Trigger Warning: Cerita ini mengandung elemen ketidakpastian, kengerian, mayat-mayat yang tergantung, dan konfrontasi dengan kenyataan yang mengerikan. Disarankan untuk berhati-hati jika Anda merasa terganggu oleh konten semacam ini.
Author's POV ...
"Katakan dimana Cessie. Kumohon. Katakan keberadaannya sekarang." Pria itu bermohon di hadapan Aris, seolah dia yakin Aris tau dimana mereka menyembunyikan Cessie.
"Dude, bukannya aku tidak ingin memberitahumu, tapi kau sendiri yang lihat kan? Aku baru tiba bersama yang lainnya, jadi sangat mustahil jika aku tau dimana mereka menyembunyikan Cessie." Ucap Aris.
"Minho, kau harus tenang agar kita bisa dengan baik menemukannya." Sambung Thomas.
"Benar, Minho. Apa yang mereka katakan sangat benar. Kali ini kau harus mendengarkan kami. Kami disini untuk membantumu. Bukan begitu Jorge?" Sambung Brenda. Jorge mengangguk.
"Benar. Aku akan kesana, dan kita lakukan semua sesuai rencana yang sudah kita bicarakan tadi dan kemarin, okey?" Ucap Jorge. Mereka semua mengangguk.
"Fry, lakukan tugasmu." Perintah Jorge. Frypan langsung pergi ketika dia mengedipkan matanya kearah Minho.
"Kemana dia?" Tanya Minho bingung. Dia tak tau persis apa yang sudah teman-temannya rencanakan.
"Haruskah aku menjelaskannya secara rinci? Aku yakin kita tak kan selesai cepat jika aku menceritakannya sekarang." Ucap Jorge.
"Kau akan tau nanti." Sambung Gally?
Minho menatap Aris penuh permohonan agar Aris bisa menunjukan tempat yang mungkin dia tau. Mengingat Aris adalah orang yang selalu Carol ajak ketika dia memiliki tawanan.
"Tenang Minho. Aris hanya bercanda. Dia akan menunjukan padamu jalannya. Ingat kau dan Aris harus tetap bersama, aku akan mengacaukan mereka di dalam dan akan menyelamatkan keponakan pertamaku. Sialan. Aku tak Sudi wanita tua itu yang akan mengambilnya." Gerutu Thomas. Jorge tertawa lalu menepuk pundak Thomas.
"Lakukan sesuai tugas kalian. Dan kau, Gally. Pastikan kau memperhatikan belakang kami." Ucap Jorge. Gally tersenyum penuh lalu membalas Jorge dengan percaya diri.
"Suatu kehormatan. Panggil kapten Gally jika kau merasa tersesat. Aku akan selalu mengawasi semua kelompokku." Ucap pria itu lalu bergegas pergi. Begitu juga dengan Jorge, Thomas dan Brenda. Mereka selalu punya rencana di setiap masalah. Itulah yang terjadi, sejak mereka membasmi Wicked pertama yang dipimpin oleh Ava.
"Ayo, Minho. Kita harus bergegas. Aku tak yakin jika dia masih hidup seandainya benar mereka mengurungnya disana." Ucap Aris bergegas dengan arah yang berlawanan dari teman-temannya.
"Wait, what?" Ucap Minho bingung.
"Aris, wait." Serunya kemudian berlari mengikuti Aris. Mereka menyeludup, memastikan tak ada yang melihat mereka.
"Bagaimana caramu menghindari mereka sedangkan kamera pengawas selalu memperhatikan kita, bodoh." Gerutu Minho. Aris tertawa kecil masih berlali.
"Aku tidak bodoh. Kau saja yang sulit mempercayai orang. Oh yeah, temanmu Fry sudah mematikan kameranya dan itu adalah bagian dari rencana teman-temanmu." Ucap Aris. Minho cukup terpukau dengan apa yang anak itu katakan, tapi hal itu tak berhasil membuatnya tenang, karena disisi dia menyelamatkan Cessie, dia juga memikirkan Nick yang menurut Thomas akan Thomas tangani.
"Kemana kau akan membawaku?" Tanya Minho. Mereka sudah berlari entah berapa menit tapi tak kunjung berhenti.
"Sudah, diam saja. Sebentar lagi kita akan sampai. Bersabarlah kawan." Ucap Aris masih fokus di depannya.
Akhirnya mereka berhenti di suatu pintu besi yang tertulis dilarang masuk. Hal itu jelas-jelas membuat Minho bertanya-tanya Apa yang sebenarnya tersembunyi di markas ini.
Selama 5 tahun dia menempati tempat ini, dia tak pernah menemukan pintu atau tempat di mana Aris membawanya.
"Tempat macam apa ini Aris? Sejak kapan tempat ini ada di markas?" Tanya Minho penasaran.
Harus membuka pintu itu menggunakan sebuah kunci. Sesaat kemudian pintu itu terbuka.
"Kau dapat darimana kunci itu?" Tanya Minho.
"Aku membuat duplikat saat aku disuru Carol untuk membantu pasukan membawa seorang tangan kanannya yang menentang Carol. Itu terjadi tiga tahun lalu. Aku yakin pria itu sudah meninggal." Jelas Aris.
Minho masih mencerna setiap perkataan yang Aris katakan. Aris tampak meraba sesuatu dalam ranselnya. Dia mengeluarkan dua masker yang memiliki model seperti penutup kepala. Lebih jelasnya tampak seperti masker seorang pencuri.
Minho menatap anak itu dengan heran tanpa mengeluarkan sepatah kata.
"Gunakan ini. Kita harus bergegas kesana. Jika kau tak menggunakannya, bau itu akan sangat menyengat. Seperti yang ku katakan tadi bahwa merek banyak di dalam. Dan kemungkinan semuanya sudah tewas." Jelas Aris.
"Apa yang terjadi pada mereka?" Tanya Minho penasaran.
"Mereka dibiarkan di dalam sana tanpa makan dan minum. Bisa dipastikan mereka mati kelaparan, panik, dehidrasi dan ketakutan." Ucap Aris mengakibatkan Minho terdiam sejenak.
"Ayo." Ucap Aris menuntun jalan. Kali ini Minho jadi anggota untuk Aris. Dia merasa aneh ketika ada yang memimpinnya.
Mereka berjalan menuruni tangga membawa mereka masuk lebih dalam hingga tak ada sedikit cahaya yang menyinari.
Minho mengeluarkan senter lalu memberikan satu kepada Aris untuk dia gunakan.
"Thanks Minho." Ucap Aris.
"Yah, jika kau berada di Medan perang. Maka kau akan dinyatana tewas sebelum berperang. Ibarat kau melupakan senjatamu. sama seperti ini, kau tahu di sini gelap dan kau tidak membawa senter." Ucap Minho masih menatap sekelilingnya.
"Baunya mulai menyengat." Ucap Aris.
"Aku bisa menghirup aromanya. Mungkin kita- oh Gosh!!." Ucap Minho kaget saat menemukan beberapa mayat tergantung di atas sana.
"Yh Tuhan. Aku tidak tau disini banyak mayat." Teriak Aris saat dia menyadarinya.
Minho menatap Aris dengan tetapan miring. Minho berjalan hingga dia berhenti tepat di samping Aris.
"Kau bilang kau tau disini banyak mayat, kenapa kau barusan berkata bahwa kau tak tau disini banyak mayat? Apa kau lupa?" Ucap Minho sinis.
"Yeah, aku tau. Aku ingat. Maksudku, dibawah sini penjara. Mereka mengurung tahanan di dalam sel penjara, bukan menggantung mereka di atas langit-langit atap." Jelas Aris. Minho mulai merasa ada yang aneh.
Apa mungkin mereka sudah menggantung Cessie di atas sana? Ucapnya dalam hati.
Seketika Minho langsung bergegas mengarahkan senter satu persatu ke arah mayat-mayat yang bergelantungan.
Jiwanya terasa mudah ketika dia tidak mendapati keberadaan kekasihnya di atas sana.
"Yh Tuhan. Kupikir dia disana tadi." Ucap Minho.
"Kalau begitu ayo kita bergegas sedikit lagi kita sampai di pusat penjara yang sesungguhnya." Ucap Aris.
Mereka berdua berjalan menelusuri ruangan yang panjang. Lebih tepatnya sebuah koridor yang gelap dan sepi, juga dengan aroma yang sangat menyengat yang diyakini keluar dari tubuh jasad yang sudah membusuk.
"Kita sampai." Ucap Aris.
Minho memperhatikan bagian kiri dan kanannya, mencoba mengarahkan senter ke setiap tahanin untuk sekedar melihat apakah kekasihnya yang ada di dalam sana.
"Benar katamu. Mereka membiarkan orang-orang ini tewas dengan cara yang mengerikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Surviving Shadows - Book 4 (Minho Fanfic - TMR)
FanfictionDi antara reruntuhan kota terakhir, seorang gadis menemukan dua jiwa yang terbaring tak berdaya, dengan sedikit detak nadi yang masih terasa. sebelum pasukan Wicked membersihkan kota dari para Cranks, gadis itu memutuskan membawa dua tubuh tak berda...