Author's POV ...
Seperti biasa disebuah tempat yang kaya akan suplay, Minho berjalan memasuki bangunan yang megah. Pria itu bertemu dua wanita yang saling bercanda saat menaiki lift.
"Ah, Minho. Mereka menunggumu diatas. Kau akan segera mendapat kabar yang baik." Ucap wanita berkulit cokelat.
"Yeah. Kau akan menyelamatkan semuanya." Sambung wanita berambut pirang panjang. Minho menatap mereka dengan bingung.
"Apa yang kalian bicarakan?" Tanya Minho. Dia baru saja tiba dan mereka mengatakan bahwa dia akan menyelamatkan mereka semua.
"Aku dan Harriet baru saja menemukan berita yang sangat bagus. Tapi tak yakin kau akan menyukainya. Pergilah, mereka sudah menunggumu." Ucap wanita itu.
Pintu lift terbuka, Minho tak sempat menanyakan secara detail namun dia tetap berterima kasih pada dua wanita yang dia temui di scorch.
"Thanks Sonya." Ucap Minho kemudian berjalan menuju ke ruangan yang biasa dia dan teman-temannya grup A nya berkumpul.
Saat masuk, Minho mendapati Carol, Vince dan Jorge berbincang sambil tersenyum. Minho yakin mereka sangat akrab karena usia mereka yang sama. Di sisi lain teman-temannya terlihat berkumpul sambil tertawa.
"Minho akan menyukainya." Ucap Carol pada Jorge dan Vince yang masih bisa didengar oleh Minho.
Menyadari kedatangan Minho, mereka langsung memfokuskan pandangan kearah pria itu.
"Minho, akhirnya kau datang." Ucap Jorge membuka lebar kedua tangannya.
Thomas, frypan, Gally, Brenda dan Luna berjalan kearah Minho.
"Apa yang terjadi?" Tanya Minho. Menatap Carol yang memegang tangan Luna membuat pikirannya kacau. Dia mungkin bisa menebak apa yang terjadi, tapi dia tak yakin dengan asumsinya.
"Congrats mate." ucap Thomas. Tak ada ekspresi bahagia yang Thomas berikan. Dia hanya memeluk Minho lalu tersenyum tipis dengan sorot mata yang suram.
"Apa yang terjadi?" Tanya Minho masih dengan kalimat yang sama.
"Aku bangga padamu." Ucap wanita itu mencium pipi Minho. Minho tak bisa bereaksi. Baru kali ini wanita yang dipanggil Carroll mencium pipinya dengan bangga. Luna tampak tersenyum melihat Minho. Minho hanya menaikan alisnya dengan bingung.
"Aku hamil." Ucap Luna tepat dihadapan Minho.
Seketika wajah pria itu berubah drastis. Dia tak menunjukan ekspresi apapun saat mendengar ucapan dari Luna. Mereka memeluk Minho menyalaminya lalu, mengadakan sedikit pesta di lantai bawah bersama grup B.
Sialnya, Minho tak tau harus berekspresi apapun. Carol memang mengidamkan keturunan dari pria itu. Mengidamkan organisasi yang diakui oleh seluruh dunia, organisasi yang terkenal tapi semua itu tak bisa mengukir kebahagiaan dari seorang Minho.
Dia menatap Luna bersama semua ilmuwan yang memberinya selamat, Carol bahkan telah menyediakan pesta yang luar biasa untuk merayakan kehamilan dari wanita itu.
Apa yang harus kulakukan? Pikir pria itu. Dia tak tau harus mengatakan apa pada Cessie.
Setelah sekian lama menunda, apa yang dia takutkan untuk terjadi, terjadi dihadapannya saat ini.
Tanpa sadar, Thomas yang memperhatikannya dari jauh berjalan kearah Minho yang terduduk di sudut ruangan yang megah.
"Hey, Minho. Boleh duduk disampingmu?" Tanya Thomas tak ingin mengganggunya. Minho mengangguk.
Pria itu meneguk segelas alkohol yang dia tumpah dari botol minuman.
"Buruk. Kabar yang sangat buruk." Ucap Minho. Wajahnya memerah, tatapannya kosong seakan terjatuh kedalam alam bawah sadarnya.
Thomas tau apa yang menjadi penghalang untuk Minho. Sebagai seorang kakak dari adiknya, Thomas mengapresiasi rasa cinta Minho pada Cessie. Thomas menyaksikan semua yang pria itu lakukan untuk menemukan Cessie.
"Aku tau. Tapi kau harus tetap melanjutkan hidupmu, Minho. Cobalah untuk menerima bahwa Cessie telah tiada." Ucap Thomas.
Kalimat itu menusuk didalam hati Minho. Sejak kapan Cessie tiada? Bahkan setelah mereka memastikan Cessie tiada, Minho tak sedikitpun mengurangi rasa cintanya.
Minho tertawa mendengar ucapan dari Thomas. Cessie telah tiada, membuat Minho ingin meneriaki Thomas.
"Tiada? Dia bahkan bercinta denganku beberapa saat yang lalu." Ucap Minho dengan kilas dari kejadian pertama selama lima tahun. Dia meneguk minuman ditangannya lagi.
Thomas mengernyit mendengar ucapan temannya itu.
"Siapa? Kau dan Luna? Kupikir kalian memang diwajibkan." Ucap Thomas berasumsi.
"Luna payah. Dia tak sehandal adikmu." Ucap Minho mulai ngaur. Thomas memakluminya.
"Kau mabuk, Minho. Istirahatlah dulu. Aku akan memberitahu Carol jika kau sedang butuh istirahat." Ucap Thomas.
Minho yang sedari tadi tak menatap Thomas, akhirnya menatap pria itu dengan tatapan yang tajam. Thomas selalu ingin menghilang dari tempatnya ketika bertemu dengan Minho yang dulu.
"Kau tuli? Adikmu. Dia masih hidup, bodoh. Aku mendengarnya mendesah ditelingaku" Ucap Minho frustasi dengan suara yang parau. Thomas tak mengambil pusing, dia yakin Minho sudah mabuk dan berhalusinasi.
"Sepertinya kau butuh Luna sebentar." Ucap Thomas bergurau. Minho meludah ke lantai, seakan dia membenci gadis yang Thomas sebut.
"Okey, Minho. Sekarang aku percaya padamu. Tapi aku harus membawamu ke kamar, kau harus beristirahat." Ucap Thomas, menuntun Minho kekamarnya.
Thomas membaringkan Minho, seperti biasanya saat dia dan Jorge mengajak Minho untuk minum, pria itu akan duluan mabuk membuat Jorge dan Thomas harus menuntunnya kembali ke kamar. Minho selalu menyebut nama Cessie setiap kali pria itu mabuk. Kali ini Minho mabuk berat membuat Thomas harus benar-benar menuntunnya sendirian.
"Dia tidak hamil kan Thomas? Tolong tanyakan carol. Aku yakin itu bukan anakku." Ucap Minho memegang tangan Thomas sambil menutup matanya.
Kapan terakhir kali Thomas melihat Minho bahagia? Thomas merasa kasihan pada Minho. Pria itu harus melawan semua keinginan yang berbalik dengan keharusannya.
"Aku akan menanyakan itu pada Carol. Hey Minho, tenanglah." Ucap Thomas.
Minho melepas tangan Thomas, meringkuk ditempatnya tidur sambil mengigau.
"Aku... Di kota itu... Aku dan Cessie bersama anakku... Jangan ambil mereka..." Ucapnya sambil menutup mata.
Thomas yakin Minho sudah tak sadarkan diri. Dia meneguk empat botol minuman sendirian.
Thomas sangat menghawatirkan Minho sejak awal mereka tiba di safe Haven. Seakan Minho dianggapnya gila karena terus-terusan menganggap Cessie masih hidup.
"Kau sudah terlalu banyak berjuang Minho. Kau berhak mendapatkan kebahagiaan mu." Ucap Thomas meninggalkannya.
Berada diposisi seperti itu membuat Minho lemah. Dia kembali teringat ucapan Cessie. Dia sudah berjanji pada Cessie bahwa Luna tidak akan mengandung anaknya.
Dia baru mengatakan itu beberapa saat yang lalu, sekarang dia mendapat berita bahwa Luna hamil. Lebih parahnya lagi Luna mengandung anaknya, darah dagingnya, seorang anak yang mau tak mau harus berakhir ditangan Wicked. Siapa orang tua yang senang melihat anaknya sebagai korban?
"Maafkan aku, maafkan aku, Cessie. Aku mengecewakanmu." Isaknya dengan airmata yang mengalir membasahi bantal yang dia gunakan.
Terima kasih masih stay dicerita ini. Semoga kalian suka. Mohon maaf apabila ada kata tidak baku yang terselip dikalimat baku, ataupun sebaliknya. Jika berkenan, bantu correct typo ya.
Tell me anything about your feeling when you read this chapter.
Comment if you like it. (✿ ♡‿♡)
KAMU SEDANG MEMBACA
Surviving Shadows - Book 4 (Minho Fanfic - TMR)
FanfictionDi antara reruntuhan kota terakhir, seorang gadis menemukan dua jiwa yang terbaring tak berdaya, dengan sedikit detak nadi yang masih terasa. sebelum pasukan Wicked membersihkan kota dari para Cranks, gadis itu memutuskan membawa dua tubuh tak berda...