22

1.1K 74 20
                                    

Dua hari berlalu setelah Luffy siuman, kesehatan Luffy mulai membaik. Awalnya, kapten Bajak Laut Mugiwara itu sama sekali tidak bisa berjalan. Efek racun yang hampir mencabut nyawanya itu memang mengerikan. Hingga setelah dua hari kakinya sudah bisa digerakkan. Tapi sesederhana pikiran Luffy, dia hanya tertawa kecil sampai Kid mengerutkan kening melihat tingkahnya.

"Kau gila?"

Luffy tertawa mendengar Kid yang menurutnya itu adalah sebuah pujian. Saudara rambut merahnya itu kembali menautkan alis dengan wajah aneh.

"Anak Shirohige memang sudah gila. Law, kau pasti salah melakukan operasi pada anak ini."

Kid menunjuk wajah Luffy yang kini tersenyum sumringah menunjukkan deretan giginya yang rapi.

"Ada apa, Eustass ya."

Law masuk ke kamar Luffy. Sedangkan yang lain sedang berkumpul di dalam pulau dan tidak berada di kapal. Mereka masih di pulau terakhir yang mereka kunjungi dan belum berlayar sama sekali.

"Gizao, aku hanya senang. Kupikir aku akan mati, shishishi."

"Gampang sekali kau mengatakan itu."
Kid berdecak dan masih memandang adiknya aneh.
"Jika kau mati, aku bersumpah akan membunuh Magellan sialan itu dua kali."

Law mengambil kursi dan duduk di sebelah ranjang Luffy setelah memeriksa keadaannya. Kini matanya fokus ke arah leher, di sana ada kalung yang bertaut dengan liontin koin emas dari kota putih. Law menyunggingkan senyum. Dia juga melihat benda itu tergantung di leher Ace dan Sabo. Ace menyelipkannya di antara manik-manik kalung yang dia gunakan. Dan Sabo, pria bangsawan itu membuat kalung yang sama seperti Luffy. Kid menoleh ke arah Law yang masih tersenyum. Memang jarang sekali dia melakukannya. Pria dingin itu lebih sering menunjukkan wajah datar di depan banyak orang.

"Kau juga sudah gila, ya? Astaga, kenapa anak-anak Shirohige menjadi tidak waras?"

"Kau juga adalah anak Shirohige, Eustass ya,"  ucap Law dengan wajah menyeringai.

Luffy kembali tertawa karena tingkah Kid yang menurutnya lucu. Law mendongak ke arah Kid yang kini berdiri dari duduknya dan hendak keluar.

"Aku akan bergabung dengan yang lain. Kuharap saraf otakmu baik-baik saja."

Kid meninggalkan mereka, mengabaikan ucapan Law dan tatapan menyebalkan sang adik. Tidak ada rencana apa pun untuk menjadi gila seperti dua orang itu, Kid melenggang pergi dengan langkah lebar.

Keadaan menjadi hening. Law menatap Luffy yang berbaring dalam diam. Kini senyumnya kembali tersungging. Dia ingat beberapa hari lalu semua orang panik karena keadaan bocah di depannya yang hampir saja mati. Law bangkit berdiri, mata Luffy mengikuti pergerakan sang kakak. Pedang yang dia tancapkan dekat rancang ia cabut dan memasukkannya ke dalam sarung.

"Kau sudah boleh keluar."

Mata Luffy berbinar senang karena akhirnya dia bisa turun dari kapal. Namun kembali dia ingat bahwa kakinya belum terlalu kuat jika harus berjalan terlalu lama. Semua krunya bahkan bergantian untuk menjaganya supaya tidak merengek bosan karena tidak bisa melakukan apa pun. Bahkan Shirohige turun tangan untuk memantau dan lebih sering menghabiskan waktu bersamanya. Dragon dan shanks sudah pergi meninggalkan pulau satu hari lalu. Ngomong-ngomong soal Dragon, anak Garp itu sudah bertemu dan bicara dengan Nico Robin. Robin hanya tidak percaya ternyata selama bertahun-tahun pelariannya, ada orang baik dengan nama yang paling dicari pemerintah telah berharap menemukannya. Jika pemerintah menjulukinya sebagai anak iblis, maka Pasukan Revolusioner menjulukinya sebagai cahaya revolusi. Keterbalikan yang begitu ketara.

"Chopper ya meracik obat dengan baik. Dia adalah dokter yang hebat."

Law memuji dokter kapal sang adik. Luffy terkekeh menganggapi kalimat pujian itu. "Mau turun dari kapal?" Luffy mengangguk lalu mendudukkan tubuhnya dari posisi berbaring. Law duduk di ranjang membelakangi Luffy, "Naiklah ke punggungku."

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang