WARNING⚠️⚠️TERDAPAT BANYAK TYPO DAN EYD BERANTAKAN
Udara malam bertiup dengan lembut. Air laut bak cermin memantulkan bayangan bulan yang bersinar terang. Langit begitu cerah dengan bintang-bintang yang menghiasi awan. Jika suasana yang berbeda, tentu malam ini menjadi malam yang indah untuk dinikmati dengan berkumpul di dek kapal, ditemani cemilan dan minuman, lalu bercerita hal-hal random.
Sanji membuatkan makanan untuk semua orang. Ia berada di dapur Moby Dick bersama Thatch. Setelah ketegangan menunggu operasi selesai, tentu perut semua orang tengah kelaparan. Setelah perang berakhir, perut mereka belum terisi apa pun. Luka-luka bekas pertempuran sudah diobati Chopper, Marco dan Law.
"Mereka butuh makan." Sanji melipat lengan baju dan mulai mengolah bahan-bahan makanan yang ada. "Kudengar masakanmu sangat enak, Luffy yang mengatakannya."
Thatch tertawa kecil mendengar bahwa sang adik menceritakan tentangnya. "Dia selalu mencuri makanan di kulkas terutama daging. Aku sampai kewalahan menghadapinya." Tangannya memotong bahan masakan dengan cepat, bersautan dengan suara pisau yang digunakan Sanji. Mereka berdua terus bercerita sementara tangan mereka bekerja membuat makanan dalam jumlah yang banyak.
Di dek kapal semua orang masih dengan suasana yang buruk. Boa Hancock sudah meninggalkan kapal karena harus kembali ke Pulau Amazon Lily.
Beberapa saat lalu Nami menerima panggilan dari Bon chan. Okama itu menangis di seberang sana karena mengira Luffy telah mati karena vivre card Luffy yang dia bawa setengah terbakar. Meski pun Nami mengatakan Luffy masih hidup, bukan berarti keadaan Luffy baik-baik saja.
Shirohige tengah berbicara dengan Shanks. Si rambut merah itu langsung menghubungi Shirohige ketika melihat vivre card milik Luffy terbakar. Vivre card yang dia ambil ketika Luffy masih kecil. Dan Dragon sudah dihubungi oleh Morley yang masih berada di Moby Dick. Kapal itu cukup besar untuk menampung banyak orang. Kapal-kapal armada Shirohige mengikuti dari belakang, ditambah kapal Sunny, Polar Tang dan Victoria punk. Shirohige meminta semua armada untuk berlayar ke wilayah masing-masing karena perang telah usai.
Chopper mendekati Shirohige dengan hati-hati. Dia mendengar dari Marco bahwa penyakit Shirohige kambuh dan hampir oleng ketika di tengah perang.
"Oyaji, boleh kuperiksa keadaanmu? Mungkin aku tahu obat yang bisa kuberikan," ucap rusa kecil itu hati-hati.
Shirohige memandang Chopper lalu tersenyum. "Kau dokter yang hebat. Silahkan periksa keadaanku."
Setelah mendapatkan izin, Chopper merubah tubuhnya ke bentuk lain. Dia berubah menjadi besar agar bisa menjangkau Shirohige. Shirohige terkejut dengan perubahan itu lalu tertawa. Meski hatinya tengah gundah, dia masih mencoba untuk tertawa menghibur dirinya.
"Sepertinya aku tahu obatnya. Aku akan meraciknya terlebih dahulu."
Chopper merubah tubuhnya ke bentuk semula. Marco mendekati mereka karena mendengar bahwa Chopper tahu obat untuk menyembuhkan Shirohige.
"Obatnya begitu langka. Bagaimana bisa kamu mendapatkannya?" Marco mencoba bertanya karena dia penasaran.
"Doctorine, orang yang mengajariku ilmu kedokteran memberiku resep bahkan obat yang sulit didapatkan sekali pun."
*****
Ace masih terpuruk dan tidak bicara sama sekali. Sabo tidak jauh berbeda keadaanya dengan saudara apinya itu. Ace duduk dengan kepala ia benamkan di atas lutut. Dan Sabo berada di dekatnya. Marco dan yang lain bergantian melihat keadaannya meski keadaan mereka tidak jauh berbeda. Hatinya sakit melihat Luffy di ambang kematian. Jika penawar itu tidak ditemukan, maka Luffy akan pergi selamanya.