50

371 44 11
                                    

Brukkk!!!

Zoro jatuh terbaring di atas tanah setelah berusaha mengeluarkan isi perutnya, dia mual luar biasa, ditambah kepalanya seperti akan pecah. Setelah kembali ke kapal bersama Luffy, Zoro melompat turun ke daratan karena rasanya dia akan memuntahkan sesuatu. Namun nihil, tidak ada apa pun yang keluar. Padahal Zoro berharap bisa memuntahkan emas yang banyak supaya bisa membayar bunga utang ke Nami. "Ck, si Nami itu sudah seperti rentenir saja," pikir Zoro. 

Zoro mengangkat sebelah tangan ke udara. Ctak!! Zoro menjentikkan tangan lalu api biru keluar dari sana. Dia masih kagum dengan perubahan yang begitu tiba-tiba, meski pun sebenarnya entah kenapa dia sangat senang.

"Draken? Jadi namaku adalah Draken? Bukan Marco, 'kan?" 

Sejujurnya, Zoro masih tidak begitu mengerti. Rasanya mustahil dia adalah reinkarnasi dari makhluk suci dari masa lalu. Akan tetapi, Zoro bukanlah orang yang akan memusingkan sesuatu yang tidak logis. Terima saja, apa susahnya? Lagi pula, dia telah memutuskan untuk mengikuti Luffy ke mana pun. 

Energi besar yang masuk ke tubuhnya secara tiba-tiba membuatnya merasakan sakit dan mual. Mungkin begitu cara tubuhnya memberi respons. Lalu sebelah tangannya membeku oleh es, dia mengangkatnya. Dia tidak ingin berpikir bahwa dia adalah Aokiji, tidak etis sekali dia mengayuh sepeda di tegah laut sambil melambai tangan ke arah lumba-lumba. 

"Ck," Zoro berdecak lidah membuang semua bayangan tentang Aokiji dan Marco. Kini kedua tangannya berada di udara, memandangnya seolah semuanya tidak nyata. Lagi pula dia bukan pengguna buah iblis, apa mungkin ini hanya mimpi? Ah, lagi-lagi Zoro tidak ingin mengambil pusing. Daripada itu, netra emas dengan pupil vertikal begitu menawan dan indah apabila dilihat lebih dekat, warna itu muncul di matanya dan dia berbicara sendiri, "Aku hanya perlu hidup untuk tuanku. Mwehehehehe hahahaha HAHAHAHHA uhuk uhuk." Lalu dia batuk karena terlalu banyak tertawa. 

"Ya, Mugiwara. Kau penjahat, dasar kriminal, bajak laut sialan. Berani sekali menghancurkan markas Angkatan Laut yang melindungi pulau ini dari penjahat seperti kalian!"

Zoro bangkit karena mendengar suara gaduh di dekat kapal. Rupanya seorang angkatan laut yang entah dia kapten atau apalah, Zoro tidak peduli, yang pasti orang itu terdengar congkak dan telah berani menghina Luffy. Mendengarnya saja membuat jiwa naganya meradang. Ah, Zoro sudah sepenuhnya menyatu dengan darah naga suci. Sepertinya akan sedikit menyusahkan karena harus menahan kekuatan yang meluap-luap. Hatinya benar-benar panas mendengar cecunguk pemerintah berbicara seenaknya. Memang benar bahwa dia dan Luffy yang telah menghanguskan markas mereka, lalu kenapa? Bukankah para bedebah itu lebih keparat dan licik dibandingkan bajak laut yang tidak pernah melabeli diri mereka sebagai orang baik? 

"Kenapa gaduh sekali, sih. Ini kan masih pagi." Sabo keluar dari dalam kapal sambil mengusap matanya perlahan karena masih mengantuk. Bahkan rambut pirangnya seperti sarang burung khas orang baru bangun tidur. "Astaga, prajurit angkatan laut?"

"Kau..." Penjahat angkatan laut itu menunjuk wajah Sabo, "Kelompok bajak laut Shirohige."

Sabo hanya menanggapinya dengan, "Hah?" seolah dia mendengar suara lalat yang mengganggu sambil mengorek telinga. Lalu semua kru keluar karena mendengar ada keributan di luar. Padahal matahari belum menampakkan diri di ujung lautan sebelah timur sana, bahkan Sanji sang koki yang terbiasa bangun lebih pagi untuk memasak masih menguap karena mengantuk.

"Wah, ada serangga," celetuk Robin.

Sedangkan Usop dan Chopper tergagap, "A-angkatan laut," sambil berpelukan. Padahal prajurit itu hanya sendiri. Tak lama itu, Luffy dengan langkah gontai mendekat ke pembatas kapal, mengorek kuping dan berkata untuk apa seorang angkatan laut membuat keributan di pagi buta seperti ini? Padahal Luffy baru terlelap satu jam lalu. 

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang