ini. Jangan sampai orang tahu kita yang membunuh mereka. Eron, ingat! Bunuh mereka semua!"
🔎🔎🔎
"Lika!"
"Iya pak?" Lika berdiri melihat Rendra masuk ke dalam ruangannya.
"Kamu bisa jelaskan tentang ini!" Rendra menunjukkan sesuatu kepada Lika.
Lika mundur dan menatap wajah Rendra yang begitu marah padanya.
"Tangkap dia! Saya tidak menyangka kamu memiliki hubungan dekat dengan Eron! Pantas saja beberapa kali informasi di KIN mengalami kebocoran. Saya jadi merasa bersalah pada Aqila. Bagaimana jika dia tahu bahwa sepupunya sebenarnya adalah mata-mata dari Adinata? Ayah angkatnya?"
Wajah Lika begitu pucat pasi. Apakah dia sudah selesai? Tapi bagaimana dengan Aqila jika tahu akan hal ini? Lika menunduk dalam dengan orang-orang yang datang menangkapnya. Dia sudah salah menuruti kemauan keluarga angkatnya. Dia salah.
🔎🔎🔎
Adinata tersenyum saat mobil putih itu berhasil di pojokan menuju tempat sepi di bawah jembatan. Dia keluar bersama Eron. Dia ingin tahu akhir dari kematian Keluarga Gunawan di depan matanya sendiri.
"Keluar! Cepat keluar!" Teriak Eron menodongkan senjata pada mobil putih itu.
Pak Helmi membuka pintu dan keluar dengan mengangkat kedua tangannya. Dia menunduk dalam dan melihat tak percaya pada seseorang yang menodongkan senjata padanya.
"Lho Den Farraz?" Pak Helmi melihat Farraz yang menyeringai.
"Hallo! Pak!" Sapa Farraz.
"Jadi Den Farraz selama ini mata-mata?" Pak Helmi masih tidak bisa percaya.
Bukankah Farraz adalah teman Bhumi? Tapi kenapa dia bisa bersama Adinata? Pak Helmi tertunduk dalam, jadi orang yang selama ini membocorkan informasi dari dalam adalah Farraz? Pantas saja siapapun tidak akan tahu. Terutama wajah Farraz yang seperti orang baik-baik ini. Siapapun tidak akan curiga.
"Keluar kalian! Cepat keluar!" Farraz membuka satu pintu.
Matanya membulat saat tahu siapa yang ada di dalam. Farraz melihat ke dalam mobil dan menggeram marah. Jadi mereka dibohongi?
"Hai! Den Farraz? Cari siapa?" Aqila tersenyum dan keluar dari dalam mobil sendirian.
"Sialan! Sialan! Kenapa lo disini?" Teriak Farraz pada Aqila.
🔎🔎🔎
"Pa! Suyem!" Bhumi memegangi kepalanya.
Dia tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Tiba-tiba saja Kemala dan Galih berpindah ke mobil mereka. Tapi kenapa masuk ke dalam kantor polisi? Bagaimana dengan Suyem dan Pak Helmi?
"Bhumi dengarkan papa! Mereka baik-baik saja!" Gunawan menenangkan putra pertamanya.
"Baik-baik saja? Lalu kenapa papa minta polisi pergi cari mereka? Kenapa? Suyem bisa terluka pa!" Teriak Bhumi.
"Kamu tenang, sayang! Suyem dan Pak Helmi pasti baik. Kita tunggu kabar dari polisi!" Tenang Kemala pada anaknya.
"Bababa..." Galih juga mencoba menenangkan Bhumi.
Bhumi mencengkram rambutnya kuat-kuat, apakah dia masih bisa diam di tempat ini? Bagaimana jika Aqila terluka? Apa yang terjadi sebenarnya? Bhumi bangkit dari tempatnya dan berniat untuk pergi tapi segera Gunawan mencegahnya.
Situasi hari ini sangat berbahaya untuk keluarganya.
"Diam dan duduk! Jika kamu juga pergi, mereka yang akan dalam bahaya! Suyem meminta papa untuk pergi ke kantor polisi segera. Ini permintaannya!"
"Dan papa menurut pada pembantu? Dia cuma pembantu pa! Dia sama kayak Bhumi! Dia masih muda, pa! Papa gila mau korbanin Suyem? Hah?" Teriak Bhumi kencang sampai beberapa orang melihat ke arah mereka.
"Dia kuat Bhumi! Percaya sama mama, dia baik-baik saja bersama Pak Helmi! Mereka akan pulang!" Kemala menatap Bhumi nanar.
Jauh di lubuk hatinya, dia juga khawatir tentang keselamatan Aqila. Sejak Aqila muncul keluarga mereka terasa lebih damai dan aman. Entah kenapa Kemala merasakan ada malaikat yang melindungi mereka.
Dia hanya berharap mereka baik-baik saja disana.
🔎🔎🔎
Salam ThunderCalp!🤗
Jangan lupa like, komen, dan share!
See you...