Trigger Warning: Cerita ini mengandung elemen kecemasan, kehilangan orang yang dicintai, perpisahan, dan konflik yang intens. Disarankan untuk berhati-hati jika Anda merasa terganggu oleh konten semacam ini.
Author's POV ...
Disisi lain, Minho telah menunggu teman-temannya yang tak kunjung datang. Dia bertanya-tanya dimana mereka pergi? Sesuatu yang tidak beres mungkin terjadi pada mereka.
Sudah malam, tapi Minho masih tidak berhenti mencari mereka. Dia sempat pergi ke grup B menanyakan apakah mereka melihat Jorge atau yang lainnya. Jawaban mereka Ya. Bahkan Aris telah bersama teman-temannya tadi. Minho merasa keganjilan yang meliputi batinnya.
Akhirnya pria itu keluar markas, menunggu mereka datang di tempat pemarkiran pesawat. Walaupun sudah malam, Minho tak akan mengurungkan niatnya untuk menanyakan keberadaan teman-temannya. Dia juga ingin segera mengunjungi Cessie di tempat Marcus. Tapi percuma, hanya pesawat itu satu-satunya akses yang bisa Minho bawa.
Saya itu tampak menatap jauh ke depan dengan segala pemikiran yang membuat dirinya kacau. Angin malam berhembus dengan suhu yang sangat dingin, menusuk ke dalam kunyitnya walaupun telah terlapisi jaket bulu yang tebal.
Sekitar tiga puluh menit menunggu, akhirnya sesuatu bergerak di atas udara. Itu pasti Jorge dan yang lainnya. Gumpalan angin besar berputar disekitarnya ketika pesawat itu mulai mendarat. Pasir berterbangan membuat Minho harus menutup matanya.
Mereka keluar dengan wajah yang tegang ketika pesawat itu telah mendarat. Minho bertanya-tanya apa lagi yang terjadi pada mereka.
"Kemana saja? Satu hari penuh kalian tak kembali?" Tanya Minho dengan nada khawatir. Dia tak terlalu mengkhawatirkan teman-temannya, tapi Cessie. Dia perlu menemui Cessie memastikan jika Cessie benar-benar sudah ada di tempat Markus.
Jorge tampak menghampirinya, diikuti oleh yang lain. Aris adalah orang yang terakhir ketika keluar dari pesawat.
"Sejujurnya ada sesuatu yang ingin kami katakan padamu." Ucap Jorge dengan wajah yang suram. Frypan tampak gelisah.
"Katakan saja Jorge." Perintah Fry.
"Kau mau ku menceritakan dari awal atau langsung pada intinya saja?" Tanya Jorge memandang wajah Minho. Rambutnya menari-nari di udara ketika angin bertiup kencang.
"Aku tak ingin menunggu, langsung pada intinya saja." Ucap Minho. Dia sudah mempersiapkan dirinya untuk mendengar sebuah berita. Entah baik atau buruk, intinya dia siap.
"Mereka diculik." Ucap Jorge.
Seketika dunianya terasa berhenti, semua atmosfer yang menjaganya terasa runtuh menghimpit tubuhnya dengan keras.
Semua memusatkan pandangan kearah Minho, menyaksikan seberapa cepat wajahnya yang pasrah berubah menjadi tegang.
"B-bagaimana bisa? Ku kira mereka sudah aman. Kau mengatakannya padaku Jorge! Kau berbohong agar aku tak kan memarahimu?" Bentak Minho ketika tangannya berhasil mengancing kerak jaket Jorge.
Jorge membalas mendorong Minho hingga tangan Minho lepas dari bajunya, kemudian membenarkan bajunya dengan kasar.
Brenda menggenggam tangan Thomas begitu erat saat menyaksikan betapa emosionalnya Minho. Disisi lain dia tak ingin Jorge terluka akibat Minho.
"Aku tak tau, nak. Saat tiba Cessie tak disana." Ucap Jorge.
Seperti dihantam dengan keras, Minho akhirnya memikirkan Nick.
"Nick? Anak itu? Bagaimana dengan dia?" Tanya Minho dengan nyaring. Dia berteriak memandang semua teman-temannya yang ada disana. Aris tak pernah melihat Minho Seperti ini. Maklum, ini kali pertamanya bersama grup A saat Minho sedang marah.
"Kami hanya membawa Newt dan Andrea ke tempat Markus. Ada hal yang salah dengan Wicked. Kurasa." Ucap Jorge berhasil membuat Mata Minho berkilau. Dia tau apa yang terjadi.
"Brengsek!" Umpatnya keras sambil menendang pasir di hadapannya, mengacak rambutnya dengan kasar.
"Tenanglah. Hei, Minho. Kita akan mencari mereka." Ucap Thomas.
"Apa katamu? Kau baru saja menyuruhku untuk tenang di saat aku mendapati fakta bahwa kalian berbohong soal Cessie padaku. Aku punya anak kecil dibawah lima tahun dan dia sedang dalam bahaya jika Wicked menemukan mereka." Ucapnya masih dengan nada yang marah.
"Luna?" Gumam Minho.
Semua mulai menatap Minho dengan heran. Beberapa dari mereka sempat melemparkan pandangan disekitar untuk melihat apakah wanita itu berdiri di depan mereka atau tidak. Tidak ada Luna disana.
"Apa maksudmu?" Tanya Gally.
"Luna. Beberapa hari yang lalu, aku melihatnya bersama beberapa pasukan. Aku pikir dia akan bertugas bersama kalian, jadi aku tak terlalu mempedulikannya. Sialan! Aku yakin Carol menemukan anak itu." Ucap Minho berlari kedalam.
Jorge dan yang lainnya segera menyusul Minho. Larinya cepat membuat mereka harus ketinggalan jauh dengannya.
"Brengsek. Anak itu tak pernah ingin mendengar nasihat orang yang lebih tua." Ucap Jorge dengan kesal.
Minho selalu membuatnya kesal tapi apapun yang dimintai Minho selalu baik di mata Jorge.
"Jorge. Kau tau kan ini ulah siapa?" Ucap Thomas, meyakinkan Jorge bahwa Jorge telah tahu apa yang dia maksudkan.
"Luna. Ini semua ulahnya. Aku yakin itu, Carol tidak akan pernah tau yang menyuruhnya sendirian tanpa ada konfirmasi dari kita semua." Ucap Jorge.
"Yh Tuhan. Perang akan segera dimulai." Ucap Brenda ketika sadar bahwa sesuatu yang seharusnya mereka bantai sejak dahulu akhirnya tiba di penghujung waktu yang tepat.
"Katakan apa rencananya. Si brengsek sudah pastinya akan menyerang Carol jika dia tau Cessie dan Nick berada di bawah kuasa Wicked. Terlebih Luna." Sambung Gally. Mereka semua panik dan mulai menyusun rencana-rencana yang akan membantu pemberontakan mereka.
Disisi lain, dengan langkah yang cepat pria itu memeriksa semua ruang laboratorium yang memungkinkan mereka menyimpan Cessie dan Nick. Satu persatu tak ada yang terlewati, dia terus memeriksa, membuka tirai, lemari dan ruang kecil lainnya yang dia temui untuk memastikan mereka tak terkurung disana.
"Sialan!." Gerutu Minho.
"Luna!!" Teriaknya membuat Para ilmuwan kebingungan dengan tingkah Minho. Pria itu tampak frustasi. Dia panik, bagaimana tidak, dia masih memikirkan nasib anaknya jika benar Carol mendapatkannya.
Saat Minho tiba di ruang paling ujung, dia terkejut menemukan Carol, Luna, dan beberapa medis sedang berkumpul. Sesuatu tampak mencurigakan di dalam sana.
Mereka terlihat memperhatikan sesuatu. Sesuatu yang tergeletak di atas tempat tidur medis. Saat Minho semakin mendekat, sesuatu tampak. Tangan kecil yang lemah tergantung di samping tempat tidur. Itu nick.anak itu terlihat tak sadarkan diri dan lemah.
Seperti ada sesuatu yang mendidihkan darahnya. Minho segera membuka pintu, mendobrak paksa. Namun, seseorang menariknya sebelum kakinya berhasil menendang pintu baja itu.
Minho di tarik menjauh dari ruangan itu. Dia bahkan tak tau jika ruangan itu ada. Dia tak pernah seteliti ini sampai akhirnya menemukan ruangan yang sulit dia akses di markas.
"What the hell Minho? Apa kau gila? Kau bisa saja membahayakan nyawamu sendiri." Jelas Thomas agak kesal dengan Minho.
"Kau memikirkan rencana sebelum kau masuk kesana?" Tanya Gally.
"Sama saja kau bunuh diri." Sambung Fry.
"Iya. Mereka benar. Kau bisa saja membahayakan nyawamu, nyawa anak itu dan Cessie." Ucap Aris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surviving Shadows - Book 4 (Minho Fanfic - TMR)
Fiksi PenggemarDi antara reruntuhan kota terakhir, seorang gadis menemukan dua jiwa yang terbaring tak berdaya, dengan sedikit detak nadi yang masih terasa. sebelum pasukan Wicked membersihkan kota dari para Cranks, gadis itu memutuskan membawa dua tubuh tak berda...