Bab 29

834 31 4
                                    

Malam hari nya di sebuah kamar, gadis berusia 23 tahun, sedang memainkan ponsel dengan perasaan gelisah. Sudah setengah jam ia membolak balikan ponselnya karena bimbang akan perasaan nya sendiri.

"Haruskah aku menghubungi Dinda?" Ucap gadis itu kepada diri nya sendiri.

Dengan ragu gadis itu mengetik nama Dinda dan menekan tombol telpon, beberapa saat ponsel itu hanya bergetar tanda orang di sebrang sana belum mengangkat telpon nya.

"Halo?" Sahut Dinda di seberang sana.

"Halo Din, ini aku Xania" lirih Xania sesaat ia mendengar suara Dinda ada kesedihan yang terpendam, ia sangat merindukan sahabatnya itu.

"Xania? Ya tuhan kamu kemana saja, aku benar benar khawatir sama kamu. Nomer kamu juga gak bisa dihubungi" ujar Dinda sembari mengubah panggilan menjadi video call.

"Maafkan aku Dinda, aku mengubah nomer ponsel ku. Aku juga memutuskan semua akses yang aku miliki Din, kamu tau kan alasannya" jawab Xania dengan suara yang begetar ingin menangis.

"Ya ampun Xania, kenapa kamu tidak bilang sama aku sih, kamu gak percaya sama aku?"

"Maafkan aku Dinda" Sesal Xania

"Iya aku maafkan, terus gimana sekarang kabar kamu?" Tanya Dinda.

"Aku baik-baik saja, bagaimana kabar kamu?" Sahut Xania.

"Aku juga baik, oh ya aku udah resign dari perusahaan pria brengsek itu. Aku gak sanggup di teror saat kamu kabur kedua kali nya, hampir 3 bulan aku kena teror pria itu." Dengan emosi menggebu Dinda bercerita kepada Xania.

"Maafkan aku Dinda, kamu jadi kena imbas masalah ku" lirih Xania menyesal sudah melibatkan sang sahabat.

"Tidak, ini bukan salah kamu. Memang pria gila itu aja yang brengsek. Aku tetap tutup mulut sekalipun dia menerorku, aku gak mau kamu sia-sia sudah pergi sejauh ini Xania"

"Makasih Din, kamu memang sahabat ku yang terbaik. Dan maaf sekali lagi karena sudah melibatkan mu" pecah sudah tangis Xania sedari tadi ia tahan, betapa baik nya Dinda melindungi semua informasi dirinya dari Riko.

"Maafkan aku Din" terus saja Xania meminta maaf, ia sangat bersalah dan menyesal sudah memutuskan hubungan dengan Dinda selama setahun ini dan ternyata sang sahabat mendapat teror dari pria itu.

"Sudah tidak usah seperti itu, aku kan sudah berjanji akan melindungi kamu. Lebih baik kamu tanyakan aku sekarang kerja dimana, memangnya kamu tidak ingin tahu?" Dengan jahil ia menggoda Xania agar tidak merasa bersalah terus menerus.

"Hehe mau si, memang nya dimana tempat kerja kamu sekarang? Lalu bagaimana part time kamu?" Balas Xania yang sudah lebih tenang.

"Aku kerja di Singapura juga woiii hahaha, aku sengaja loh cari kerja ke negara ini, supaya bisa ketemu kamu eh malah sama saja. Masalah part time aku udah lama gak lanjut, sekitar 2 bulan sesudah aku resign dari RC ENTERTAINMENT" jelas Dinda.

Dinda sangat bahagia akhirnya bisa membicarakan masalah ini kepada Xania, karena memang keinginan Dinda hanya selalu bersama Xania.

"Oh begitu, iya gimana mau ketemu. Aku selalu langsung pulang, itupun bersama bang Evan, aku juga membatasi pergerakan aku untuk tidak terlalu sering keluar rumah." dengan senyum manis Xania menjawab.

"Pantes saja gak pernah ketemu, ketemuan lah yuk aku kangen banget nih sama kamu" ucap Dinda dengan riang, Dinda sangat tidak sabar untuk bertemu Xania.

"Boleh, weekend aja deh ya libur kerja. Akhir-akhir ini aku lagi lumayan sibuk" ujar Xania.

"Okeh deh, aku juga libur kalau sabtu dan minggu. Kabarin aku ya, jangan sampai lupa loh kamu!" dengan tegas Dinda memperingati sang sahabat.

"Iyah cantik, janji deh" Xania tersenyum melihat tingkah kekanakan Dinda, memang tidak pernah berubah.

Percakapan merekapun berlangsung selama satu jam lamanya, berbagai topik mereka bicarakan untuk melepas kerinduan yang mendalam. Sampai akhirnya Xania memutuskan sambungan video call nya karena sudah mulai mengantuk dan keesokan hari Xania harus kembali bekerja.

********

Beberapa hari kemudian

Disebuah cafe telihat seorang gadis cantik mengenakan atasan crop top dipadukan dengan rok jeans sebatas dengkul sedang memesan Iced Matcha Latte di kasir, tidak berselang lama pesanan pun jadi lalu gadis tersebut membawa minuman nya kembali menuju tempat duduk yang sudah gadis itu pilih.

Sepuluh menit kemudian datang seorang gadis berambut pendek berwarna ash brown mengenakan dress mini casual, terlihat sangat pas di tubuh gadis tersebut, dengan langkah pasti gadis itu menghampiri gadis berpakaian crop top.

"Hai Xania, udah lama kah nunggu aku?" Sapa Dinda, si gadis yang memakai dress.

Ya gadis itu adalah Xania dan Dinda yang baru saja datang.

"Hai Din, gak kok. Ini aku juga baru ambil pesanan aku, pesan gih biar enak ngobrol nya. Mau apa, biar aku belikan aja ya?" Ujar Xania sembari melangkah pasti menuju kasir.

"Aku Mochaccino Latte saja, duh jadi kamu yang bayar kan aku yang ajak ketemu padahal" ucap Dinda merasa tidak enak.

"Yaelah Din kayak sama siapa aja, gak usah canggung, dulu juga kamu cuek aja tuh minta traktir aku" Xania terkekeh mendengar ucapan Dinda yang menurutnya bukan seperti Dinda yang ia kenal.

"Beda yah, itu setahun sebelum kejadian ini semua" jawab Dinda kesal.

"Iya deh, udah lah minum tuh pesanan kamu" ucap Xania sembari meletakan minuman yang Dinda pesan.

"Oke makasih, kamu kesini sama siapa Xan?" Tanya Dinda.

"Tadi bang Evan anter aku, cuma dia ada janji jadi langsung pergi" jelas Xania.

"Ohh kirain kamu sendiri, nanti pulang aku antar aja ya biar aman dan aku juga ingin tau rumah kamu, boleh?" ajak Dinda.

"Boleh, kamu naik apa kesini tadi?" Tanya Xania.

"Aku bawa mobil, aku dapet fasilitas dari kantor Xan. Lumayan lah sekarang jabatan aku udah jadi personal assistant" jelas Dinda.

Akhirnya Dinda bercerita mengenai pekerjaan barunya begitu juga dengan Xania, mereka menghabiskan waktu sebaik mungkin untuk melepas kerinduan. Sampai tidak terasa hari sudah mulai gelap dan menunjukan pukul sembilan malam, akhirnya dengan niat awal Dinda mengantarkan Xania sampai depan apartemen.

"Kapan-kapan main yah Din ke apartement aku, kita nginep dan ngobrol banyak hal lagi" ucap Xania setelah turun dari mobil Dinda.

"Tentu saja, dadah Xania aku pulang ya!" Teriak Dinda saat mobil mulai melaju.


•••••••

Makasih semuanya, yang masih setia menunggu kelanjutan cerita Crazy Obsession, maaf jika novel ini belum sebagus author lain nya...

👇🏻SPAM KOMEN👇🏻

Jangan lupa bantu vote & follow juga share ke teman-teman kalian, bantu ramaikan cerita ini biar author semangat update nya💜

Crazy ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang