Bab 31

337 21 9
                                    

Pagi di Singapura selalu menghadirkan pesona yang tak tertandingi. Saat sinar matahari perlahan menyinari gedung-gedung pencakar langit, suasana kota mulai hidup. Suara deru kendaraan, desiran angin, dan langkah kaki orang-orang yang terburu-buru menciptakan simfoni pagi yang khas. Xania berdiri di balkon apartemennya, menghirup udara segar yang baru saja berbaur dengan aroma kopi dari kafe di bawah.

Dia menatap panorama yang terhampar di depan matanya. Marina Bay Sands yang megah tampak seperti mahakarya arsitektur, bersinar dalam cahaya pagi. Di kejauhan, jembatan Helix melengkung anggun, menghubungkan dua sisi kota yang sibuk. Xania tersenyum kecil, merasakan semangat yang menggelora di dalam dirinya. Pagi ini, ia harus siap menghadapi rutinitas di kantor, tapi semangatnya tak kunjung pudar.

Dengan cepat, Xania bersiap-siap. Dia mengenakan gaun kerja berwarna navy yang sederhana namun elegan, mencocokkan sepatu hak tinggi yang membuatnya tampak percaya diri. Di cermin, dia melirik rambutnya yang tergerai, lalu mengikatnya dalam sanggul rapi. Selesai, dia melangkah keluar, menutup pintu apartemen dengan pelan.

Xania berfikir sejenak, apakah ia harus menggunakan Taksi atau MRT. Namun sepertinya ia akan mencoba menggunakan MRT karena memang tidak pernah semenjak tinggal di Singapura.

Saat berjalan menuju stasiun MRT, Xania terpesona oleh kebisingan kota. Pedagang kaki lima menjajakan sarapan dengan suara menggoda, aroma nasi lemak dan roti prata menyeruak, menggoda perutnya. Dia menghentikan langkah sejenak, membeli secangkir kopi untuk menyemangati harinya. Saat kereta tiba, dia melangkah masuk, berbaur dengan kerumunan yang sibuk.

Setibanya di kantornya, suasana semakin ramai. Rekan-rekannya sudah berkumpul, tertawa dan berbagi cerita sambil menunggu jam kerja dimulai. Xania menyapa beberapa orang dengan hangat, merasakan keakraban yang selalu ada di tempat kerjanya.

Alvaro yang duduk di meja nya, fokus pada spreadsheet yang memenuhi layarnya. Namun, pikirannya terus melayang pada Xania. Meskipun mereka hanya bertemu beberapa kali, tetapi daya tarik wanita itu terus saja mengganggu Alvaro. Dia tahu mungkin perasaan nya ini terlalu cepat dan Xania juga belum merasakan hal yang sama, tapi tekadnya untuk mendekati Xania semakin kuat.

Pagi itu, saat Alvaro melihat Xania memasuki kantor dan menyapa beberapa orang di devisinya menarik perhatian Alvaro, hatinya bergetar. Dengan cepat, dia bangkit dan menghampiri Xania.

"Selamat pagi, Xania!" sapanya dengan semangat, berusaha menunjukkan kehangatan tanpa terkesan berlebihan.

Xania terkejut, namun balas menyapa dengan senyuman tipis. "Selamat pagi, Alvaro."

Alvaro terpana oleh senyuman manis itu, tetapi ia berusaha mengendalikan dirinya dan senyumnya pun tak kunjung pudar. Alvaro bertanya tentang rencana akhir pekan, berusaha membangun percakapan lebih lanjut. Namun, Xania hanya menjawab singkat, tampak lebih tertarik pada layar ponselnya. Meski demikian, Alvaro tidak menyerah.

"Xania, akhir pekan kamu sibuk gak?" Tanya Alvaro.

"Hm, sepertinya iya. Ada apa memang nya?" Xania menyimpan kembali ponselnya lalu menatap Alvaro dengan datar.

"Oh sibuk ya? Aku mau ajak jalan jalan aja sih, tapi kalau kamu sibuk, next time aja" dengan senyum terpaksa Alvaro, dari tatapan matanya terlihat kecewa dengan jawaban Xania. Namun, apa boleh buat.

"I'm sorry Al, next time deh kalo gitu" ucap Xania seadanya.

Xania jelas tau ada kekecewaan dimata Alvaro, tapi untuk saat ini Xania tidak mau mendekatkan diri dengan kaum adam. Ya, masih ada trauma yang mendalam di diri Xania. Walaupun ia yakin Alvaro tidak seperti Riko tapi tetap saja ia belum siap memulai hubungan baru, tapi tidak tau nanti jika ia merasakan kenyamanan dengan pria lain atau mungkin Alvaro bisa menyembuhkan traumanya.

"it's okay, kalau nanti kita makan siang bareng mau gak? Mau lah ya, aku traktir deh!" Ujar Alvaro.

"Boleh, nanti langsung ketemu di kantin aja ya. Sudah siang aku mau ke ruangan dulu, sampai ketemu di kantin Al!" setelah berpamitan Xania melangkahkan kakinya menuju ruangan nya, ia akan kembali bekerja dengan mood yang bagus pagi ini.

••••••

Terima kasih kepada reader setia Crazy Obsession, yang masih setia menunggu kelanjutan cerita ini.

👇🏻SPAM KOMEN👇🏻

Jangan lupa bantu vote & follow juga share ke teman-teman kalian, bantu ramaikan cerita ini biar author semangat update nya🫶🏻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Crazy ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang