49

299 40 21
                                    

"Soal itu..."

"Tidak perlu. Jangan katakan jika kamu sendiri berat untuk membuka mulut."

Luffy memberikan anak itu senyum terbaiknya, mencoba menyampaikan bahwa dia tidak apa-apa tidak mendapatkan jawaban. Kening Zoro mengerut memperhatikan Luffy tersenyum lebar seperti itu, tangannya gatal ingin memukul wajah Luffy. Zoro tentu tahu Luffy tidak benar-benar tersenyum, tidak bisakah dia bertindak biasa? 

"Kenapa dengan ayahmu? Dia diculik penjahat?" Pertanyaan Luffy seperti sebuah basa basi sembari mengunyah makanannya, "Kau sudah makan?"

"Ah, sial." Luffy menjatuhkan sendok makan tiba-tiba. Telinganya sakit karena ada suara menggerogoti otaknya.

Zoro segera berdiri dari kursinya, "Kapten," ucapnya panik. 

"Kalau begitu aku pamit dulu, kelihatannya aniki sedang sakit," anak kecil itu meninggalkan mereka. Sekilas Luffy melihatnya tersenyum sebelum suara yang mengganggunya datang kembali. Dan Zoro melihat senyum anak itu sekilas.

"Ukh!" Luffy menutup telinganya rapat-rapat, "Kita kembali ke kapal. Aku tidak tahan, ini benar-benar sakit."

"Bisa jalan?" 

Luffy menggelengkan kepala, dengan suara pelan berkata, "Tolong." 

Zoro jongkok di depannya, memberikan punggung kepada Luffy dan memintanya naik. Setelah merasakan beban pada punggungnya bertambah, Zoro bangkit dan meninggalkan kedai dan sisa makanan yang masih banyak. Zoro berlari secepat yang dia bisa, mengandalkan radar dalam pikirannya karena bisa saja dia tidak menemukan lokasi kapal karena tersesat. 

 Zoro hendak bertanya kepada Luffy, apakah dia baik-baik saja karena tidak mendengar suara apa pun dari balik punggungnya. Namun saat hendak membuka mulut, tangan Luffy jatuh tergantung ke samping, dia pingsan. Zoro merasa mengingat sesuatu, Pulau Kebebasan.

Zoro menghentikan langkah, lalu berbicara, "Kapten, kau tidak mati, 'kan?"

Hening, Luffy tidak menjawab. Zoro tidak tahu, tapi perasaan tidak enak terasa mengganggu. 

Deg. Deg. Deg.

Jantung Zoro berdetak dua kali lebih cepat. "Apa ini? Kenapa perasaanku seperti ini?"

Deg. Deg. Deg.

"Kapten, jika kau mati, aku akan membunuh semua orang. Lalu aku akan membakar diriku sendiri bersama jasadmu," ucapan itu keluar tanpa sadar.

Di dunia bajak laut, kematian adalah hal biasa. Tapi membunuh tanpa alasan yang jelas, bukan hal yang bisa dilakukan kelompok bajak laut Topi Jerami. Tapi apa yang dirasakan Zoro saat ini berbeda, dia pun tidak mengerti. Seolah-olah hal lebih berbahaya dari pertempuran mana pun sedang mengancam nyawa Luffy. 

Zoro masih berdiam diri berdiri seperti patung. Kepalanya pening karena tiba-tiba merasa marah, merasa kesal, frustrasi, dan marah tanpa sebab, badannya pun terasa panas dari dalam. 

"Kenapa? Kenapa aku tiba-tiba marah? Kepalaku berisik dan sakit. Tidak. Kapten, kapten, kau tidak..."

"Zoro, Luffy." 

Deg!!

Zoro tersadar dari keadaannya setelah Sanji bersama Sabo yang entah mereka bertemu di mana memanggil.

"Oi, Marimo. Luffy kenapa?"

Zoro diam, hanya merespons mereka dengan pandangan tidak terbaca.

"Tunggu. Kenapa telinga Luffy berdarah?" Sabo panik. 

Mata Zoro membola, "Berdarah?" 

"Jadi Luffy masih hidup?"  lanjutnya dalam hati. 

"Sebaiknya kita segera kembali ke kapal," jelas Zoro. Dia tidak punya waktu untuk mengatakan apa yang terjadi. Lagi pula, Zoro tidak tahu harus menjelaskan apa. Zoro berlari dengan kecepatan penuh, kendati kepalanya masih berisik dan badannya masih panas. Entahlah, Zoro tidak mengerti.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang