Bab 27

838 34 0
                                    

Pov Riko

Riko duduk di ruang kerjanya yang suram, dikelilingi oleh tumpukan dokumen dan layar komputer yang terus menyala. Tubuhnya yang kurus dan wajahnya yang pucat mencerminkan kondisi fisik dan mentalnya yang semakin memburuk.

Sudah setahun lebih ia hidup dalam kekacauan, tanpa tidur yang teratur, tanpa ketenangan, semua karena satu alasan yaitu Xania menghilang ditelan bumi.

Riko menggenggam erat foto Xania yang ada di mejanya. Gadis itu terlihat begitu cantik dengan senyumnya yang menawan, namun kini, senyum itu hanya menjadi bayangan yang terus menghantuinya.

Setiap malam, ia menghabiskan waktunya mencari informasi tentang keberadaan Xania. Aksesnya yang luas ke berbagai sumber informasi seharusnya memudahkan pencariannya, namun tak satu pun petunjuk yang berhasil ditemukan. Bahkan orang-orang suruhannya pun tidak ada yang berhasil.

Pikiran Riko kembali ke masa lalu, ke saat-saat ia bersikap kasar dan posesif terhadap Xania. Ia menyesal telah memperlakukan gadis itu dengan cara yang membuatnya merasa terpenjara. Namun, saat itu, Riko hanya ingin memastikan Xania tetap di sisinya. Ia tidak ingin kehilangan Xania, tidak peduli betapa posesifnya ia terlihat.

"Kenapa aku begitu bodoh?" gumam Riko, menatap foto Xania dengan mata yang berkaca-kaca. "Kenapa aku harus bersikap seperti itu padamu?"

Riko teringat momen-momen di mana ia mengunci Xania di rumah, melarangnya bertemu teman-temannya, dan selalu mengawasi setiap gerak-geriknya.

Semua itu ia lakukan karena rasa takut yang mendalam akan kehilangan Xania. Namun, akhirnya, sikapnya justru membuat Xania pergi, meninggalkannya dalam keadaan penuh kebencian.

Malam semakin larut, dan Riko merasakan kelelahan yang mendera tubuhnya. Namun, ia tidak bisa berhenti mencari. Ia membuka kembali layar komputernya, memeriksa laporan-laporan terbaru dari orang-orang yang ia suruh untuk mencari Xania. Namun, seperti biasa, tidak ada informasi yang berarti.

Riko mengusap wajahnya yang kusut, merasakan kulitnya yang kering dan kasar. Ia tahu bahwa Xania membencinya saat pergi, dan itu membuat hatinya semakin hancur. Namun, di balik semua itu, ia hanya ingin Xania berada di sisinya, bahkan jika gadis itu tidak mencintainya.

Ponsel Riko berbunyi, tanda pesan masuk. Ia membuka pesan itu dengan harapan besar, namun segera kecewa saat melihat isinya. Pesan itu hanya dari salah satu orang suruhannya yang melaporkan kegagalan lagi. Riko menghela napas panjang, merasa frustrasi dan putus asa.

"Xania, di mana kamu?" bisiknya pelan, seolah berharap gadis itu bisa mendengarnya di mana pun ia berada.

Riko bangkit dari kursinya, berjalan menuju jendela ruang kerjanya. Ia menatap ke luar, melihat kota yang masih sibuk meskipun malam telah larut. Di kejauhan, lampu-lampu kota berkelip seperti bintang-bintang yang tak terjangkau. Riko merasa begitu kecil dan tak berdaya di tengah hiruk-pikuk dunia yang terus berjalan tanpa henti.

Ia kembali duduk di depan komputernya, membuka kembali halaman demi halaman yang berisi informasi tentang Xania. Setiap petunjuk kecil, setiap detail yang mungkin mengarah pada keberadaan Xania, ia telusuri dengan teliti. Namun, semuanya berujung pada jalan buntu.

Riko teringat saat-saat indah yang mereka lewati bersama. Jalan-jalan dan makan malam romantis. Semua kenangan itu terasa begitu dekat namun sekaligus begitu jauh, seolah hanya tinggal bayangan yang sulit dijangkau. Walaupun waktu kebersamaan mereka selalu di isi dengan pertengkaran.

"Kenapa kamu harus pergi?" bisik Riko, air mata mengalir di pipinya. "Kenapa kamu meninggalkan aku, Xania?"

Di tengah malam yang sunyi, di dalam ruang kerja yang hanya diterangi cahaya lampu meja, Riko berjanji pada dirinya sendiri. Ia akan menemukan Xania, tidak peduli berapa lama atau seberapa sulit perjalanan itu. Cintanya pada Xania adalah kekuatan yang tak terbatas, dan dengan cinta itu, ia akan terus mencari gadis yang hilang dari hidupnya.

Riko tahu, di suatu tempat di luar sana, Xania masih ada. Ia harus percaya, dan dengan keyakinan itu, ia melanjutkan pencariannya, berharap suatu hari nanti ia akan menemukan kembali senyum yang hilang itu. Dan mungkin, hanya mungkin, ia bisa memperbaiki semua kesalahan yang telah ia buat.

*******

Halo readers, aku update lagi niii...

Sekarang segitu dulu ya nanti aku update lagi, ingetin ya guys suka lupa soalnya 🙏

Aku sebenarnya udah nyiapin beberapa bab untuk aku update setiap hari, tapi aku masih ragu buat up. Nanti takut gak nyambung sama bab sebelumnya...

Coba kasih aku sedikit pendapat kalian gimana tentang cerita aku sejauh ini kalian baca, apa ada yang kurang atau mungkin cerita ini membosankan..aku pengen tau banget gimana pendapat kalian guys.

Komen yang banyak readers👇

Jangan lupa bantu vote & follow juga share ke teman-teman kalian, bantu ramaikan cerita ini biar author semangat update nya💜

Crazy ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang