34

642 64 13
                                    

Perjalanan menuju Shinsekai baru saja akan dimulai. Bajak Laut Mugiwara baru saja akan pergi diam-diam dari Pulau Manusia Ikan, Shirahosi mencegatnya.

"Kenapa Luffy sama akan pergi secepat ini?" Shirahosi lagi-lagi menangis, Luffy jengah melihatnya.

"Kenapa kau selalu menangis?"

"Habisnya Luffy sama tidak ingin lama-lama di sini."

Luffy menghela nafas lelah. "Dengar. Jika kami telalu lama di sini, orag-orang akan menganggap kami pahlawan."

"Kenapa? Bukankah itu bagus?"

"Aku tidak mau menjadi pahlawan karena aku adalah bajak laut."

Para kru tidak mengatakan apa pun, hanya tersenyum melihat interaksi kapten mereka. Sebenarnya mereka sedang menunggu Jinbei.

"Luffy sama. Maukah kau berjanji kepada ku? Suatu hari nanti akan membawa ku mengelilingi dunia atas."

Luffy tertawa kecil dan mengangguk. Shirahosi memberi jari kelingking sebagai janji mereka. Luffy memanjangkan jarinya dan melingkar di jari besar Shirahosi, "Aku berjanji."

"Tunggu, Luffy. Kau itu ceroboh dan tidak bisa melakukannya tanpa kami, bukan?" Nami maju dan memberi jari kelingkingnya ke arah jari Shirahosi. Semua kru melakukan hal yang sama.

"Kami akan membantu kapten kami untuk mewujudkan janjinya."

Tidak lama setelah itu Camie bersama Pappag datang dengan hiu kecil peliharaan Shirahosi. "Luffy tachi." Dia melambaikan tangan. Kru di atas kapal pun ikut melambai. "Kalian jangan pergi dulu. Istana sudah menyiapkan pesta untuk kalian."

"Di sana ada daging?"

"Sake?"

Camie mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Luffy dan Zoro. Mereka berdua terlihat senang karena akan makan dan minum sepuasnya.

"Tadi siapa yang mengatakan ingin pergi diam-diam?" celetuk Nami.

Bibir Luffy maju beberapa centi, "Aku tidak mengatakan itu."

Semua kru tertawa melihat wajah lucu Luffy. Zoro mengusak rambut kaptennya karena terkadang bertingkah seperti anak kecil. Chopper lompat ke bahu Luffy, memeluk leher dan menempelkan pipinya. Setelah itu Luffy tertawa karena merasa hangat.

Sedikit rasa rindunya kepada Bajak Laut Shirohige terobati. Tapi Luffy butuh lebih banyak kehangatan seperti ini. Dari krunya, dari saudara, juga dari Oyaji. Tapi ngomong-ngomong, Luffy juga ingin bertemu kakek dan ayahnya. Entah kenapa dia jadi merindukan semua orang.


*****


"Haaaccc..." Ace tidak jadi bersin karena refleks menutup hidung. Kenapa akhir-akhir ini dia sering sekali bersin? Maksudnya dalam satu hari ini dia sudah bersin untuk yang kesekian kali. Ah, Luffy pasti sedang memikirkannya. Setidaknya itu yang otak Ace katakan. Wajahnya berbinar senang dengan pemikirannya sendiri. Thatch di sampingnya menatap aneh dan menjauh. Marco keluar dari dalam kapal mendekat karena Thatch memanggilnya.

"Apa?"

"Ssstt..." Thatch meletakkan jari telunjuk di bibir. "Kau perlu memeriksanya," bisik Thatch. Dia menunjuk dengan dagu ke arah Ace.

Marco mendekati wajah dan melihat Ace dari bawah. Ace senyum-senyum sendiri tidak sadar Marco yang melihatnya. Hingga Izo dan Namur datang dari arah dapur.

"Kenapa?" tanya Izo. Namur juga penasaran ikut melihat membungkuk seperti Marco dan mendongak menatap Ace. "Ace, kau gila?"

"Sialan. Sejak kapan kalian di sini?" Ace kaget memegang dada dengan sebelah tangan. Marco masih di tempatnya menempelkan punggung tangan ke kening Ace, lalu menempelkan lagi ke keningnya sendiri. Tidak puas, Marco berdiri dan Ace mendongak menatapnya. Marco memegang kepala Ace lalu menempelkan kening mereka berdua. Tanpa mengatakan apa pun Marco bergegas pergi ke ruangannya. Semua mata mengikuti pergerakan Marco tanpa mengatakan apa pun.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang