Chapter 9 : Always the same

304 41 0
                                    

Author's POV ...

Pagi hari menjelang, secercah cahaya menerobos celah jendela yang tertutup. Seperti embun pagi yang menari-nari di rerumputan, harapan tumbuh dalam hati yang terusir dari kehidupan yang dikenal. Seperti bayangan yang mengintai dari balik kabut, ketidakpastian melingkupi pikiran yang gersang.

Di tengah kekacauan yang menyelimuti, Cessie merasa seperti matahari yang redup, berusaha menerangi kegelapan yang membelenggu dirinya. Tidurnya tak lagi lelap, bayangan pria itu selalu muncul, bahkan wanita yang bersamanya selalu mengganggu pikiran Cessie.

Cessie berbalik mendapati Nick memeluk lengannya dengan erat. Wajah anak itu mengingatkan dirinya terhadap seseorang. Seseorang yang dia temui kemarin. Dia bahkan sempat memegang tangan Nick dengan nyaman.

Seperti biasa, Cessie membantu Andrea dalam project serumnya, mencari bahan untuk digunakan. Hari ini waktunya Andrea untuk menjaga Nick. Newt memiliki urusan ditempat Jonesy. Dan Cessie? Butuh menunggu hingga sore untuknya keluar.

Jalan satu-satunya untuk membuatnya lupa adalah mencari kesibukan walaupun itu hanya pura-pura sibuk.

"Aku pergi Andrea." Ucap Cessie pelan agar tak membangunkan Nick.

Gadis itu berjalan kaki, menghirup udara segar. Seperti biasa, dia menyaksikan para Crank berkeliaran. Beberapa diantara mereka terlihat dijemput para manusia yang tak terinfeksi untuk dibawa ke parit.

Angin berhembus diwajahnya. dia sempat menunggu di jembatan lalu melanjutkan perjalanannya menuju ke toko Jonesy. Dia berencana ingin menemui Newt disana.

Pria itu tidak pulang sejak tadi. Andrea menyuruh Cessie untuk menjemput Newt. Mereka berdua memiliki kerjaan yang penting di lab milik Andrea, mengingat serum mereka sudah hampir satu tahun. Andrea akan berjaga-jaga sewaktu-waktu serum itu habis dan mereka berubah menjadi Crank fase dua seperti yang terjadi pada Cessie kemarin.

Akibat jalannya yang lambat, sesekali Cessie menikmati dunianya, tak terasa langit mulai gelap. Mungkin sekitar pukul enam lewat, Cessie tiba di pasar. Dia sempat mengambil beberapa keperluan lalu melanjutkan perjalanannya.

Saat hendak melangkah, seseorang menariknya, membawanya menjauh dari para Crank hingga akhirnya Cessie sadar bahwa dia sudah berada di base suatu bangunan yang sepi.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Cessie menghempaskan tangan tersebut. Cessie mencari tau dengan cara menatap sesosok dihadapannya.

Sepertinya aku mengenal orang ini.

Mungkin sesuatu yang dia kenakan mengingatkan Cessie pada seseorang, dia tak bisa menerawang kedalam tudung kepala yang pria itu kenakan.

"Siapa kau? Kenapa membawaku kesini? Aku punya urusan penting selain harus meladeni Crank fase satu sepertimu." Ucap Cessie meyakinkan dirinya bahwa sosok tersebut adalah Crank fase satu.

Saat kakinya mulai melangkah, tangan sosok tersebut menahannya, membuat Cessie ingin meninju sosok tersebut.

"Who the hell are you?" Tanya Cessie mulai jengkel.

Sosok tersebut maju, semakin dekat membuat Cessie risih dan sedikit takut. Cessie sempat memundurkan langkahnya untuk menghindar, menatap kiri dan kanan memastikan jika ada orang, tapi yang dia temui hanya tembok dan rongsokan.

Yang ada dipikirannya hanya satu, berteriak meminta tolong atau meneriaki nama Newt untuk segera datang menyelamatkannya.

Sosok dihadapannya sudah berjarak sangat dekat, membuka tudungnya dengan pelan. Dari situasi yang sudah hampir gelap, seseorang menatap Cessie dengan tatapan tak percaya.

"Jadi benar. Benar kau masih hidup." Ucap pria itu.

Untuk pertama kalinya, Cessie mendengar suara itu dari jarak yang cukup dekat. Mulutnya terbungkam.

Sial!! Kumohon jangan panik!.

Ucap Cessie memohon dalam hatinya. Dia tak ingin kejadian itu terulang kembali. Dia tak ingin virus itu menguasainya.

Tak sempat memikirkan hal buruk, pria tersebut langsung menyambarnya, memeluk Cessie sangat erat. Cessie hampir tak bisa bernafas akibat pelukan pria itu.

Dia tak ingat kapan terakhir kali dia dipeluk. Dia tak ingat kapan perasaan seaman ini dia rasakan.

"Aku merindukanmu." Satu kalimat yang terucap dalam sendu. Pria itu terisak dalam pelukannya, merangkul gadis itu dengan sangat erat. Untuk pertama kalinya dia merasakan perbedaan ukuran tubuhnya dengan Cessie.

Wangi. Baunya sangat wangi. Tercium seperti bau rose. Sekalipun kau adalah Crank, tak sedikitpun merubah wangi tubuhmu yang slalu kurindukan.

"Aku selalu merindukanmu." Sambung pria itu lagi. Cessie tak tau harus berbuat apa. Tak tau harus merespon bagaimana. Dia membenci Minho. Tapi dia bisa merasakan perasaan haru yang dirasakan Minho.

"Maafkan aku. Aku tak bisa menemukanmu di kota terakhir. Maafkan aku, tak datang lebih cepat agar kita bisa terus bersama. Maafkan aku. Aku sungguh tak tau harus berbuat apa. Aku rela membayar mahal penjaga didepan hanya untuk menemuimu, Cessie. Aku sangat merindukanmu." Ucap pria itu melepas pelukannya.

"Bawa aku... Bawa aku ketempat kediamanmu." Ucap Minho.

Cessie menatap tatapan dari pria itu. Wajahnya memerah, air mata terlihat mengalir di pipinya.

Siapa gadis yang bisa membuat seorang Minho menangis?

Hanya Cessie. Dan Cessie pun adalah orang pertama yang menyaksikan dirinya menangis.

Ingin berlaku kasar, tapi melihat Minho membuat hatinya hancur, tak tega harus memarahi pria itu. Tapi-

"Apa kau gila? Kau mau istrimu memarahimu?" Ucap Cessie berusaha untuk tidak panik agar virus tak gampang menyerangnya. Minho yang mendengar ucapan Cessie seketika terkekah kecil membuat hati Cessie damai.

I Miss you, too. I Miss you like heaven.

Minho memegang kedua bahu Cessie, menatapnya dengan lembut.

"Kumohon, bawa aku ketempat mu. Akan ku ceritakan semuanya. Aku bersumpah, aku mencintaimu dan aku bermaksud mencintaimu sejak dulu, Cessie."

Dalam lubuk hati yang paling dalam, tersembunyi perasaan yang tak terkendali. Seperti ombak yang menghempas pantai, cinta datang dan mengguncang segala rasa dalam diri seseorang. Sesuatu yang tak dapat ditebak, cinta merayap pelan-pelan, mencuri hati dan mengubah segalanya.

Perasaan ini seperti api yang membara di sanubari, membakar dengan kehangatan yang tak tergantikan. Setiap kali melihatnya, detak jantung berdegup lebih kencang, dan setiap kali bersamanya, dunia terasa berputar dengan indahnya. Wajahnya melambungkan senyum di bibir dan matanya memancarkan cahaya yang tak terhingga, membuat hati ini tak bisa berhenti berdebar.

Namun, perjalanan cinta mereka tak selalu mulus. Ada keraguan dan ketakutan yang menyertainya. Kekhawatiran akan penolakan atau kehilangan yang mencekam pikiran dan meragukan hati. Tetapi meski berjalan di sepanjang jalan yang penuh rintangan, cinta tetap hadir dengan kekuatannya yang tak terbendung.

Dalam setiap sentuhan dan tatapannya, ada getaran yang tak terlukiskan. Seperti melodi indah yang memenuhi udara, cinta membuat hati ini bergetar dalam harmoni yang sempurna. Setiap momen bersamanya diisi dengan kebahagiaan dan kehangatan yang mampu menyinari hari yang paling kelam.

Tapi, cinta juga membawa kepingan kerapuhan. Rasa takut akan kehilangan dan kebingungan dalam memahami perasaan yang begitu kuat. Namun, pengorbanan dan ketulusan muncul sebagai pilar yang kokoh, mempertahankan dan melindungi perasaan ini.














Terima kasih masih stay dicerita ini. Semoga kalian suka. Mohon maaf apabila ada kata tidak baku yang terselip dikalimat baku, ataupun sebaliknya. Jika berkenan, bantu correct typo ya.

Tell me anything about your feeling when you read this chapter.

Comment if you like it. (⁠✿⁠ ⁠♡⁠‿⁠♡⁠)

Surviving Shadows - Book 4 (Minho Fanfic - TMR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang