"Jadi mereka semua terlibat?" Tanya Aqila membuka tiap lembar dokumen di tangannya.
Bahkan ini bukan hanya sedikit lebih dari 50 orang yang terdaftar. Apa-apaan sekolah mereka itu? Ini sangat buruk untuk dianggap sebagai sekolah biasa. Pekerjaannya sudah pasti bertambah banyak. Bukan hanya siswa tapi guru dan itu paling sulit untuk dilakukan.
"Iya! Gue udah cari informasi mereka. Tapi mereka lebih pandai untuk bersembunyi. Target pertama kita adalah guru olahraga. Dia bukan hanya pengedar narkoba tapi dia melakukan beberapa kasus pelecehan dan pihak sekolah menutupinya. Gue belum bisa meminta korban bicara karena mereka juga diam saja. Kecuali kita punya bukti jelas." Dareen menunjuk sebuah foto seseorang.
"Baiklah urus dia lebih dulu! Bisma pasti akan bertindak karena satu anak buahnya pergi ke penjara. Besok, anda harus bantu saya!"
"Kenapa? Gue nggak suka lo sama guru bejat itu! Lo pasti mau buat hal sesuatu. Tapi nggak!"
"Excel!"
"Cara lain, sayang!" Bisik Dareen tepat di telinga Aqila. Tubuh Aqila begitu merinding dibuatnya. Bukankah Dareen justru akan menghambat misi ini?
Aqila menghembuskan napasnya dan memikirkan cara untuk menangkap guru itu sekaligus bukti. Tapi bagaimana? Dareen juga pasti tidak akan membuatnya menjalankan misi itu. Apakah dia harus diam-diam mengikuti guru itu saat menjalankan rencananya? Aqila tersenyum dan berbalik melihat Dareen.
"Saya punya rencana. Tapi saya harap anda mau bekerja sama Agent X!"
"Apa?"
🔎🔎🔎
"Anda sudah gila membuat mereka bersama!" Sekretaris Rendra menggelengkan kepalanya.
Dia tahu tentang Agent X maupun Agent Q. Apakah mereka baik-baik saja dipasangkan saat semua orang ditolak mentah-mentah oleh Agent X. Bahkan tidak ada yang mau bekerja sama dengannya karena sifat gilanya.
"Mereka partner terbaik! Kamu harus tahu bahwa Aqila tidak bisa diremehkan!"
"Sepertinya anda menaruh perhatian pada Agent Q!"
Rendra menganggukkan kepalanya, dia memang menaruh perhatian kepada anak itu karena sesuatu alasan.
"Saya memiliki alasan tersendiri!"
🔎🔎🔎
"Satu... Dua... Tiga..."
Dareen menatap tajam Aqila yang berada disana. Dia mengepalkan tangannya saat gadis itu justru memakai pakaian ketat itu. Bahkan bukan hanya guru olahraga yang melihatnya dengan tatapan menjijikan. Tapi teman sekelasnya juga. Dareen melirik Bhumi dan Radi. Masalahnya dua orang itu juga sedang melihat gadisnya.
"Setelah ini lo dapat hukuman dari gue!" Lirih Dareen.
"Satu... Dua... Kenapa tiba-tiba merinding?" Aqila mengusap lehernya.
"Lily! Gerakan kamu salah!"
"Pak Vian? Dimana salahnya?" Tanya Aqila tidak merasa salah satupun.
Pak Vian mendekat dan menyentuh tangan Aqila. Dia tersenyum dan melihat bagaimana tubuh Aqila dari atas ke bawah. Anak barunya sangat menarik perhatian.
"Pak?"
"Harusnya kamu seperti ini! Punggung kamu harus tegak!" Pak Vian menyentuh punggung Aqila pelan.
Aqila menahan kesal dan mengikuti arahan Pak Vian. Dia melirik ke arah Dareen, dan buru-buru memalingkan wajahnya. Wajah Dareen sangat mirip dengan banteng yang ingin mengamuk.
"Aduhhhh... Saya ke toilet dulu pak!" Aqila berlari secepat kilat menuju toilet.
"Kalian teruskan!" Pak Vian tersenyum dan mengikuti Aqila dari belakang.
"Sialan!" Dareen mengepalkan tangannya dan berjalan mundur untuk ikut pergi dari sana.
Dia mengendap-endap dan mengikuti Pak Vian dari belakang. Dareen tidak bodoh apa yang ingin dilakukan Pak Vian. Dareen membuka handphonenya dan siap merekam. Jika hal buruk terjadi pada Aqila. Dareen akan menghabisi guru itu.
🔎🔎🔎
"Pfttt..." Aqila menatap ke atas toilet dan menemukan seseorang sedang merekamnya.
Aqila bergaya dari satu gaya ke gaya lainnya dan melambaikan tangannya ke atas. Ini sudah cukup. Aqila membuka pintu, dia ingin tahu apa yang orang itu ingin lakukan!
"Pak Vian? Buat apa bapak di toilet perempuan? Tol..."
"Diam kamu!" Pak Vian membekap mulut Aqila.
Aqila mencoba memberontak seadanya, dia tidak ingin terlihat kuat tapi dia berusaha untuk melawan jika Pak Vian berniat macam-macam padanya.
"Diam atau video kamu akan saya sebar!" Pak Vian mundur dan tersenyum.
"Video?"
"Jika kamu macam-macam sama saya! Video di toilet kamu akan saya sebarkan! Apa kamu mau?" Pak Vian menyembunyikan handphonenya dan mendekati Aqila.
"Bapak jangan macam-macam sama saya! Saya bakal teriak atau..."
"Gue salah masuk! Kok Pak Vian disini?"
Aqila melotot saat Radi yang masuk ke dalam. Kenapa Radi tiba-tiba disini? Aqila menggeram marah, rencananya gagal total. Padahal dia sudah siap merekam bagaimana Pak Vian akan bertindak macam-macam padanya. Tapi Radi justru datang!
"Tadi saya dengar teriakan dari dalam! Ternyata Lily ke kunci di dalam. Karena tidak terjadi apa-apa, bapak pergi dulu!" Pak Vian tersenyum dan pergi begitu saja.
"Lo nggak apa-apa?" Tanya Radi pada Aqila.
"Kenapa lo disini?" Tanya Aqila mengambil handphonenya di dalam toilet.
"Kenapa? Bukannya lo harusnya berterima kasih sama gue? Lo hampir di lecehkan kan?" Tanya Radi dengan wajah kesal.
"Gue nggak butuh bantuan lo!"
"Hah? Jadi lo mau dilecehkan begitu aja? Hahaha... Emang cewek kayak lo ini nggak pernah tahu cara berterima kasih. Lihat pakaian lo ini. Lo yang pancing mereka buat lecehin lo! Baju kekecilan ini. Lo mau apa? Lo yang buat mereka datang ke lo sendiri?" Radi maju dan menatap Aqila yang begitu pendek.
"Pfttt... Jadi lo salahin korban? Dengar Radi, nggak semua hal berhubungan dengan baju. Oke baju gue kayak gini, emang sih kecil soalnya ini baju lama gue. Gue juga belum beli baju seragam sekolah. Terus untuk masalah pelecehan itu. Kalau aja mereka nggak punya pikiran jelek, mereka nggak akan lakuinnya. Orang-orang itu yang nggak bisa jaga mata sana napsu binatang mereka. Mereka yang lo perlu salahkan. Bahkan ketika seseorang memakai baju sopan, mereka juga dapat pelecehan. Lalu siapa yang salah? Cewek? Korban? Hahahaha... Emang gitu! Mau gimana lagi! Hidup di zaman sekarang adalah dosa buat cewek. Itu masalahnya. Soal tadi gue terima kasih tapi lain kali jangan ikut campur!" Aqila menepuk bahu Radi dan berjalan pergi.
Radi terdiam mendengar apa yang Aqila katakan tadi. Dia tidak ingin ikut campur tapi masalahnya dia tidak bisa diam saja saat satu persatu orang telah menjadi korban guru bejat mereka. Sudah menjadi rahasia umum bagaimana tingkah Pak Vian selama ini. Radi hanya tidak ingin gadis itu menjadi korban selanjutnya.
"Arghttt... Gue ngapain sih sebenarnya? Sial!"
🔎🔎🔎
Salam ThunderCalp!🤗
Jangan lupa like, komen, dan share!
See you...