Bab 11

3.2K 81 0
                                    

"Hiks, Hiks." Suara Isak tangis itu berasal dari gadis yang sedang duduk di ranjang.

Keadaanya saat ini sangat memprihatinkan, rambut yang Acak-acakan, dan mata yang sembab, akibat terus-menerus menangis sedari tadi.

Cklek

Pintu terbuka, Hingga masuklah seorang laki-laki berperawakan tinggi, dan juga mempunyai sorot mata yang tajam. Kemudian laki-laki itu mendekat ke arah gadis yang memprihatinkan tadi.

"LEPASIN GUE BAJINGAN!" Teriak gadis itu kepada laki-laki tersebut.

Laki-laki itu pun tertawa keras, yang membuat gadis itu seketika ketakutan.

"Stt, Jangan berteriak sayang! Nanti tenggorokan mu akan sakit. Sekarang makan malam dulu" Ujar laki-laki tersebut seraya menaruh nampan yang berisikan nasi goreng dan segelas air putih.

"GUE GAK PEDULI! LEPASIN GUE SEKARANG!" teriaknya lagi dengan melempar nampan tersebut.

"KU BILANG JANGAN TERIAK, SIALAN!!" bentak laki-laki tersebut, yang langsung membuat sang gadis terdiam menunduk dengan Isak tangisnya.

"Nah, begitu lebih baik. Lihat itu, sekarang makanan nya sudah hancur, kamu mau makan yang di lantai atau aku minta bibi masakin kembali, Hm?" Katanya dengan mengelus pipi gadis di depannya seraya tersenyum manis. Terlihat sekali sorot matanya terpancar bahagia, karena gadisnya itu menurut padanya.

Gadis itu mendongakkan wajahnya ke atas, untuk melihat wajah laki-laki yang sedang tersenyum manis di depannya. "Kenapa Lo ngelakuin ini, Riko?" Tanya Xania kepada Riko, dengan tatapan sendu.

Ia sekarang sudah tidak segan lagi untuk memanggil Riko dengan nama tanpa embel-embel 'Pak', bahkan ia menggunakan bahasa "lu-gue".

Mendengar pertanyaan itu, lantas Riko pun menyeringai. "karena aku mencintaimu." Jawabnya santai.

"Ini bukan cinta, tapi ini obsesi! Ini gak benar." Ucap gadis itu seraya tersenyum kecut.

"Aku sudah katakan, kalau saja kau tidak terus-menerus menolakku, aku tidak akan seperti ini." Ucap Riko kepada Xania, lalu ia pun meninggal Xania kembali untuk meminta bibi memaksakan makanan untuk gadis itu. Tidak lupa Riko kembali mengunci kamar Xania.

Tidak berselang lama Riko pun kembali dengan membawa nampan berisi makanan yang baru dibuat oleh bibi atau pembantu di mansion itu.

"Sekarang makan, aku tidak mau melihat makanan ini sampai terbuang atau aku akan menyuruh mu makan yang ada di lantai."ucap Riko sembari menaruh nampan tersebut kepangkuan Xania.

"Bi, tolong bersihkan lantai itu."ucap Riko kepada Bi Narsih.

"Xania kenalin ini Bi Narsih yang biasa bekerja di mansion ku, ia akan pulang jam delapan malam dan akan kembali bekerja pukul sepuluh siang. Jika membutuhkan sesuatu tinggal suruh dia." Ujar Riko kepada Xania, namun di hiraukan oleh gadis itu.

"Perkenalkan nama saya Narsih, bisa Non panggil Bi Narsih." Ucap Bi Narsih kepada Xania, dan hanya di balas anggukan kepala.

Tanpa bicara lagi Bi Narsih langsung membersihkan pecahan dan kotoran nasi yang tadi di lempar Xania.

"Sudah Tuan, saya izin pamit" ucap Bi Narsih kepada Riko.

"Hm" balas Riko dengan datar.

"Sudah" ucap Xania sambil memberi nampan yang sudah hampir setengah habis.

"Habiskan Xania, kamu belum makan dari Pagi." Ujar Riko sembari menyuapkan sesendok makan malam yang belum habis.

"Gue sudah kenyang, tolong jangan paksakan" ucap nya sembari menarik selimutnya untuk kembali tertidur.

Ia muak lihat wajah mantan atasannya itu, mengingat itu ia jadi teringat untuk bertanya pekerjaan nya.

"Gue harus kerja, dan Dinda pasti mencari keberadaan gue. Tolong bebaskan gue" lirih Xania. Ia kembali menangis mengingat sang sahabat mungkin saja sedang khawatir mencari dirinya.

"Soal pekerjaan, kamu sudah aku pecat, dan sahabat mu itu sudah aku hubungi bahwa kamu menyerahkan surat pengunduran diri karena kamu akan kembali ke rumah mu di Surabaya. Jadi dia tidak akan mencari mu lagi" ucap Riko dengan santai, ia tidak tau bahwa keputusan nya sangat membuat Xania tidak terima.

"Benar-benar Pria brengsek, segitu matang nya lo membuat rencana penculikan ini,Riko." Ujar Xania sinis. Ia tidak habis pikir bahwa ada orang selicik Pria itu.

"Istirahatlah aku yakin kau sangat kelelahan, good night sayang." Ucap Riko dengan senyuman tipis di bibir nya.

Cup

"Aku di kamar sebelah ya, jika butuh sesuatu kau bisa memanggilku" ucap nya sebelum meninggalkan kamar Xania. Tidak lupa mengecup kening Xania dan mengunci kamarnya kembali.

"Najis, sangat menjijikkan" Xania berlari ke dalam kamar mandi lalu membasuh wajahnya yang ada bekas ciuman Riko.

Dirasa sudah cukup Xania kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

"Tuhan, tolong aku"


Tbc

Crazy ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang