Cessie membuka matanya saat mendengar Carol menjerit. Minho menyeringai ngeri ketika dia melihat Cessie bangun.
"Did you just said 'fuck you' to me?"
Cessie menatap Minho tidak percaya pada apa yang baru saja terjadi. Dia shock, tubuhnya gemetar hebat. Dia pikir, dia akan mati di tangan Minho. But, wait. Apa dia baru saja mempermasalahkan perkataannya barusan?
"Kau baru saja menggores lenganku, bodoh!." Jeritnya di hadapan Minho.
"Kupikir kau akan membunuhku." Kata Cessie sambil menarik napasnya dan menghembuskannya dengan tenang.
"Kau pikir aku akan membiarkanmu mati begitu saja? Jika memang harus, tempat ini bukanlah tempat yang bisa mengasah hasratku untuk membunuhmu." Kata pria itu masih dengan gerakan memeriksa tubuh cessie bagian mana yang terluka.
"Kamarku akan cocok untuk menyiksamu." Sambungnya datar.
Cessie membulatkan matanya.
Bahkan saat seperti ini dia masih memikirkan hal itu.
Sialan!
"Kau baik-baik saja?" Tanya Minho menatap Cessie dengan tatapan yang khawatir.
"Kau menendang dan menamparku. Kau juga menggores pisau di lenganku dan menembak di samping telingaku. Apa aku terdengar baik-baik saja, Minho Park?"
Minho tertegun mendengar ocehan Cessie. Tapi sangat lucu mendengar Cessie menyebut nama lengkapnya. Wanita itu mulai berani dihadapannya. Minho tak suka, namun ada sisi dari dirinya yang menyukai tindakan Cessie. Wanita itu tak selemah apa yang dia bayangkan selama ini.
"Maafkan aku, kau bisa menagih hukuman untukku nanti. Tapi-" ucap Minho terputus.
Sebuah peluru menghantam lantai di samping kaki Minho. Itu Carl. Pria itu menembak ke arah mereka. Minho segera menarik Cessie berdiri dan keluar dari ruangan itu.
"Kita harus keluar. Mereka berhasil menemukan para gladers." Kata Minho disela-sela mereka berlari.
"Mereka siapa?"
"Gally dan yang lain."
Saat sedang berlari, hidung Cessie kembali berdarah. Minho berdesis melihat Cessie.
"Aku tak bisa berhenti. Kita harus tetap berlari." Kata Minho.
"Aku.. tak menyuruhmu.. untuk berhenti."
Mereka terus berlari menghindari pasukan lain yang berusaha memblok jalan mereka.
Cessie merasa denyut nadi dan napasnya semakin cepat seiring dengan berjalannya waktu. Darah dari luka di lengannya mengalir dengan deras, dan rasa sakit yang menusuk membuatnya semakin kesulitan untuk berlari. Namun, dia tidak punya pilihan selain terus bergerak, terus bersama Minho yang memimpin mereka melalui lorong-lorong gelap.
Saat mereka terus berlari melalui lorong gelap yang berliku-liku, Minho merasa khawatir terhadap Cessie semakin. Minho perlu memastikan bahwa cessie ini baik-baik saja. Dengan lembut, dia menarik tangan Cessie dan memperlambat langkah mereka sejenak saat para pasukan Wicked tertinggal jauh.
"Aku tak bisa membiarkanmu kesakitan." Kata Minho mengacak rambutnya sendiri dengan frustasi.
Cessie menghentikan langkahnya sejenak, napasnya tersengal-sengal. Dia merasakan tangan Minho yang lembut dan hangat memegang tangannya.
"Kau sangat.. rumit. Ku membuatku terluka dan berdarah, sekarang kau malah bilang tak bisa membiarkanku kesakitan." Jelas Cessie tersenyum sinis kearahnya.
Minho menatap Cessie dalam.
"I saved you." Kata Minho serius. Dia kembali menatap Cessie lalu mengulurkan tangannya dan melakukan gerakan lembut mengelap darah yang tertinggal di hidung dan mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surviving Shadows - Book 4 (Minho Fanfic - TMR)
FanfictionDi antara reruntuhan kota terakhir, seorang gadis menemukan dua jiwa yang terbaring tak berdaya, dengan sedikit detak nadi yang masih terasa. sebelum pasukan Wicked membersihkan kota dari para Cranks, gadis itu memutuskan membawa dua tubuh tak berda...