38

983 93 63
                                    

Di dunia ini ada istilah mata diganti mata. Artinya, seseorang yang telah menyebabkan luka dan kerugian terhadap orang lain, harus membayar dengan luka dan kerugian yang sama. Jika dinilai dari sudut pandang hukum, Doflamingo harus membayar luka dan kerugian satu negara. Luffy tidak peduli dengan alasan apa pun, atau dengan cara apa pun, Doflamingo harus membayar semua rasa sakit yang Law terima dan semua orang.

"Sial. Jangan sekarang." Luffy mendongak menatap langit. Gumpalan awan hitam mulai menghilang, kilat petir tidak lagi terlihat. Doflamingo mengikuti arah pergerakan Luffy, dahinya mengerut bersama pikirannya, 'Kenapa awan-awan itu seperti mengikuti perintahnya?'

Semua kru bersama semua orang masih berusaha menahan sangkar. Para kru terdiam karena sebenarnya mereka mendengar teriakan Luffy bersama petir yang menggelegar, Luffy membuat mereka khawatir. Jika diingat lagi, di Sabaody, Luffy menebas leher anggota marine hingga hampir putus. Alasannya, mereka ingin menangkap Nico Robin. Padahal Robin tidak tertangkap tapi amarahnya sudah berada di puncak kepala.

Lalu sekarang, Law hampir meregang nyawa. Sudah jelas amarahnya akan meledak jika Luffy tidak menahan diri. Shiryu bernafas lega, setidaknya Dressrosa tidak hancur di tangan kaptennya. Dia hanya khawatir Luffy tidak bisa mengendalikan diri, meski sebenarnya pemikiran itu tidak benar, Luffy sudah menguasai dirinya sebagai senjata peghancur.

Pertempuran di atas istana berlangsung tegang. Pukulan, tendangan, kekuatan buah iblis, semua beradu satu sama lain. Setelah jurus Parasitenya gagal pada Luffy, Obahito atau cambuk dari benang menghantam dada pada tubuh kecil itu. Untung saja Luffy memiliki kesempatan melindungi diri, sisi tajam cambuk dari benang-benang Doflamingo tidak bisa menembus lapisan haki pada kulitnya. Luffy tersungkur cukup jauh, namun Doflamingo sudah berada di belakang, dengan cepat dia berpindah tempat.

"Goshikito!"

Benang lima warna keluar dari jarinya, Doflamingo menyerang punggung Luffy dengan posisi miring. Dengan suara tercekat merasakan luka pada kulitnya, Luffy sedikit mendongak dan dada membusung ke depan, dia jatuh ke lantai dengan posisi membelakangi musuh. Lukanya persis seperti bekas cakaran, rasanya perih namun itu bukan apa-apa.

Luffy membalikkan badan merasakan dia akan di tendang, dengan cepat kakinya menendang kaki besar Doflamingo, Luffy berhasil berdiri.

*****

Law sadar setelah hampir satu jam. Matanya mengerjap pelan, dia meringis merasakan sakit pada lengan dan luka tembak pada perut. Sementara sangkar burung belum berhenti, semua orang berusaha menahan dengan kemampuan mereka.

"Kau sudah bangun? Sukurlah," Chopper menyapanya terlebih dahulu. Dokter kapal Mugiwara itu bertugas menjaganya selama dia pingsan.

"Kenapa kalian berada di sini? Luffy ya, di mana dia." Law berusaha bangun dengan sisa tenaga, sedikit berjuang hingga mendapatkan posisi duduk. Matanya melebar melihat keadaan sekitar, Dressrosa akan berakhir di tangan Doflamingo.

Law memegang perutnya, dua peluru bersarang di sana. Dia menahan sakit ketika menggunakan kemampuan buah iblis untuk melakukan operasi pada dirinya sendiri. Chopper sedikit panik melihatnya berusaha menahan suara agar tidak berteriak.

"Kau baik-baik saja?"

"Tidak apa-apa. Aku cuma melakukan operasi demi peluru sialan ini," dua peluru sudah berpindah pada tangannya. Chopper, rusa kecil itu menganga lucu melihat kemampuan kakak kaptennya itu.

"Kau mau kemana?" Chopper berusaha menahan Law yang hampir saja terjatuh ketika berusaha berdiri, kakinya lemas hingga tidak bisa menahan berat tubuhnya sendiri.

"Adikku. Dia bertarung di sana. Luffy ya harus kembali," Law masih berusaha namun sia-sia. Hal yang bisa dia lakukan adalah berharap Luffy tidak berakhir sepertinya. Dia menyerah untuk pergi lebih jauh, memilih duduk menunggu, Chopper akan menemaninya.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang