Cessie terbangun dengan perasaan yang campur aduk. Cahaya pagi yang redup memasuki ruangan tempat dia tidur sementara sisa-sisa mimpi dan kenangan semalam menghantuinya. Dia merenung sejenak, berusaha memahami semua yang telah terjadi dalam hidupnya dalam beberapa hari terakhir.
Nick masih tertidur dengan nyenyak di sampingnya. Wajah mungil anak itu mengingatkannya pada alasan-alasan mengapa dia harus bertahan. Dia memberikan senyuman lembut pada Nick, menciumnya, lalu berusaha bangkit perlahan tanpa membangunkannya. Dengan hati-hati, Cessie bergerak ke arah api unggun yang masih membara.
Brenda sudah terjaga, duduk di dekat api unggun dengan tatapan yang mendalam. Cessie duduk di sampingnya, dan kedua wanita itu saling memandang tanpa kata-kata. Mereka telah berbagi begitu banyak pengalaman yang penuh ketegangan dan bahaya bersama.
"Bagaimana perasaanmu hari ini, Cess?" tanya Brenda akhirnya.
Cessie menggelengkan kepala sejenak sebelum menjawab, "Aku masih bingung, Brenda. Semuanya begitu sulit. Tapi aku tahu aku harus menjaga Nick, dia adalah segalanya bagiku."
Brenda tersenyum lembut. "Kau adalah ibu yang hebat, Cessie. Aku yakin Nick sangat beruntung memiliki mu."
Saat itu, Minho datang mendekati mereka. Tatapannya tajam saat dia melihat Cessie.
"We need to talk." Ucapnya dengan suara yang bergetar.
Cessie merasa jantungnya berdebar lebih cepat saat dia mendengar suaranya. Dia mencoba menahan perasaannya yang campur aduk.
Cessie dan Brenda saling menatap seakan mereka sedang bertanya-tanya siapa yang dimaksud oleh pria dihadapan mereka.
"Who do you Mean?" Tanya Brenda. Minho tampak tak nyaman saat dirinya di tanya siapa yang dia maksud.
"Cessie." Ucap Minho. Cessie yang sedang mengunyah sesuatu, akhirnya dia berpura-pura kaget lalu menatap Brenda dan Minho kemudian bertanya.
"Aku?" Tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri. Brenda menggelengkan kepalanya menatap tingkah Cessie yang cukup menyebalkan.
"Yang benar saja, siapa lagi kalau bukan kau. Aku butuh waktu berdua denganmu. Ada yang ingin ku luruskan." Ucap Minho.
Cessie tertawa kemudian menutup mulutnya sendiri sembari menatap Nick yang mulai menggeliat di sana.
"Berdua? Denganmu? No. Tentu saja tidak. Aku tak ingin berdua denganmu." Ucap Cessie berdiri berniat menghampiri Nick.
Saat kakinya mulai melangkah, Minho menahan tangannya dengan erat, membuat Cessie menjerit kecil ketika tangan itu menggenggamnya.
"Argh.. sakit." Seperti biasanya, Minho cukup kesal dengan tingkah Cessie yang berusaha lari dari hadapannya. Wanita itu menatap Minho dengan tatapan yang tajam, sementara Minho tampak kesal dengan wajahnya yang memerah.
Dari arah Cessie berdiri, dia bisa melihat memar kecil di antara mata dan pipi Minho. Dia yakin, itu akibat ulahnya. Hal itu membuat Cessie tersenyum kecil.
"Kita perlu bicara." Ucapnya lurus. Cessie menaikan alisnya, menatap Minho dengan remeh.
"Kau pikir kau siapa? Kita sudah selesai Minho. Kau dan aku sudah berakhir. Aku sudah mengatakannya padamu kemarin, jangan bilang kau lupa." Ejek Cessie.
Kepala Minho mulai mendidih dengan emosi yang dia tahan sejak kemarin.
"Kenapa kau begitu keras kepala. Aku ingin berbicara denganmu sebentar saja." Ucap Minho dengan nada yang tinggi. Jorge dan Aris yang ada disudut mulai menatap Minho dan Cessie, sedangkan Gally dan Fry bersiap jika mereka berdua kembali berkelahi seperti tadi malam.
"Maka katakan saja sekarang, Aku tak punya waktu untuk berdua denganmu, mengingat kekasihmu yang baru sangat brutal. Aku takut dia akan menyiksaku untuk yang kedua kalinya lagi." Lagi-lagi Cessie berhasil menampar Minho dengan kata-kata itu.
Minho sangat benci jika Cessie mengatakan Luna sebagai kekasihnya yang baru.
Minho melepas tangan Cessie, memundurkan langkahnya lalu mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Cessie tertawa sinis lalu berjalan menghampiri Nick.
Gally menghampiri Minho, mencoba menenangkan temannya yang tampak kacau. Sungguh Minho tampak berbeda dengan Minho saat di maze. Dia cukup berani waktu di masa itu. Sekarang, dunia seperti menghantamnya dengan realita dan tanggung jawab yang tak ingin dia jalani.
Jorge menghampiri mereka masih melirik Cessie tanpa wanita itu ketahui.
"Tenangkan dirimu, nak. Mungkin ini bukanlah waktu yang tepat untukmu mengatakan segalanya pada Cessie." Ucap Jorge.
"Benar yang Jorge katakan. Sebagai seorang wanita, jika aku ada di posisinya, aku juga akan syok dan memilih untuk tidak menemuimu. Tenang saja, itu tidak akan lama kok." Jelas Brenda.
"Kunci dari segala hal yang kita alami adalah waktu, jadi menunggu lah untuk saat yang tepat tiba." Sambung Gally.
"Kita harus segera bersiap-siap untuk perjalanan ke markas Markus. Kita punya misi besar di depan mata, dan kita perlu mengambil Thomas kembali secepat mungkin sebelum hal buruk terjadi padanya."
Cessie yang mendengar dari jauh percakapan mereka mengangguk, mengalihkan perhatiannya dari Minho. Dia merasa bahwa perjalanan selanjutnya akan menjadi ujian yang lebih besar lagi baginya.
Sementara itu, Nick mulai terbangun dari tidurnya. Dia menggosok mata dan berdiri, memeluk ibunya. Cessie dengan cepat memeluknya dengan penuh kasih sayang.
"Selamat pagi, sayang," katanya dengan suara lembut.
Suaranya cessie ternyata menarik perhatian Minho, membuat pria itu memperhatikannya dari posisi dia berdiri.
Nick tersenyum cerah. "Pagi, Mommy. Apa yang akan kita lakukan hari ini?"
Cessie menatap mata anaknya dengan penuh kasih sayang. "Hari ini, kita akan mencari cara untuk membawa paman Thomas pulang, sayang. Kita akan melakukannya bersama-sama."
Nick mengangguk, dan Cessie merasa lega melihat semangat anaknya yang tak pernah pudar. Dalam momen-momen seperti ini, dia tahu bahwa Nick memanglah satu-satunya hal yang paling berharga yang mesti dia jaga.
Mereka semua mulai menyiapkan diri untuk menuju ke tempat Markus. Cessie akan membersihkan dirinya dan anaknya ketika dia tiba di tempat Markus, mengingat di sini tidak memiliki air sama sekali.
Mereka semua bersiap untuk perjalanan yang akan datang, dengan Jorge yang mengemudikan pesawat, Frypan yang menjadi co-pilotnya. Minho dan Gally tampak duduk di belakang cessie dan Brenda, sedangkan Aris, anak itu terlihat bermain dengan Nick. Di tengah kekacauan yang mengelilingi, mereka mencoba untuk menemukan sisi-sisi terbaik dalam diri mereka, mempersiapkan diri untuk semua yang akan mereka hadapi.
Cessie tahu bahwa di dalam dunia yang sudah gila ini, mereka semua harus bersatu dan berjuang bersama-sama untuk melawan semua rintangan yang ada. Dan meskipun perasaannya terhadap Minho sangat rumit, dia juga tahu bahwa dia tidak akan bisa melakukan ini tanpanya.
Minho merenungkan dirinya, mencoba membayangkan hal-hal yang baik. Mungkin jika mereka tidak dipisahkan, Cessie akan berada disisinya selamanya. Sayang Skali takdir selalu memisahkan mereka berdua, dan mempertemukan mereka di saat-saat yang tidak tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surviving Shadows - Book 4 (Minho Fanfic - TMR)
Fiksi PenggemarDi antara reruntuhan kota terakhir, seorang gadis menemukan dua jiwa yang terbaring tak berdaya, dengan sedikit detak nadi yang masih terasa. sebelum pasukan Wicked membersihkan kota dari para Cranks, gadis itu memutuskan membawa dua tubuh tak berda...