15. Siapa Dia?

155 18 0
                                    

"Bukan?"

"Tiga teman Bhumi memiliki latar belakang keluarga yang jelas. Mereka tidak satupun yang terindikasi menjadi orang yang telah meneror Keluarga Gunawan. Mereka juga masih pelajar biasa. Tidak mungkin mereka terlibat!"

Jawaban Rendra membuat Aqila berdecak kesal. Tidak mungkin Dareen tidak terlibat, atau ini karena kebetulan semata saja?

"Tolong cari tahu lagi pak. Saya yakin salah satu dari mereka pasti terlibat." Firasat Aqila begitu yakin.

Atau dia harus mencari tahunya sendiri? Sayangnya mereka tidak memiliki hubungan selain teman Bhumi dan pembantu. Aqila juga tidak bisa mendekati Dareen secara terang-terangan. Itu pasti akan mencurigakan dan apa yang dia lakukan akan terlihat. Jadi biarkan Rendra yang melakukannya.

"Suyem! Lo ngapain?" Tanya Bhumi.

"Istirahat aja sih den. Den Bhumi butuh sesuatu?" Tanya Aqila keluar dari kamarnya.

"Gue gabut di rumah. Motor juga nggak ada, kalau keluar harus sama pengawal. Temenin gue main game yuk!"

"Main game?"

"Iya! Daripada gue keluar terus cari masalah mending lo temenin gue main. Gue ajari nanti sampai lo bisa."

"Dimana den?" Tanya Aqila.

"Kamar gue!"

Aqila mengangguk paham, daripada membuat Bhumi kabur dari rumah karena bosan lebih baik bersama Bhumi saja bermain game. Walau dia tidak tahu apapun pasti nanti juga bisa jika belajar dari Bhumi.

"Ambil ini! Lo mainnya pakai ini, ini buat lompat ke atas, ini untuk maju, ini buat mundur, ini buat turun. Terus ini serang lawan." Jelas Bhumi pada PS nya.

"Ohhh... Iya!" Aqila menggaruk kepalanya dan duduk di depan layar besar di kamar Bhumi.

"Kita main! Ini gamenya mudah kok. Lo cuma perlu lawan gue sampai gue K.O. paham?" Bhumi melihat Aqila yang mengangguk.

Ternyata mudah membuat Aqila bermain bersamanya berdua. Bhumi tersenyum dan segera memulai gamenya.

"Den! Den! Jangan cepat-cepat! Saya nggak bisa!" Teriak Aqila gelagapan mendapat serangan beruntun dari Bhumi.

"Kak udah gue ajari tadi!"

"Tetap aja den! Saya baru belajar! Den Bhumi! Yahhh... Mati!!" Aqila menatap Bhumi penuh permusuhan.

"Sini gue ajari! Kita mulai lagi kalau lo udah bisa." Bhumi mendekat dan memegangi kedua tangan Aqila dari belakang.

Ini memang Bhumi inginkan sejak tadi. Punggung Aqila menyentuh dadanya membuatnya tersenyum senang. Bhumi menatap dalam tengkuk leher Aqila di depan matanya.

"Den!"

"Oh iya! Gini caranya. Lo lompat terus serang." Bhumi menekan tombol dengan jari-jari Aqila di bawahnya.

"Terus? Kok Den Bhumi kayak bisa tendang saya?" Tanya Aqila fokus ke depan.

"Itu namanya combo, lo maju terus lompat tekan yang ini!"

"Hmmm... Oke. Saya paham! Ayo mulai lagi!" Aqila sangat bersemangat sekarang untuk mengalahkan Bhumi.

Bhumi mundur dan mengambil PS nya. Dia lebih suka posisi seperti ini dengan Aqila berada di depannya. Dia akan meminta Aqila untuk terus bermain game dengannya lagi besok. Bhumi tersenyum senang, apakah dia harus melakukan rencana selanjutnya?

"Yeeyyy... Sama menang den!" Aqila melompat kegirangan.

"Hah? Apa?" Bhumi menatap layar besar dan melihat miliknya telah K.O.

Tapi sejak kapan?

