37

638 62 24
                                    




Sanji menendang pantat Dellinger, manusia dengan kekuatan kaki dan gigitan hiunya. Dia tersungkur dan hampir menabrak Lao G, salah satu dari petinggi musuh yang juga bertarung melawan Jinbei. Sanji adalah lawan yang sepadan dengannya. Selama ini, Dellinger terlalu angkuh tidak ada yang bisa mengalahkannya. Namun jika dibandingkan, kekuatan kakinya bahkan tidak bisa menembus kekuatan barier Bartolomeo.

"Jadi kau adalah ikan hiu? Siap-siap saja menjadi bahan masakan ku."

"Kurang ajar." Tendangan sepatu hak Dellinger melayang, Sanji menghindar dengan mudah, dia melompat dan berjalan di atas udara. dia berjalan lebih tinggi dan lebih tinggi lagi, kedua tangan ia masukkan ke saku celana. Gaya tetap nomor satu, ya, Nji.

Sanji turun dengan kaki menendang ke bawah, api menyala seperti api yang akan memasak musuhnya hidup-hidup. Dellinger meghindar, berpindah tempat dengan cepat. Namun sayang sekali, Sanji lebih dulu berada di belakangnya, tendangan dari neraka mengenai punggungnya hingga tersungkur ke tanah. Delllinger berusaha bangkit namun Sanji lagi-lagi sudah berada di depannya, kecepatan teknik soru yang dia pelajari dari Luffy amat berguna.

"Ini tendangan terakhir, mati dan musnah saja." Kejam sekali, tapi Luffy memintanya seperti itu. Sanji tidak masalah memusnahkan orang-orang seperti mereka. Tendangannya kali ini membuat Dellinger kehilangan kesadaran, mungkin juga nyawanya.

Lalu suara teriakan tidak jauh dari sana terdengar, Pica mati di tangan Zoro. "Fuuhh, diam dan tenanglah di neraka, batu bodoh." Zoro memukul pelan punggung pedang di pundaknya. "Alis mesum, kau punya sake?"

"Heh? Aku bukan ibu mu, Marimo sialan. Cari sendiri sana."


*****


Luffy keluar dari reruntuhan koloseum. Diamente dan Burgess tidak tahu nasibnya seperti apa. Semua korban kutukan Sugar sudah keluar dari ruang bawah tanah, mencari-cari siapa yang telah menyelamatkan mereka.

Sayup-sayup terdengar dari beberapa penonton yang melihat aksi Luffy, akhirnya mereka tahu siapa orangnya. Mereka berlari ke arahnya ketika Luffy menunjukkan eksistensinya.

"Tunggu, Mugiwara." Luffy berhenti demi mendengar teriakan namanya. Dia menoleh, siapa? Rupanya para petarung koloseum.

"Terima kasih telah menyelamatkan kami. Biarkan kami membayar semuanya."

"Jika begitu, bantu kami mengalahkan semua antek-antek itu." Luffy menunjuk musuh berdatangan. Mereka tersenyum, segera melakukan tugas mereka.

"Luffy..." Usop datang bersama Leo, salah satu kurcaci. Jangan salah, meski tubuh kurcaci itu kecil, mereka kuat dan pandai bertarung. "Law. Doflamingo menangkap Law." Usop mengambil nafas, dia berlari dari atas bukit karena menjadi mata-mata sementara bersama para kurcaci. Kini semua kurcaci tengah bertarung untuk membebaskan salah satu rekan mereka yang disandera di istana.

Mata Luffy melebar, "Torao? Usop, di mana dia. Kenapa dia berada di sini." Luffy mengambil bahu Usop, tidak sabar menunggu penjelasan.

"Dia di istana di atas bukit." Usop menunjuk ke arah barat. Mata Luffy mengarah ke sana. "Kami baru saja bertemu dengan Raja Riku, raja asli dari negeri ini. kami sudah menjelaskan semuanya. Dan Pasukan Revolusioner sedang bertarung, beberapa mengumpulkan sejata."

"Terima kasih, Usop." Luffy berlari menuju istana. Semua yang menghalangi dia habisi di tempat. Sedangkan semua kru masing-masing melawan para petinggi. Zoro dan Sanji sudah mengalahkan dua diantaranya.

"Ku dengar adik berharga mu berada di sini, Law. Kalian menyusahkan sekali." Law terbaring lemah di sana. Doflamingo tidak mendapati siapa pun di istana. Semua anak buahnya sedang bertarung. Lalu Fujitora memilih tidak bertarung, tiba-tiba dia percaya Mugiwara bisa melawan Doflamingo, dia mendengar informasi bahwa Luffy berada di sana dari prajuritnya.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang