"Eisha, aku sudah lama menyukaimu. Aku yakin, kau pasti sadar akan perasaanku selama ini," tutur siswa yang dikenal dengan kenakalannya di sekolah ini.
Noland Ferdinand Sinaga. Seorang bad boy yang digemari oleh siswi-siswi SMA Pelita Jaya. Sudah lama ia memiliki ketertarikan pada putri bungsu keluarga Evander yang dikabarkan tak pernah menjalin kasih dengan siapa pun. Ia didesak oleh sahabatnya untuk mengutarakan rasa sebelum didahului oleh siswa lain.
"Memangnya, apa yang Noland suka dari aku?" tanyanya polos.
Pemuda itu menahan rasa gemas saat Eisha mengerjap matanya berkali-kali seraya mendongak—menatap Noland yang lebih tinggi darinya. Tak mau atensi kesayangan keluarga Evander teralih padanya, Nando yang berdiri di samping sang bad boy pun mendorong tubuh Noland agar menyingkir dari hadapan Eisha.
"Santai dong!" bentak Noland menatap rivalnya dengan tajam.
Nando memutar tubuh menghadap Noland yang tengah menahan emosi. Eisha yang merasa situasi sudah tidak kondusif diajak pergi oleh sahabat laki-laki yang sejak tadi berdiri sebelahnya.
Perkelahian tak terelakkan lagi. Noland membabi buta saingannya dalam memperebutkan cinta Eisha. Selama ini, mereka selalu bersaing sehat. Namun pada saat pengungkapan rasa, Nando malah menyulut emosinya. Noland merasa lega karena gadis pujaan hatinya sudah dibawa pergi oleh Narendra. Jika tidak, gadis tersebut akan menyaksikan keganasan dirinya saat menghajar sang lawan.
"Ah, kau sangat tidak asik sekali. Aku sangat ingin melihat mereka saling meninju." Eisha memperagakan tinjuan pada sahabatnya yang menghela napas panjang.
"Sudahlah. Berhenti mempermainkan mereka. Kau tahu 'kan, Noland sudah sangat tergila-gila padamu, Ca. Nando pun sama. Aku merasa heran. Mengapa tak ada pemuda waras yang mendekatimu," gerutu Narendra merasa tak habis pikir.
Eisha mengedikkan bahunya tak acuh. Membuat kerusuhan, keributan, dan kekacauan adalah hobinya. Namun, semua itu harus disembunyikan dengan rapat dari keluarga. Jika tidak, maka tak akan ada kebebasan yang didapatinya.
"Narend, kau tahu bukan, aku ini cantik jelita. Tak ada yang tidak terpesona oleh kecantikan aku ini," ucap Eisha sambil mengibaskan rambut panjangnya yang tergerai.
"Aku dan Naufal biasa saja. Kami sama sekali tidak terpesona," celetuknya menyulut kemurkaan seorang Eisha Eliora Evander.
Tangan Eisha terhenti di udara. Narendra yang terselamatkan dari pukulan mautnya segera melarikan diri. Ia bersembunyi di balik pilar dan mengintip Eisha yang tengah menggerutu. Kemunculan seorang ketua OSIS membuat gadis itu membeku. Eisha ingin melarikan diri, tetapi seseorang lebih dulu mencekal pergelangan tangannya.
"Mau lari kemana kau?" tanya sang ketua OSIS pada gadis sok polos nan lugu itu.
"Lepas Nathan! Kita ini bukan mahram. Jangan asal menyentuhku!" sentak Eisha membuat Nathan segera melepas cekalan tangannya.
Perasaan bersalah menyelinap masuk ke dalam hati pemuda nomor satu di SMA Pelita Jaya ini. Ia tersadar, jika gadis di hadapannya itu sangat menjaga dirinya dari lawan jenis. Tidak, lebih tepatnya tak ada yang berani mendekat atau menyentuh gadis yang dilindungi oleh empat tuan muda keluarga Evander. Kecuali dua pemuda yang dipercaya untuk tetap berada di sisinya dan mereka yang memiliki kuasa. Karena hanya orang-orang tertentu yang tahu jika Eisha adalah bagian dari keluarga Evander.
"Ikut aku ke ruang BK," titah Nathan pada gadis yang mencebikkan bibir.
Terpaksa sekali, Eisha mengikutinya. Tiba di ruang BK, ia disambut oleh pemandangan wajah babak belur dua pemuda yang memujanya. Eisha tak pernah tahu, alasan mereka yang sangat tergila-gila padanya, padahal dirinya itu memiliki banyak topeng wajah. Namun, hal tersebut tak membuat ketertarikan yang dirasakan oleh Noland dan Nando berkurang. Justru mereka menganggap jika Eisha itu unik.
KAMU SEDANG MEMBACA
EISHAYANG
Teen FictionKasih sayang dan cinta tak lagi melimpah ruah. Eisha tidak lebih dari seorang anak bungsu yang tak seberuntung bungsu lainnya. Hanya ada sosok kakak laki-laki kelima yang selalu berada di sisi Eisha. Lelaki yang tiba-tiba muncul di sekolah SMA Pelit...