"Ternyata saya jago juga! Mau main lagi nggak den?" Tanya Aqila bersiap-siap.

"Ayo lagi! Lo cuma beruntung aja tadi!"

Tapi apa yang di harapkan Bhumi sia-sia belaka. Dia kalah lagi melawan Aqila walau dia sudah fokus pada game bukan Aqila lagi. Bagaimana bisa dia kalah dengan anak yang baru di ajari beberapa menit yang lalu? Bhumi menatap heran kenapa Aqila bisa menjadi lebih jago darinya. Bahkan dia tidak pernah kalah melawan ketiga temannya. Bhumi mengerjapkan matanya, apakah Aqila memang anak jenius?

"Hoammm... Udah den! Saya mau istirahat! Selamat malam!"

Bhumi diam ditempatnya, mungkinkah dia harus meminta papanya untuk membuat Aqila bersekolah dengannya? Jika bisa, dia ingin Aqila bisa sekolah seperti anak lainnya. Pasti menyenangkan melihatnya. Bhumi harus mencobanya!

🔎🔎🔎

"Ada apa pak?" Tanya Sektretaris Rendra melihat Rendra begitu fokus pada layar komputer di depannya.

"Selidiki orang ini! Latar belakang keluarganya mencurigakan. Lalu cari informasi tentang Eron. Dia salah satu anak buah dari Adinata." Pinta Rendra.

"Baik pak!"

Rendra menatap seseorang di layar komputernya. Seorang anak laki-laki yang sedang bersama Bhumi. Jika benar dia ada hubungannya dengan Eron dan Adinata. Semuanya akan menjadi jelas. Tinggal menunggu waktu saja untuk mereka keluar dari sarang dan menunjukkan taring mereka sebenarnya. Orang-orang akan tahu betapa busuknya Adinata bersama anak buahnya.

"Aqila memang bisa melakukannya!"

🔎🔎🔎

"Pak Helmi, nanti lewat jalan yang saya kasih tahu ya!" Bisik Aqila.

"Kamu yakin jalannya aman?"

"Banyak anak sekolah yang sering lewat tempat itu. Juga disana ada kantor polisi sama gedung-gedung orang kerja. Disana bakalan ramai, emang konsekuensinya bakal macet tapi saya yakin disana lebih aman daripada jalan biasanya. Nanti kalau ada yang ngikutin Pak Helmi masuk aja ke kantor polisi terdekat. Minta bantuan!"

"Siap! Nanti saya bilang sama tuan dan nyonya."

Aqila mengangguk dan memasukan lagi barang-barang ke dalam mobil. Hari ini adalah hari perpindahan mereka. Sebenarnya Aqila takut mereka akan ketahuan tapi dia memiliki rencana lain. Bhumi bermain dengan Galih dengan begitu bahagia. Galih tersenyum dan tertawa renyah melihat kakaknya memasang wajah konyol.

"Bwahhh..." Bhumi membuat wajahnya sangat jelek.

"Bababa..."

"Semuanya udah masuk Suyem?" Tanya Kemala.

"Sudah nyonya! Nyonya silahkan masuk sama Den Galih." Pinta Aqila.

"Bhumi! Mana adik kamu! Kita mau pergi sekarang. Tolong panggilkan suami saya juga sama Bi Ijah!" Kemala melihat Aqila.

"Baik nyonya!" Aqila pergi memanggil Gunawan dan Bi Ijah.

Dia melihat kesana-kemari rumah yang akan ditinggalkan ini. Rumah yang besar dan indah ini akhirnya tidak akan ditempati lagi. Sayang sekali. Jika boleh Aqila ingin sekali memiliki rumah ini. Andai saja dia memiliki banyak uang ditabungannya. Sayangnya uangnya harus membayar hutang bank lebih dahulu. Haruskah dia tetap bekerja menjadi agent?

Aqila berhenti tepat di ruang tamu dan melihat sesuatu di lukisan besar Keluarga Gunawan. Matanya membulat sempurna saat tahu apa yang ada disana.

"Tuan! Tuan!"

🔎🔎🔎

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Agent House ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang