Luffy berdiri di pembatas kapal diikuti semua kru. Matanya menatap ke semua arah, dahinya mengernyit bingung dengan pandangan bertanya. Sedangkan orang-orang dari dalam pulau terus berlari keluar menyambut kedatangan mereka. Setelah keadaan tenang Luffy memutuskan untuk turun dari kapal. Seorang pria usia paruh baya mendekatinya.
"Kau pasti orangnya. Terima kasih karena telah datang ke pulau ini."
"Aku?" menunjuk diri sendiri Luffy bertanya. Memangnya kenapa mereka harus berterima kasih karena telah datang ke pulau ini?
"Hito Hito No Mi, buah itu berasal dari tempat ini."
"Hito Hito?" Luffy memiringkan kepala.
"Akan ku jelaskan nanti, sebaiknya kalian turun dan masuk ke pulau," pria itu mendongak ke arah semua kru yang masih di atas kapal. Zoro melihat ke arah kaptennya lalu mengangguk, kemudian dia turun dan diikuti yang lain. Semua penghuni pulau terlihat gembira dengan kedatangan mereka.
"Woi, Nami. Apa yang sebenarnya terjadi?" bisik Usop. Nami menggeleng tidak mengerti. Robin di sebelahnya menjawab, "Mungkin kita akan dijadikan tumbal." Sontak langkah Usop terhenti dan menatap wajah Robin yang terlihat serius.
"Robin, jangan menakutinya," sela Franky. Brook di sebelah Franky tertawa, "Yohoho, kita akan di bunuh sebagai tumbal."
"Kau bahkan sudah mati," ucapan Chopper membuat Brook pundung. "Chopper san, tega sekali mengambil dialog ku."
Chopper tidak peduli dan terus berjalan. Selama perjalanan yang mereka lihat adalah tanah yang kering dan tandus. Tidak ada yang bertanya, mereka hanya merasa terganggu karena semua penduduk mengikuti dari belakang. Cukup jauh dari pelabuhan, mungkin butuh dua puluh menit berjalan hingga mereka sampai di perkampungan.
Perkampungan itu terlihat indah. Rumah-rumah dibuat persis satu sama lain. Anak-anak bermain dan berlari ke sana kemari. Meski keadaan seperti sedang mengalami kemarau panjang, terlihat dari wajah semua penduduk bahwa hidup mereka sangat damai.
Pria payuh baya mengajak mereka masuk ke salah satu rumah. Luffy dan yang lain ikut saja.
"Kalian bisa duduk di mana saja. Rumah ini tidak terlalu besar," ucap pria itu.
"Tapi kenapa kalian mengatakan sudah menunggu kedatangan kapten kami?" Zoro tidak tahan lagi untuk tidak bertanya. Sedangkan yang lain sudah mengambil posisi duduk masing-masing.
"Petama, aku adalah kepala desa di sini. Kami sudah menunggu kedatangan kalian selama ratusan tahun lamanya."
"Ratusan tahun?" kor mereka mengulang perkataan kepala desa.
"Mungkin sulit untuk dipercaya. Delapan ratus tahun lalu seseorang disebut Joyboy meninggalkan pulau ini. Dia adalah lambang kebebasan dan disebut juga sebagai dewa matahari atau Nika."
Semua mendengar dengan baik penjelasan kepala desa meski pun mereka tidak mengerti.
"Pria itu memakan buah iblis Hito Hito No Mi, yang mana buah iblis itu ia temukan dipulau ini. Kalian bisa lihat sendiri bahwa pulau ini mengalami kekeringan. Sepanjang perjalanan pasti kalian sudah menyadarinya."
"Kami memang menyadarinya, tapi jika dilihat dari penduduk kampung wajah mereka terlihat hidup dengan damai," sela Usop menanggapi.
"Kau benar. Karena sebenarnya yang menjadi lambang kebebasan adalah buah iblis itu sendiri. Setelah Joyboy dikalahkan oleh penguasa dunia yang sekarang berkuasa, pulau ini perlahan menjadi tandus. Penduduk kesulitan untuk mendapatkan air. Kelaparan mulai menyerang..."
"...pulau ini berduka selama ratusan tahun. Kami turun temurun menunggu kedatangan kalian untuk melihat sendiri rumah Nika yang menunggu kebebasan."
Luffy menutup telinga karena suara-suara itu kembali. "Tuan, kami menunggu mu. Kami menunggu mu."
"Hentikan. Ini sssaakit," suara Luffy tertahan karena menahan sakit kepala yang teramat pening. Para kru panik melihat keadaan Luffy. Kepala desa mendekatinya dan memegang pundak Luffy. "Ambil nafas perlahan lalu buang," ucapnya. Luffy mengikuti perintah kepala desa.
"Kamu mau kemana?" Sanji berdiri mengikuti Luffy yang berlari keluar. Zoro, Shiryu dan yang lain mengikuti dari belakang. Luffy berlari dan masuk ke dalam hutan, semua penduduk menatapnya bingung dan bertanya kemana apa yang terjadi.
Lama Luffy berlari akhirnya dia berhenti. "Kaluarlah," ucapnya. Semua orang yang mengikutinya bingung. Lalu tiba-tiba saja petir menyambar, angin bertiup kencang menyebabkan semua orang mencari pegangan agar tidak terbawa angin.
"Luffy. Apa yang kamu lakukan," teriak Zoro meski Luffy tidak mempedulikannya.
"Kami di sini. Selalu di sini dan akan menuruti perintah mu."
Bukan Cuma Luffy yang mendengarnya, namun semua kru bahkan semua penduduk kini bisa mendenagr suara itu. Semua menatap ke sana kemari untuk mencari sumber suara.
"Kami adalah senjata penghancur yang tercipta dari buah iblis mu, Tuan. Buah itu berasal dari pulau ini. Kami kering dan hampir mati karena Tuan meninggalkan kami terlalu lama."
Semua mematung mendengar suara itu. Senjata penghancur apa yang mereka maksud?
"Luffy..." panggil Robin. Sepertinya dia menyadari sesuatu.
"Kau menyadarinya, Robin?" Luffy melihat kedua tangannya. "Aku bisa membayangkan bentuk apa pun dan menjadi nyata ketika kebangkitan buah iblis ku. Alam yang berbicara ini adalah elemen dari semua kehidupan. Begitu, bukan?"
Kepala desa mengangguk membenarkan perkataan Luffy. "Untuk membangkitkan senjata itu, kau harus datang ke pulau ini. Karena meski pun kamu bisa mengubah apa pun, kekuatannya tidak akan sempurna jika kau tidak menyadarinya. Untuk itu kedatangan mu adalah hal yang berharga bagi kami."
"Lalu apa maksudnya kering dan mati?" tanya Nami.
"Baiklah, aku paham," ucap Luffy sebelum memejamkan mata dan merubah diri ke bantuk Nika. Bentuk itu tertawa dan melompat ke sana kemari. Penduduk yang ada di sana dan kepala desa takjub melihat perubahan itu.
Petir menyambar dari berbagai arah, Luffy menangkapnya. Bermain seperti petir itu adalah hal biasa.
"Tanah!!!" Luffy menyentuh tanah, ia masih tertawa dan melompat. Sedetik kemudian ia terdiam. Semua yang berada di sana hanya melihat dengan mata takjub. "Aku ingin tanah pulau ini subur dan tidak mengalami kekeringan lagi."
Setelah Luffy mengatakan itu perlahan tumbuhan layu dan hampir mati mejadi segar kembali. Daun-daun mejadi hijau, bunga-bunga bermekaran. Robin dengan mata berbinar merasa hatinya bahagia melihat pemandangan di depannya. Warna warni hamparan bunga perlahan menjadi semakin banyak.
"Waahhh, ini menakjubkan," ucap semua orang.
Penduduk bersorak senang, menangis bahagia karena akhirnya selama ratusan tahun tanah mereka subur kembali. Telinga mereka menangkap suara air mengalir. Ternyata sungai yang kering kini tiba-tiba seperti hidup kembali. Air sungai mengalir hinga lautan lepas, air terjun yang indah kini bisa dilihat dengan yang pemandangan amat sempurna.
Petir sekali lagi menggelegar, awan menjadi mendung lalu hujan dengan derasnya mengguyur. Luffy masih melompat bermain seperti anak kecil.
"Aku tidak percaya bahwa senjata penghancur itu adalah Luffy sendiri," mata Robin fokus ke arah Luffy yang masih bermain dan tertawa sendiri.
"Maksudnya karena Luffy memakan buah iblis itu maka dia otomatis menjadi senjata itu sendiri?"
Ucapan nami diangguki kepala desa. "Karena dia bisa merubah sesuatu yang dia sentuh, atau membayangkan sesuatu terjadi ketika dia menyentuh suatu benda baik benda hidup atau benda mati."
"Jadi, nama asli buah iblisnya adalah Hito Hiti No Mi?" tanya Shiryu dan diiyakan oleh kepala desa.
Tbc
Asli gak jelas. Karena otak kecilku gak punya ide apapun.