36

642 62 21
                                    

"Apa?"

"Ssstt, jangan berbicara terlalu keras." Boneka itu memberi peringatan saat suara Franky sedikit tinggi. "Aku beberapa kali melihat wajah kalian di surat kabar. Membakar bendera pemerintah dunia, dan menghancurkan Markas Besar. Beberapa kali juga berharap kapal kalian berlabuh di negara ini," pandangannya getir menatap lantai. Mereka berbicara jauh dari kerumunan. "Kami membutuhkan kekuatan besar untuk membebaskan negara ini."

Franky sejenak berpikir setelah mendengar penjelasan boneka itu. Dia memiliki anak perempuan dan sedang bertarung di koloseum. Namun sayang dia dilupakan karena menjadi boneka. Putrinya mencoba keberuntungan untuk mendapatkan buah iblis seperti milik kaido. Berharap dengan kekuatan yang akan dia dapatkan, negaranya akan terbebas dari genggaman Doflamingo.

"Jadi mereka sedang bekerja di pabrik smile? Dan para boneka di negara ini adalah manusia. Sangat kejam." Mata franky berkaca-kaca lalu menangis. Sangat kontras dengan penampilannya. "Doflamingo itu, dia, dia tidak punya hati." Tenggorokannya seperti ada gumpalan yang menyumpal, menahan suaranya ketika berbicara.


*****


Law berpindah ke sana ke mari menghindar dari serangan benang Doflamingo. Tenaganya terkuras karena harus melawan dua musuh sekaligus. Fujitora tidak tahu harus berada di pihak mana, namun karena statusnya sebagai angkatan laut dia memilih melawan Law membantu Doflamingo. Kemampuannya pun sangat menyusahkan lawan, dia bisa menjatuhkan meteor dari luar angkasa. Jangan sampai Dressrosa punah lalu terdengar lagu mada kono sekai wa. Lari, Law, ada meteor.

Lalu Caesar, dia sembunyi di semak-semak. Menonton mereka bertarung satu sama lain. Sesekali dia meringis takut kalau-kalau jantung yang dibawa Law jatuh atau tergores. Meski itu tidak mungkin karena law melapisinya dengan baik.

"Jangan lari, Law. Sebaiknya menyerah dan kembali bergabung bersama ku." Doflamingo tertawa memainkan jari-jarinya, menarik benang tidak terlihat yang bisa saja membunuh Law jika tidak hati-hati. "Kemampuan mu sangat berguna, kau tahu? Awalnya buah iblis itu hendak ku berikan kepada adik ku, Rosinante, namun aku tidak menyangka dia adalah pengkhianat dalam keluarga."

"Diam. Dia tidak mengkhianati mu. Justru kau yang mengiginkannya mati. Setelah memintanya memakan buah Ope Ope, kau akan memintanya melakukan operasi agar kau abadi, bukan? Semuanya bisa ditebak. Aku meyelidiki mu selama bertahun-tahun. Bukan tidak mungkin aku mengetahui semua kelicikan mu." Meski luka di mana-mana, wajah itu tersenyum menyeringai. Seolah mengejek dan berkata akan ku viral kan kau, bajingan.

"Ne, Fujitora. Kenapa hanya diam? Beginikah bentuk keadilan yang kalian anut? Kau juga pasti tahu, 'kan, keadaan negara ini." Law menunjuk wajah Doflamingo, "Dia merebut tahta Raja Riku."

Fujitora tidak berbicara sedikit pun. Dia bingung harus bagaimana. Keadilannya sangat mirip seperti keadilan Garp, namun dia masih bimbang untuk memilih.

Law memanfaatkan kesempatan menuju jembatan penghubung Green Bit. Jantung Caesar masih berada di tangannya, tidak semudah itu menyerahkan kepada si burung.


*****


"Luffy san. Kau Luffy san, bukan?" salah satu petinggi Pasukan Revolusi, Morley, menyapanya.

"Eh? Omae. Sedang apa kau di sini?"

Morley bersama beberapa pasukan lainnya berada di Dressrosa melakukan penyelidikan atas penyelundupan senjata ke berbagai negara dan menyebabkan perang. Dia juga memeberitahu keadaan negara ini. Luffy mengangguk paham.

"Zoro, pergi bersama mereka. Beritahu yang lain untuk membantu. Sejak beberapa saat lalu, aku merasakan kehidupan di bawah tempat ini." Luffy melihat ke lantai, kakinya dia hentakkan di sana. "Aku akan merebut buah iblisnya sebelum tempat ini ku hancurkan." Tangannya menggenggam dengan wajah menyeringai psikopat.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang