Kembali ke Singapura
Seperti biasa jika sudah jam istirahat semua karyawan berbondong-bondong menuju kantin, tidak terkecuali Xania dan Evan.
Kali ini mereka berdua beriringan menuju stand makanan khas Indonesia yang berada di pojok ruangan, kantin terlihat sangat ramai karena itu Xania mengajak Evan untuk duduk paling ujung.
"Kamu mau makan apa, Xania?"
"Hm, kayanya ayam bakar enak" ucap Xania sembari menelisik menu yang sedang ia pegang.
"Oke, Bu ayam bakar satu, ayam goreng nya satu minum nya es jeruk dua ya. Duduk di pojok sana" ucap Evan sembari mengulurkan tangannya yang menggenggam uang.
"Baik, semuanya jadi enam puluh lima ribu mas" ucap mbak penjual tersebut, kemudian mengambil uang yang diberikan Evan.
Sedangkan Xania meninggalkan Evan yang sedang membayar makanan, ia duduki meja yang dipilihnya lalu mengeluarkan hp dari saku.
Gadis itu membuka aplikasi room chat untuk melihat siapa yang menghubungi nya karena sejak pagi ia belum membuka hp milik nya.
"Hai, Xania. Aku Alvaro nanti istirahat kita makan siang bersama bisa gak?"
Xania menatap room chat itu, terlihat tidak ada namanya di nomor tersebut, tetapi si pemilik chat sudah memberitahu siapa dirinya.
Xania ingat pria itu, tetapi ia tidak bisa makan siang bersama. Chat itu juga sudah lama dikirimkan, sekitar jam sepuluh dan Xania tidak menyadari bahwa ada pesan masuk.
Gadis itu mengabaikan pesan dari Alvaro lalu mengecek grup chat kantor, mereka membicarakan pekerjaan masing-masing.
Kemudian Xania menatap dalam diam nomer Dinda, apakah sudah waktunya untuk memberikan kabar kepada sahabat nya itu.
Xania merasakan bahwa hati nya masih belum siap, tetapi ia tau bahwa Dinda menunggu kabar dari nya.
"Baiklah, nanti saja sepulang kerja aku hubungi" gumam Xania.
Xania meletakkan hp milik nya di meja dan melihat sang abang sedang berjalan menuju meja mereka.
"Kenapa dek? mukanya kusut gitu" ucap Evan sembari menarik kursi kemudian ia duduki.
"Gak apa apa bang, cuma kepikiran sama Dinda. Apa sudah waktunya aku kasih kabar ke dia ya?" Dengan suara yang lirih Xania menatap wajah Evan.
"Hubungi saja, sudah setahun lebih kamu tidak memberi kabar ke Dinda. Apakah waktu selama itu masih belum cukup untuk menenangkan hati dan pikiran kamu dek?"
"Gak tau bang, aku merasa bimbang melakukan itu. Takutnya Pria gila itu kembali menemukan keberadaan aku"
"Tidak akan, jika hal tersebut terjadi Abang akan selalu menjaga kamu dek. Hubungin Dinda dek, siapa tau dia sedang cemas memikirkan kamu."
"Baiklah, aku akan menghubungi Dinda nanti"
****
Sedangkan di Jakarta Riko sedang kelimpungan atas terjadinya penggelapan dana di perusahaan miliknya yang berada di Amerika, setelah kepergian Xania selama setahun Riko tidak pernah mau menangani masalah yang mengharuskan dirinya pergi dari Jakarta. Karena Riko memilih untuk merenungkan atas kepergian sang gadis.
Tapi untuk kali ini ia harus turun tangan, kondisi cabang perusahaan nya sedang kacau sekali dan Riko juga tidak akan diam saja kepada seseorang sudah berani melakukan penggelapan di perusahan miliknya.
"Permisi Tuan, apakah sudah siap? Jet pribadi sudah menunggu"
"Apakah semua sudah sesuai yang aku perintahkan? Barang yang aku minta sudah ada di dalam pesawat?" Tanya Riko dengan dingin.
"Sudah siap semua Tuan"
"Bagus, berangkat sekarang!" Ucap Riko datar.
Dengan langkah pasti Riko menarik koper miliknya menuju Garbarata, sesampainya di Bisnis Class Riko pun mencari tempat duduk yang ia pesan.
Selama 18 jam kedepan Riko akan berada di pesawat, untung saja ia membawa ipad untuk menemani nya.
Pria itu membuka ipad miliknya dan membuka email, sudah pasti ia akan melanjutkan pekerjaan yang belum selesai sekaligus melihat perkembangan pencarian Xania.
"Baby, kamu benar-benar menguji kesabaran ku ya. Kali ini aku akan bangkit seperti Riko yang dulu, Riko yang belum kamu kenal sepenuhnya. Sorry honey jika nanti aku kembali menjadi lebih gila, karna aku memang sudah gila semenjak kepergian mu" gumam Riko, terlihat smirk di bibir tipis milik pria itu.
Sepertinya Riko melupakan penyesalan yang sempat terucap dari bibir sexy itu, karena sudah terlalu frustasi ia sampai kembali menjadi gila. Bahkan ia berencana menunjukan sisi gelap nya kepada Xania, agar gadis itu tahu bahwa pilihan terbaik yang ia punya hanya dengan menjadi milik seorang Riko Charles.
Riko menaruh ipad nya lalu berjalan menuju seat bangku paling belakang, ia akan menyuruh Pria yang ikut bersama nya untuk mencari Xania dengan jangkauan seluruh dunia. Bagaimanapun caranya Xania harus kembali ke pelukan nya.
"Cari gadisku di seluruh negara ini, aku kasih waktu 1 minggu harus ketemu!" Dengan tegas Riko mengatakan nya.
"Baik tuan, saya akan menyebar seluruh anggota mafia kita untuk mencari Nona Xania" ucap Pria tersebut sambil membungkuk hormat.
"Bagus, saya tidak mau mendengar informasi apapun selain membawanya ke hadapan saya" Setelah mengatakan nya Riko melangkah kembali ke tempat semula.
•••••••
Readers maaf ya aku baru up lagi, sekarang aku sibuk kerja, jadi gak sempat buat mampir sini🥺🥺🙏🏻
Makasih ya, yang masih setia menunggu cerita aku, maaf sekali lagi jika cerita ku belum sebagus author lain nya...
Komen yang banyak readers👇
Jangan lupa bantu vote & follow juga share ke teman-teman kalian, bantu ramaikan cerita ini biar author semangat update nya💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Obsession
Romance"Mau, lari kemana lagi? Sudah ku bilang kau tidak akan pernah bisa lepas dari jangkauan ku sayang" senyum licik terlihat jelas di wajah yg tampan itu. "Kau, bisa gak Menjauhlah dari ku!" Gadis tersebut bergegas melarilan diri,ke sebuah tempat gang...